Memang terlalu dini, jika membicarakan soal figur-figur yang nantinya bertarung memperebutkan kursi presiden Indonesia di 2024 mendatang. Sebab, masih sangat jauh -- tiga tahun lagi. Namun kontestasi pilpres 2024 tanpa petahana, menjadikan pertarungan kian menarik, setidaknya partai politik sudah mengukur sejauh mana kemampuan figur yang bakal diusung, agar nantinya bisa memenangkan pertarungan.
 Tentu, tidak bisa mengharapkan figur dengan elektabilitas harap-harap cemas, terlebih, seperti PDIP sebagai salah satu partai besar, pastinya memiliki keinginan kuat untuk tetap berkuasa. sehingga upaya yang dilakukan adalah mencari sosok yang tepat, sebagai pengganti Jokowi di 2024.
Ada beberapa kader partai PDIP yang dianggap sangat potensial bertarung pada 2024: yaitu Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Tri Rismaharini, dan pastinya adalah Basuki Tjahaya Purnama (BTP).Â
Dari keempat nama ini, dilihat dari popularitas, tentu sosok Ganjar Pranowo jauh lebih baik, karena selain berkinerja baik, serta dinilai sebagai pemimpin milenial karena dapat diterima oleh semua kalangan dan juga masih aktif menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah hingga 2023 mendatang, tentu memiliki peluang yang cukup besar untuk diusung.
Dalam kalkulasi politik saat ini, menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga selaku ketua umum partai Gerindra, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan figur yang nantinya menjadi "kerikil tajam" Â menghambat langkah para kandidat lainnya dalam merebutkan kusi presiden.Â
Dan memang wajar, sebab Puspoll Indonesia merilis hasil survei elektabilitas calon presiden 2024 yang dipublis Merdeka.com pada Minggu (23/5/2021) menempatkan Prabowo Subianto menempati urutan paling atas dengan elektabilitas 20,9 persen, kemudian ditempati Anies Baswedan diurutan kedua dengan 15,4 persen dan disusul Gubernur Jawa Tengah yang juga sebagai kader PDIP dengan elektabilitas 13,8 persen.
 Walaupun, pilpres  berlangsung pada 2024, namun setidaknya berdasarkan hasil survei dari Puspoll Indonesia, dan beberapa lembaga riset opini publik di Indonesia, setidaknya menjadi tamparan buat PDIP sebagai partai penguasa, sebab popularitas Ganjar Pranowo masih jauh di bawah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Sehingga, upaya mendongkrak popularitas Ganjar Pranowo merupakan suatu keharusan, jika upaya ini tidak dilakukan sejak awal, maka hasil yang didapatkan pada 2024 nanti bakal tidak sesuai ekspektasi.
Sebab, secara politik tidak bakal terwujud jika nantinya kader dari PDIP tampil sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan figur dari partai lain, lantaran selain sebagai partai penguasa saat ini, fakta membuktikan bahwa beberapa kali momentum politik, PDIP selalu mengusung kadernya di posisi calon presiden, bukan sebagai wakil.
Justru itu, walaupun Puan Maharani belakangan digadang-gadang bakal nantinya diusung PDIP. Namun, sejauh ini hasil survei terkait elektabilitas putri Megawati itu tidak menunjukkan tanda-tanda menggembirakan. Sehingga, dapat dipastikan bahwa Ganjar Pranowo lah sebagai sosok yang dianggap paling tepat sebagai representasi PDIP di 2024.
Namun, elektabilitas Ganjar Pranowo yang masih berada di bawah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi PDIP, untuk terus berbenah.Â
Selain upaya tersebut dilakukan, tentu PDIP pasti diuntungkan, lantaran pada 2024 presiden Joko Widodo masih aktif menjabat, sehingga dari sisi politik, sangat berpengaruh terhadap figur yang diusung PDIP.
 Walaupun begitu, harus ada kalkulasi politik dan hitungan yang cermat dari PDIP, jika nantinya Prabowo Subianto berduet dengan Anies Baswedan. Namun, menurut penilaian sejumlah kalangan sangat sulit terwujud, lantaran Anies bakal tidak ingin berada pada posisi calon wakil presiden, terlebih PKS yang nantinya sebagai partai pengusung -- yang merasa telah di-nutmeg Prabowo pada pasca pilpres 2019 lalu, sehingga tidak ingin mengalami nasib yang sama pada 2024.
