Sebelum diasingkan ke Ternate, sang Sultan memang terlibat peperangan melawan dua bangsa penjajah Inggris dan Belanda. Berdasarkan penelusuran di Wikipedia Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan Sultan Palembang Darussalam selama dua periode (1803-1813) -- (1818-1821). Sebelum menjadi Sultan nama aslinya adalah Raden Hasan Pangeran Ratu, ia lahir di Palembang pada 1767 dan meninggal di pengasingan di Ternate pada 26 September 1852.
Berawal dari monopoli timah di Palembang oleh Belanda dinilai tidak adil oleh pihak kesultanan Palembang. Buntut dari persolan inilah, Pemerintah Britania di Batavia yang kala itu dipimpin Thomas Stamford Raffles berusaha membujuk Sultan Mahmud Badaruddin II agar mengusir Belanda dari Palembang.Â
Namun, sang Sultan menolak permintaan Raffles, sikap ini diambil Sultan Mahmud Badaruddin II karena tidak ingin terlibat dalam permusuhan antara Britania dan Belanda, dan tidak ingin menjalin kerjasama dengan Belanda. Sehingga, Britania memanfaatkan momentum membuat perjanjian dengan Palembang, di mana pihak Palembang sangat diuntungkan.
Pada 14 September 1811 kantor dagang (loji) VOC di sungai Alur, Palembang di serang. Pengancuran loji, dan terjadi pembunuhan dan pengusiran. Belanda menilai peristiwa ini dipicu oleh hasutan Britania. Namun, pihak Britania membantah tudingan Belanda, dan menuduh peristiwa tersebut merupakan inisiatif Sultan Mahmud Badaruddin II.
Pasca peristiwa Sungai Alur, Thomas Stamford Raffles, berharap pulau Bangka diserahkan Sultan Mahmud Badaruddin II kepada Britania. Namun, ditolak sang Sultan. Buntut dari penolakan tersebut, Britania kemudian mengirim pasukan perangnya di bawah pimpinan Gillespie, pertempuran berlangsung singkat dan berhasil menguasai Palembang. Sehingga, sang Sultan pun berpindah ke Muara Rawas.
Setelah pulau Bangka, Palembang di kuasai Britania dan ditempatkan Robert Meares sebagai Residen. Maka, pada 28 Agustus 1812, Meares berkeinginan menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II di Muara Rawas. Namun, Meares tewas tertembak pada pertempuran Buay Langu. Sehingga, digantikan Mayor Robison. Selanjutnya Britania dan Sultan Mahmud Badaruddin II berdamai.