Setelah Virus Corona ditetapkan sebagai Pandemi global, ikut mempengaruhi berbagai berbagai sektor, salah satunya, yaitu dunia pendidikan. Di kota Ternate misalnya, aktivitas belajar di Sekolah dihentikan sementara, lantaran Pemerintah tidak ingin mengambil resiko dengan adanya virus mematikan tersebut. Aktivitas belajar bagi anak-anak pun dilakukan di rumah - orang tua, tampil sebagai pendamping dan guru-guru selalu memantau.Â
Selain, mendampingi mereka belajar di rumah, tentu berbagai upaya yang dilakukan orang tua, agar anak-anak tidak merasa bosan, selama berada di rumah. Bagi saya, langkah tepat dalam menepiskan kebosanan anak-anak di rumah, yaitu mengajak mereka berkunjung ke tempat wisata.Â
Di Ternate, memang banyak tempat wisata yang menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, hanya saja, pilihan saya ke Danau Tolire, lantaran tempat ini sangat ramai, karena menjadi pilihan warga ketika berlibur pada akhir pekan. Selain itu, danau Tolire merupakan salah satu objek wisata unggulan di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.Â
Sebelumnya, beberapa taman di pusat kota, maupun tempat wisata yang berada di Ternate Selatan, kami kunjungi. Namun, kali ini Danau Wisata di Danau Tolire, menjadi pilihan kami. Karena putri saya, ingin latihan menulis tentang aktivitas warga di tempat wisata, baik di danau Tolire kecil maupun Tolire besar.Â
Jarak lokasi wisata danau Tolire dengan pusat kota sekitar 10 kilometer. Perjalanan dari pusat kota ke danau Tolire, kami tempuh selama satu jam, menggunakan sepeda motor dengan kecepatan 40 KM per jam. Namun, jika dengan kecepatan 60 atau 80 KM per jam, maka hanya membutuhkan waktu sekira 40 menit, untuk sampai di lokasi wisata.Â
Saya memilih menjalankan kendaraan dengan kecepatan rendah, agar putri saya menikmati pemandangan menarik sepanjang perjalanan, seperti pesona Gunung Gamalama, Masjid Kesultanan Ternate, Benteng Tolukko, dan objek wisata lainnya. Karena tujuan saya yaitu melatih dia menulis cerita tentang berkunjung ke lokasi wisata.Â
Ketika tiba di danau Tolire kecil, kami melihat warga memadati sejumlah Gazebo di tepi danau, tepatnya di dekat jalan raya, mereka terlihat bercengkerama sambil menyaksikan pesona danau Tolire kecil dengan view pulau Hiri. Sementara di pantai, para pengunjung lainnya terlihat berswafoto dan anak-anak mereka bermain persis di dekat danau, membuat pemandangan semakin menarik.Â
Kami memilih melanjutkan perjalanan menuju Danau Tolire besar, karena putri saya ingin menyaksikan atraksi melempar batu ke dalam danau oleh para pengunjung, dan ingin menyaksikan pesona danau Tolire besar dengan hamparan hutan sekitar danau, maupun puncak gunung Gamalama.Â
Jalan menuju ke Danau Tolire besar, dijaga oleh warga, persis di dekat gapura -- mereka memungut retribusi masuk sebesar Rp.5.000,- per orang dengan menggunakan sepeda motor, angka ini bukan dipatok oleh para penjaga, namun berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Ternate nomor 26 tahun 2014.Â
Di danau Tolire besar, para pengunjung lebih menyukai atraksi melempar batu ke dalam danau, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, lantaran batu yang dilempar tidak akan pernah bisa mencapai permukaan air danau, batu hanya mendarat di pinggir danau, walaupun di lempar dengan kekuatan penuh, tetap tidak bisa mencapai ke permukaan air, inilah menjadi keunikan bagi danau Tolire besar.Â
Sementara itu, di dekat lokasi yang biasanya dimanfaatkan oleh pengunjung melempar batu ke danau, ada sebuah kuburan di dekat tebing yang oleh masyarakat Kelurahan Takome di sebut sebagai Jere atau tempat keramat, kuruburan ini menurut Musni Abdul Rahim (50) salah satu pemilik warung makan di dekat danau, dia bilang kuburan ini sering dikunjungi oleh warga, pada hari-hari biasa, maupun di bulan Ramadan.Â
Di dekat danau, ada tujuh warung milik warga yang berjualan mie instan rebus, pisang goreng mulut bebek, Jagung bakar, es kelapa muda, teh manis, dan kopi. Sehingga, warga yang berkunjung ke danau Tolire besar, sering memanfaatkan waktu mereka dengan melihat pesona danau Tolire, sambil menikmati menu makanan yang disediakan para pemilik warung tersebut, harganya sangat terjangkau bagi semua kalangan.Â