Gejolak PDIP pasca acara yang berlangsung di Semarang pada Sabtu kemarin (22/5/2021) diliputi keraguan berspekulasi bahwa seakan-akan PDIP mengabaikan Ganjar Pranowo pada 2024 terus menjadi wacana "liar" di media sosial maupun di ruang publik.
Namun, oleh sejumlah kalangan, menilai bahwa hanya skenario PDIP untuk mendongkrak popularitas Ganjar Pranowo, dengan mengukur sejauh mana publik merespon atas kejadian di Semarang tersebut. Hal ini seperti dialami Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika berseteru dengan Megawati, dan mendapat simpati publik sebagai pihak yang teraniaya, sehingga popularitas SBY kala itu melejit tajam dan mengantarkannya menjadi pemenang pilpres bersama partai Demokrat.
Terlepas benar tidaknya spekulasi yang dilontarkan tersebut, namun setidaknya respon publik, terlebih pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 lalu begitu tinggi terhadap Ganjar Pranowo pasca kegiatan di Semarang, ketimbang Puan Maharani, sehingga sudah dapat dipastikan bahwa memang Ganjar Pranowo lah sosok yang dianggap tepat bakal mewakili PDIP pada kentestasi pilpres 2024.
Memang, pada setiap momentum politik, skenario playing victim cukup ampuh dalam mendongkrak popularitas seorang figur, seperti pada pilpres 2019 lalu, serangan bertubi-tubi yang dilancarkan pihak lawan terhadap Jokowi, ternyata memberi dampak positif terhadap Jokowi untuk memenangkan pertarungan, lantaran begitu tinggi simpati publik kepadanya.Â
Sebab, masyarakat kita sangat menjunjung tinggi budaya politik ewuh pakewuh, sehingga ada pihak atau tokoh yang dirugikan dengan berbagai hujatan dan fitnah, maka sikap simpati pun menderas kepada tokoh tersebut.
Nah, jika penilaian sejumlah kalangan atas kejadian di Semarang, benar. Maka, dipastikan popularitas Ganjar Pranowo diyakini bakal melejit, dan menguntungkan PDIP. Sebab, saat ini respon publik begitu tinggi terhadap Ganjar Pranowo melalui berbagai platform media sosial, dengan harapan bahwa Ganjar Pranowo harus tetap maju sebagai calon presiden, walaupun tanpa didukung PDIP. Nah, secara tidak langsung Ganjar Pranowo terus mendapat dukungan politik dari masyarakat.
Walaupun, kata Puan Maharani bahwa seorang pemimpin idealnya harus berada di lapangan dan bukan berperan pada media sosial. Namun, dunia kecanggihan teknologi saat ini, kiprah di media sosial memang sangat berpengaruh terhadap popularitas seorang tokoh.
Yang pasti bahwa momentum pilpres 2024 masih lama -- butuh 3 tahun lagi, sehingga peluang memperbaiki popularitas masih cukup terbuka, terlebih seorang Ganjar Pranowo, yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah hingga 2023 mendatang. Justru itu, sangat menguntungkan dirinya.
Sebab, Anies Baswedan walaupun saat ini popularitas mulai melejit, namun periodesasi kepemimpinannya di DKI Jakarta hanya sampai pada tahun 2022. Maka, peluang tersebut ada pada Ganjar Pranowo, yang bakal mendapat porsi pemberitaan cukup besar melalui kinerja dan prestasi yang ia raih di periode kedua sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Bagaimana dengan Prabowo? Memang jelas, untuk sementara selalu berada di urutan teratas berdasarkan hasil survei, namun pada momentum pilpres 2024 segala kemungkinan pasti terjadi, sebab sekali lagi, masih butuh tiga tahun lagi, untuk bertarung. Dan pilpres 2024 tanpa petahana, memberi peluang yang sama besar untuk memenangkan pertarungan, yang pasti saat ini, strategi politik harus benar-benar dipersiapkan untuk meraih hati publik. So siapa yang bakal memenangkan kontestasi pilpres 2024? Menarik dinantikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI