Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendiang Hadidjah Togubu, Sosok Wanita Berhati Mulia di IAIN Ternate

1 September 2022   10:26 Diperbarui: 1 September 2022   10:32 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi tenaga pendidik merupakan panggilan hati nurani dan pengabdian, kata-kata ini begitu kuat melekat di benak setiap orang yang ingin memilih menjadi guru atau dosen

Sehingga, jika berkiprah sebagai tenaga pendidik, maka siap ditempatkan di mana saja, dan tentunya memiliki niat untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. 

Sama halnya dijalani Dra Hj Hadidjah Togubu, M.Ag, semenjak dinyatakan lulus sebagai CPNS pada 1 Maret 1991, wanita asal Tidore itu tetap memilih mengabdikan diri di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ambon, Maluku. 

Kendati di Ternate saat itu juga memiliki Perguruan Tinggi Islam yakni STAIN Ternate. Namun, ia tetap memilih mengabdi di Ambon sebagai bentuk panggilan hati nurani. 

Kala itu, mungkin bagi sebagian orang, jika bekerja jauh dari keluarga, pasti ingin pulang, namun bersama sang suaminya, mereka tetap menjalani pekerjaan di Ambon. 

Namun, di usia senja ia kemudian memutuskan untuk kembali mengabdi di tanah kelahirannya Ternate. Sebab, wanita yang akrab dipanggil Ibu Dijah itu, memang lahir di Ternate, tepatnya pada 3 Mei 1954.

Sejak memutuskan kembali ke Ternate, sang suami yang juga berprofesi sebagai PNS ditugaskan di Dinas Pendidikan kota Ternate. Dan beliau, di STAIN Ternate. 

Semenjak 2013 mulai mengabdi di STAIN Ternate, sosok pemurah senyum itu, memang banyak yang tidak mengenal, saya sendiri pun tidak mengenalnya. Namun, karena saat itu, diberi tanggung jawab mengelola aplikasi gaji pegawai, sehingga terlibat mengurus administrasinya di kantor KPPN dan Taspen Ternate, dan mulai akrab dengan beliau. 

Keakraban kami pun berlangsung hingga beliau menghembuskan napas terakhirnya. Lantaran, sangat dekat dengan beliau, sehingga pengurusan di luar kampus pun beliau kerap menelpon untuk meminta membantu beliau. 

Ibu Dijah, menurut saya adalah seorang dosen yang sangat disiplin, kedisiplinannya pun bukan hanya soal mendidik mahasiswa. Namun, dikenal disiplin menjaga salat lima waktu. 

Hal ini pernah beliau bercerita kala kami melangsungkan Rapat Kerja (Raker) pada bulan April 2014 silam di Hotel Surya Pagi Ternate. Beliau menasehati saya dengan menggunakan bahasa Tidore "Kerja dofu tapi lupa ifa jaga sabea," (Biar banyak kerja tapi jangan lupa salat). 

Karena sangat disiplin dalam hal salat, maka pada waktu-waktu tertentu, kala mendengar azan di masjid, dan kami di unit keuangan masih konsentrasi menjalani pekerjaan, beliau pun kerap mengingatkan saya. 

Terlepas dari kedisiplinannya, bagi saya beliau merupakan sosok tenaga pendidik di IAIN Ternate yang tak pernah berselisih paham dengan orang lain. 

Dan menurut saya beliau memilih kembali pulang di Ternate dan mengabdikan diri di IAIN Ternate, bukan karena lantaran jabatan atau memiliki target-target tertentu, seperti kebanyakan orang. 

Tapi, karena keterpanggilan hati nurani. Sebab, mengabdi di STAIN Ambon hingga kampusnya beralih status menjadi IAIN Ambon, mungkin baginya, ilmu yang didapatkan selama di Ambon, beliau ingin berbagi dengan anak-anak Maluku Utara. 

Selama di IAIN Ternate, beliau ditempatkan pada unit LP2M, karena tak pernah berselisih paham dengan orang lain, maka segala hal terkait hak-haknya, beliau pun jarang memprotes jika pengurusan terkesan lambat. 

Syahdan, suatu hari insentifnya terlambat bayar pun beliau tidak melancarkan protes, lantaran beliau sangat memahami pekerjaan kami kala itu, yakni begitu banyak administrasi pegawai dan dosen yang harus kami konsentrasi untuk menyelesaikan satu persatu. 

Karena sangat akrab dengan beliau, suatu kesempatan beliau mengajak saya untuk bersama-sama dengan beliau, mengurusi administrasi putri semata wayangnya, Siti Alini Ismar di kantor Askes dan Taspen Ternate.

Rupanya saat itu, beliau berkeinginan agar suatu saat nanti pengurusan pensiunannya tidak mengalami hambatan. Terlebih hak-haknya yang diwariskan untuk putri tercintanya. 

Dan firasatnya cukup kuat kala itu. Sebab, pengurusan administrasi putrinya rampung tak lama kemudian, beliau jatuh sakit. Hingga, tepat pada 27 Juli 2016 beliau menghembuskan napas terakhirnya. 

Walaupun saat itu, saya tidak sempat hadir pada acara pemakamannya, lantaran mengikuti kegiatan keuangan di Jakarta. Namun, telah membantu mengurusi segala hal terkait administrasi telah tuntas, sehingga memudahkan untuk klaim hak-hak pengabdiannya di kantor KPPN dan Taspen Ternate. 

Ibu Dijah, mungkin tidak seperti dosen kebanyakan yang menduduki sejumlah jabatan penting di kampus, namun kepedulian terhadap mahasiswa begitu tinggi, baik di kampus maupun di masyarakat menjadi amal jariyah-nya. 

Sosok ibu Dijah pun dapat digambarkan seperti beberapa dosen yang saat ini masih aktif sebagai tenaga pendidik di IAIN Ternate. Yakni ketulusan mengabdi untuk lembaga. 

Sebab, pengabdian pada lembaga bukan diukur pada seberapa banyak jabatan yang diemban atau memiliki gelar yang tinggi. Tapi, ketulusan dalam mendidik mahasiswa dan pengabdian. 

Lantaran ketulusan dan pengabdian merupakan tanggung jawab utama sebagai seorang pendidik. Dari ketulusannya dapat menjadi inspirasi bagi kita bahwa mengabdi pada lembaga. 

Sehingga, kerap diskusi dengan sejumlah teman di kampus, sosok beliau sering saya munculkan sebagai inspirasi, walaupun pengabdian di IAIN Ternate, terbilang cukup singkat. 

Namun, terkadang saya sampaikan bahwa sosok-sosok tertentu; baik tenaga administrasi maupun dosen, mereka mengabdikan diri pada lembaga sangat ikhlas, dan mereka layak dikenang sebagai sang inspirasi. 

Mengutip kata salah satu pegawai senior di IAIN Ternate (alm) Yunus Ahadi, "kita menjalani pekerjaan di kampus hanya 9 jam, dan selebihnya adalah interaksi di luar kantor (lingkungan masyarakat), maka kita harus saling menjaga hubungan baik, agar rasa keakraban terus terjalin dengan baik hingga kita tutup usia."

Atas dasar inilah, secara pribadi saya merasa terpanggil untuk mengenang orang-orang yang berkepribadian baik selama mereka mengabdi di IAIN Ternate. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun