Pendapatan tidak menentu sebagai tukang foto wedding ditambah kondisi pandemi pada tahun lalu, membuat ia memilih mencari pekerjaan yang nantinya memberi harapan, terlebih jika nantinya berumah tangga.
Sementara tiga orang teman dengan kompak bilang bahwa mereka hingga kini tetap memotret, namun lebih pada job foto pra wedding dan wedding maupun fokus pada videografer. Mereka bertiga jalani aktivitas ini lantaran, kondisi pandemi membuat sejumlah fotografer memilih "menggantung" kamera dan mencari pekerjaan di perusahan tambang.
Pandemi covid-19 memang menghadrikan dampak buruk, karena menghantam segala aspek kehidupan, dan mempengaruhi kondisi keuangan setiap orang, justru itu semua orang ingin bergerak lebih maju agar tidak tersandera dengan kondisi pandemi, sebab informasi yang saya peroleh bahwa ada beberapa teman fotografer bahkan menjual kamera mereka lantaran terdesak dengan kondisi keuangan pada tahun 2020 lalu.
Walaupun begitu, mereka termasuk fotografer pemula, yang menurut saya kecintaan mereka terhadap dunia melukis kecil tidak seperti kami, sebab kami merupakan fotografer senior yang ada di kota Ternate, yang boleh dibilang memiliki jam terbang tinggi, sehingga fotografi sudah menyatu dengan darah kami dan sulit untuk ditinggalkan.
Terlebih saya, beberapa tropi lomba fotografi dan piagam penghargaan yang dikait pada dinding rumah menegaskan bahwa dunia fotografi dan saya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Ujung jarum jam menyentuh angka sebelas, kopi di gelas mulai berkurang, kami tetap sepakat melanjutkan obrolan, membuat agenda untuk hunting bareng, demi membangkitkan semangat fotografi di Ternate, sebab sudah sekian banyak kegiatan fotografi yang kami lakukan beberapa tahun lalu, bagi kami telah menginspirasi banyak orang dan hingga membuat anak-anak muda jatuh cinta dengan dunia fotografi. Sehingga, salah satu alternatif menghidupkan kembali nuansa fotografi di kota Ternate, ya minimal harus kegiatan yang sama kembali dilakukan.