Senin (18/4) tepat pukul 14.03 wit setelah mengantar putri saya mengikuti lomba speaking test di Lembaga English Training Center (ETC) Ternate. Saya bergegas kembali ke rumah mengambil tas ransel dan sejumlah barang yang hendak di bawa ke desa Sukadamai, Kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat.Â
Karena khawatir terlambat tiba di pelabuhan, maka saya memacu kendaraan roda dua agar cepat mencapai Pelabuhan Ferry. Sebab, sesuai jadwal, kapal Ferry tujuan Sidangoli, Halmahera Barat tepat pukul 15.00.Â
Cuaca di Pelabuhan Ferry Bastiong Ternate pun seperti biasanya: matahari menyengat ditambah angin bertiup pelan. Dan aktivitas di pelabuhan juga terlihat begitu ramai.Â
Lantaran cuaca panas, membuat penumpang kapal Ferry tujuan Sidangoli maupun ke Sofifi, memilih beristirahat di dalam ruang tunggu, sambil nonton TV maupun saling bercengkrama satu sama lainnya.Â
Namun, setelah menunggu di dalam ruang tunggu, informasi yang kami dapatkan dari petugas pelabuhan, bahwa kapal Ferry yang hendak ke Sidangoli sesuai jadwal akan berangkat tepat pukul 15.00.Â
Hanya saja terjadi perubahan jadwal, jadwal keberangkatan awalnya pukul 15.00 bergeser menjadi pukul 16.00. Sehingga dengan terpaksa kami harus menunggu.Â
Pelabuhan Bastiong Ternate merupakan pelabuhan sentral yang melayani penyebrangan antarpulau; baik ke Tidore, Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Pulau Batang Dua Ternate, termasuk ke Bitung Sulawesi Utara.Â
Hari ini merupakan yang kepuluhan kalinya saya bepergian ke kecamatan Jailolo Selatan, tepatnya di desa Sukadamai maupun desa Akeara. Sebab, sejak kecil saya memang hidup di sana (Jailolo Selatan).Â
Pertama kali saya ke desa Akeara pada 1989, saat itu mengikuti orangtua, namun pada tahun tersebut belum ada transportasi darat. Sehingga, jika bepergian ke Desa Akeara, terpaksa kami mengikuti pelabuhan Akeara pantai.Â
Warga lebih familiar menyebut pelabuhan Akeara pantai adalah Bane Gau, lantaran jalan menuju ke pemukim warga sangat menanjak. Entah penamaan pelabuhan tersebut dari masyarakat Tidore atau dari penduduk asli di desa Akeara, hingga kini belum tahu pasti.Â