Karena rempah-rempah pada saat itu, khasiatnya jauh lebih banyak dan sedang dicari oleh bangsa Eropa. Namun, di wilayah Eropa dan sekitarnya, tidak ditemukan rempah-rempah seperti Pala dan Cengkih.
Dari situlah bangsa Eropa mencari tahu, di belahan dunia mana yang memiliki kekayaan tersebut, maka ditemukanlah Maluku, sebagai satu-satunya daerah penghasil Pala dan Cengkih.
Namun, kini harga cengkih tidak se-istimewa sejarahnya pada masa silam. Walaupun begitu cengkih tetap menjadi salah satu komoditas unggulan dan selalu ditanam oleh para petani di Maluku Utara, baik di kota Ternate dan Tidore maupun di daratan Halmahera.
Memanen buah Cengkih, termasuk kategori pekerjaan yang memelahkan dan menguras isi dompet, lantaran para pekerja sering menolak apabila bayaran perhari kecil, begitupun terkadang sang pemilik kebun terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk memanjakan para pekerja, seperti membayar upah harian dan menanggung konsumsi para pekerja.
Sehingga, apabila setelah panen harga cengkih tidak stabil membuat para petani cengkih merasa "galau". Kini, para petani cengkih di Maluku Utara hanya berharap, harga cengkih kembali naik agar bisa menutupi pengeluaran mereka selama musim panen pada April lalu.
Saat ini abdi negara senyum bahagia, semoga pada bulan-bulan berikutnya harga cengkih kembali naik, agar menghadirkan senyum bahagia di wajah para petani cengkeh. Semoga!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H