Di tengah pandemi covid-19, wacana terkait pencapresan memang terus bergulir, walaupun kontestasi pilpres masih sangat jauh -- tiga tahun lagi, namun ekpresimen politik terus dilakukan partai politik untuk mengukur seberapa besar peluang dan respon publik terhadap figur yang bakal diusung.Â
Sebab, partai politik tentu dengan keinginan yang sama yakni memenangkan kontestasi pilpres, terlebih pada 2024 nanti pertarungan tanpa incumbent. Sehingga, menurut kalkulasi politik setiap figur memiliki peluang yang sama.
Walaupun demikian, yang dilakukan partai politik dalam menyiapkan figur, tentu berdasarkan berbagai pertimbangan dan dengan langkah yang cermat. Sehingga, figur yang dinilai pantas untuk diorbitkan -- selain memenuhi kriteria administrasi pencalonan -- yang paling utama adalah soal elektabilitasnya.
Nah, terkait popularitas, untuk sejauh ini belum ada satu pun sosok yang benar-benar menjadi figur sentral yang dipersiapkan partai politik. Walaupun, ada sejumlah nama yang santer diberitakan  memiliki peluang untuk diusung menjadi bakal calon presiden. Namun, masih sebatas wacana liar di berbagai platform media sosial.
Partai politik tentu tak ingin mengusung figur dengan elektabilitas harap-harap cemas. Justru itu, walaupun figur-figur yang dimunculkan, masih harus melewati tahapan yang sangat panjang, dan salah satu indikator penting partai politik dalam menentukan pilihan adalah melihat aspek personal figur berdasarkan persepsi publik, melalui survei yang dilakukan berbagai lembaga riset opini publik di Indonesia.
Sejauh ini, ada sejumlah nama yang sering dikaitkan dengan partai tertentu dan memiliki peluang untuk diusung seperti: Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Umum partai Demokrat  Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Nama-nama tersebut tentu yang menjadi dilematis adalah sosok yang bakal menjadi figur sentral PDI-P. Sebab, apakah Puan Maharani ataukah Ganjar Pranowo? Walaupun belum ada statemen secara terang-terangan; baik dari Puan maupun Ganjar, terkait kesiapan menjadi calon presiden.Â
Tapi, setidaknya aktivitas politik mereka mulai mencuat ke permukaan, dan diperkuat dengan mobilisasi dukungan relawan dari keduanya, terlebih Puan Maharani, sebab balihonya mulai bermunculan di setiap daerah, sehingga mengindikasikan bahwa istri dari Hapsoro Sukmonohadi itu pasti siap bertarung pada 2024.
Kemunculan Puan Maharani memang dianggap sebagai pewaris tahta Megawati yang diperhitungkan dalam menangguk suara dari pendukung partai, dan relawan non partisan, selain itu mendapat respon positif dari kader partai, sehinga diyakini dapat menghambat langkah kader tertentu untuk mendapatkan rekomendasi PDI-P.