Walaupun, dukungan dari kader partai kontras dengan fakta politik yang tersaji di tengah masyarakat. Sebab, kehadiran Puan rupanya tidak diapresiasi baik oleh publik.
Interpretasi subjektif terhadap langkah Puan Maharani dalam menyongsong kontestasi pilpres 2024, diperkuat dengan data yang dirilis sejumlah lembaga riset opini publik yang menempatkan Puan berada pada angka yang dinilai tidak aman oleh seorang bakal calon presiden.Â
Seperti survei terbaru yang dilakukan INDONESIA Research & Consulting, yang publis JPPN.Com pada 9 Agustus 2021, elektablitas Puan Maharani berada pada angka 1,4 persen, angka ini tentu sangat jauh berbeda dengan raihan Ganjar Pranowo yaitu 20,5 persen.
Respon publik  berbuntut pada elektabilitas Puan yang dibilang harap-harap cemas tersebut, lantaran publik menilai bahwa sosok yang pantas melanjutkan kinerja presiden Joko Widodo adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.Â
Selain itu, berdasarkan fakta terkait sentimen politik yang dibangun selama ini, oleh kelompok-kelompok tertentu, yang mempersepsikan seorang wanita tidak layak menjadi pemimpin di negara yang mayoritas berpenduduk muslim.Â
Sehingga, kekhawatiran ini digaungkan agar figur yang diusung PDI-P benar-benar diterima oleh semua kalangan, dan menghindari kekalahan seperti yang dialami Megawati pada kontestasi pilpres 2004 dan 2009.
Karena, selain figur perempuan dicitrakan negatif, framing subjektif dari rival politik dapat mempengaruhi pilihan politik masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada pertarungan Joko Widodo di 2014 dan 2019.Â
Sebab, hawa dan resonansi pilpres yang kuat, terkadang menghadirkan kegalauan sikap politik pemilih. Sehingga, atmosfir politik yang telah dibangun dan dirawat Jokowi saat ini setidaknya memberi ruang yang besar terhadap kader PDIP untuk tetap berkuasa, dan tentunya harus menyiapkan figur yang dicintai publik -- demi hindari kekalahan.
Sebab, akhir-akhir ini ada partai-partai tertentu yang terus melancarkan kritikan terhadap kinerja pemerintah, setidaknya dapat dimaknai bahwa upaya yang dilakukan tersebut untuk membangun sentimen negatif, demi meraih simpati publik, dan menjaga asa memenangkan pertarungan pada 2024 mendatang.Â
Justru itu, sebagai langkah jitu dalam mengimbangi pergerakan kandidat lain, seperti Anies Baswedan, AHY, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, maka figur yang dinilai pantas diorbitkan PDI-P adalah Ganjar Pranowo, karena memiliki elektabilitas cukup baik.
Karena, selain memiliki popularitas yang baik dan sering menempati urutan teratas pada setiap survei yang dilakukan lembaga riset opini publik. Ganjar Pranowo juga merupakan satu-satunya kader PDI-P yang dapat diterima semua kalangan, lantaran sebagai Gubernur berkinerja baik, serta dianggap sebagai figur yang menjunjung pluralisme, dan menentang kelompok radikalime di Indonesia, juga dipersepsikan publik sebagai figur yang lebih dekat dengan kalangan milenial, ketimbang figur lainnya.