Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Mendiang Abdul Haris Tahisa, Dikenal Pintar Berpantun dan Suka Menolong

31 Agustus 2022   10:07 Diperbarui: 31 Agustus 2022   10:09 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendiang Abdul Haris Tahisa, dok. pribadi

Bahkan, sebuah video berdurasi 14 detik yang dibagikan di sosial media, menjelaskan jelang hari naas merenggut nyawanya, ia terlihat bersama kepala pemuda lingkungan Tafure dan sejumlah warga bekerja membersihkan lokasi rumah milik salah seorang warga. 

Dan bukan hanya itu, Haris juga tampil sebagai guru ngaji di RT 02 RW 01 Kelurahan Tafure, ia diminta warga mengajarkan anak-anak mengaji di beberapa rumah warga. Sehingga, mahasiswa semester 6 itu, memang dikenal berkepribadian baik oleh warga di lingkungan yang ia tinggali, dan tentunya sisi humoris juga tertancap kuat diingatan warga. 

Bahkan, cerita yang tersebar luas di sosial media, jelang kematiannya, ia terlibat bersama warga di lingkungan Tafure menggelar bakti pembangunan pada salah satu musala, lalu bepergian ke pantai dan menghembuskan napas terakhirnya. 

Sekitar pukul 17.00 wit, seusai bakti sosial, Haris memilih pergi ke tepi pantai Tafure, ia menyaksikan hamparan laut yang indah, dan dipagari pulau Halmahera, dalam imajinasi saya, tentu ia ingin menatap pulau Halmahera dari kejauhan, sekaligus membayangkan wajah orang tuanya, keluarganya, dan para kerabat di Halmahera, seakan tatapannya ke pulau Halmahera merupakan tatapan terakhir pada tempat kelahiran, hingga tumbuh besar menjadi anak yang pintar merangkai kata menjadi pantun yang enak didengar. 

Ia mungkin cukup kuat menangkap isyarat dari Sang Khaliq, bahwa pada Senin (16/5) sore, ia akan kembali menghadap Sang Ilahi. 

Tentu kepergiannya membuat keluarganya tersentak, mereka yang setiap saat mengirimkan doa dan berharap agar ia dapat menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjana di IAIN Ternate. Namun, takdir berkata lain, ia dipanggil Sang Khaliq. 

Jika kematian bisa diprediksi, mungkin ia ingin kembali berada di tengah-tengah keluarga, dan merasakan belain kasih sayang ibunya, lalu pergi menghadap sang Khaliq. Namun, kematian adalah kuasa Ilahi yang tak satupun hamba-Nya mengetahui. 

Dan tentu, kematian itu pasti, hanya caranya yang berbeda-beda bagi setiap orang. Namun, kepergian Haris menghadap Sang Khaliq meninggalkan kesan yang teramat baik bagi keluarganya, serta kampusnya, bahwa ia merupakan mahasiswa yang dikenal berkepribadian baik; suka menolong, dan kiprahnya sebagai guru ngaji mencerminkan jati diri sebagai mahasiswa IAIN. 

Semoga Allah Swt mengampuni segala dosanya dan menerima amal baiknya, dan menempatkan ia di sisi-Nya. (*) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun