Dunia merupakan tempat sementara, untuk itu konsep kehidupan yang diajarkan dalam agama sejatinya menjadi acuan, agar kita meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat kelak. Ini merupakan nasihat yang kerap disampaikan ayah mertua, Usman Abdullah terhadap anak-anaknya, maupun kepada kerabatnya dikala melangsungkan pekerjaan gotong royong bersama warga di perkebunan kelapa, maupun ketika di rumah.
Bagi warga beliau termasuk sosok bersahaja dan suka menolong antarsesama, sehingga dalam kehidupan, semua warga di desa Bibinoi Kecamatan Bacan Timur Tengah, Halmahera Selatan, sangat akrab dengan beliau.
Tentu keakraban tersebut dibangun atas landasan kekeluargaan. Sebab, semasa hidup, beliau sempat bercerita, semua warga yang ada di desa Bibinoi berasal dari satu suku yakni etnis Tobelo, dan diikat dengan tradisi dan budaya yang sama, walaupun berbeda keyakinan. Tapi pada hakikatnya semua adalah bersaudara.
Atas dasar kekeluargaan Inilah; baik keluarga beliau dari kalangan Muslim maupun non-Muslim sangat akrab dengan beliau. Pada 2018 lalu, ketika istri saya mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan, rata-rata keluarga Muslim dan non-Muslim saling berbaur menjadi tim pemenangan.
Bahkan, pada suatu kesempatan kala kami bersama-sama di kebun milik ayah mertua, yang letaknya di ujung desa Bibinoi, lokasi perkebunan tersebut oleh warga Bibinoi dinamai Lako-Lako.
Seusai makan siang bersama di rumah kebun, beliau bercerita, bahwa beliau kerap berkunjung ke keluarga yang non muslim, dan kadang makan bersama dengan mereka, kata beliau hal ini kerap dilakukan demi menjaga tali silahturahim antar keluarga.
Karena menjaga tali silahturahim, sehingga terkadang saya bersama istri jika melintasi di desa Tawa, Bacan Timur, maupun di desa Wayaua, Bacan Timur Selatan, keluarganya sering menanyakan beliau. Bahkan, dari sifat suka menolong warga, membuat semua keluarganya di pulau Bacan sangat akrab dan menyukai beliau.
Ayah mertua Usman Abdullah atau biasa disapa Aba, merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Menurut penuturannya semasa hidup, beliau termasuk salah satu anak yang pintar dalam keluarga. Namun, nasib baik tidak memihak kepadanya, kala berada di bangku kelas satu SMEP (sekarang SMK), beliau jatuh sakit dan membuatnya gagal menyelesaikan studi.
Namun, kegagalan studi tersebut, tidak membuat beliau putus asa. Beliau pernah bercerita, dari kegagalan tersebut, dijadikan sebagai hikmah dalam mengarungi kehidupan. Justru itu, beliau bertekad suatu saat nanti anak-anaknya pasti sukses dalam pendidikan.
Dan benar saja, istri saya dan adiknya dapat menuntaskan pendidikan S-1, merupakan buah dari kerja keras serta tekad beliau dalam memotivasi mereka.