Selain itu, fasilitas lainnya yaitu Gazebo, tempat bermain bagi anak-anak, seperti ayunan juga tersedia di areal danau Tolire besar, dan sebuah Mushola di bangun oleh Pemerintah Kota Ternate persis di bagian utara Danau, untuk para pengunjung melaksanakan sholat.Â
Setelah menikmati panorama danau Tolire besar, dan melempar batu ke danau, oleh putri saya. Saya membiarkan dia mengamati aktivitas para pengunjung dan menulis. Sekira lima belas menit, berada di danau Tolire besar.Â
Kami, kemudian menuju ke taman di depan danau Tolire besar, persis di dekat pantai, berdekatan dengan danau tolire kecil. Jarak Danau Tolire besar dan kecil sekitar 200 meter, sehingga para pengunjung - setelah menikmati pesona danau tolire kecil, mereka kemudian beralih ke danau Tolire besar, maupun di taman di depan danau Tolire besar.Â
Berada pada taman, di depan Danau Tolire besar, persis di dekat jalan raya ada sekitar 16 warung makan, yang menjajakan aneka makanan gorengan, minuman segar seperti es kelapa muda, maupun indomie.Â
Kami memesan es kelapa muda gula merah, dan jagung bakar, lalu kami dipersilahkan mengambil tempat yang sudah disediakan oleh pemilik warung, mereka menandai tempat duduk maupun gazebo dengan cat, ada yang berwarna merah, juga hijau dan warna lainnya.Â
Tujuannya agar warga tidak salah menempati tempat tersebut, setelah mereka memesan makanan maupun minuman. Sebab, tempat duduk maupun gazebo berdekatan, sehingga para pengunjung sering salah dalam menempati tempat tersebut.Â
Kami memilih sebuah Gazebo persis di dekat pantai, untuk menikmati es kelapa muda dan jagung bagar, sambil memandang ke laut, pulau Hiri dan menyaksikan para pengunjung berswafoto, ada juga sekelompok anak muda yang duduk berdekatan dengan kami, mereka menunggu momen senja, sembari memetik gitar dan bernyanyi. Begitu pun juga, para pengunjung lainnya terlihat mengabadikan pesona pulau Hiri dengan kamera.Â
Tentang danau Tolire besar dan kecil
Danau ini, menurut cerita dari warga sekitar, bahwa dahulu kala merupakan sebuah perkampungan yang mendapat kutukan, setelah salah satu warga melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama maupun adat setempat, terhadap putrinya.Â
Akibat karena perbuatan yang dilarang Yang Maha Kuasa tersebut dilakukan oleh keduanya, sehingga penduduk desa pun kena dampaknya. Dikisahkan oleh warga bahwa sebelum terjadi bencana, ada isyarat alam melalui suara ayam menjelang pagi, ayam tersebut kemudian berkokok seperti suara manusia, dengan bahasa Ternate sebanyak tiga kali yaitu "Tolire Gam jaha, Tolire Gam jaha, Tolire Gam jaha." Yang artinya Kampung Tolire tenggelam.Â
Konon, Seorang ibu yang terbangun menjelang Subuh, hendak menyusui anaknya dan mendengar suara kokok ayam tersebut. Sesaat, perasaan takut merayapi pikirannya, bahwa pasti terjadi musibah, sehingga ia memutuskan untuk menggendong anaknya, segera melarikan diri, dan tiba-tiba musibah pun datang melanda kampungnya, saat warga sedang tidur lelap, akhirnya kampungnya pun tenggelam dan dikenal sebagai Tolire lamo atau Tolire besar.Â
Sementara, si anak gadis yang diketahui melakukan perbuatan terlarang tersebut, memilih melarikan diri menuju pantai, untuk menyelamatkan dirinya. Namun, tiba-tiba ia pun tenggelam pada tempat tersebut. Lokasi ini kemudian menjadi sebuah danau kecil persis berdekatan dengan pantai dengan jarak kurang lebih 50 meter, dan dinamakan danau Tolire kecil.Â
Cerita mistis di Danau TolireÂ
Danau Tolire besar, hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah mengenai kedalaman danau maupun jenis-jenis Biota Air Tawar yang ada di danau tersebut. Selain itu, seperti harta-harta karun yang berada di dasar danau pun hingga kini tidak diketahui pasti. Sementara cerita mistis lainnya, yaitu tentang buaya putih sebagai penjaga danau.Â
Buaya ini pun pernah saya disaksikan secara langsung, saat 2015 lalu pernah memotret di danau Tolire. Ada seekor buaya berurukuran besar di bagian Barat Danau berenang menuju ke tengah danau, sementara itu satu ekor lainnya berukuran kecil berenang dari arah Selatan menuju ke tengah dan bertemu dengan buaya besar.Â
Tentang buaya di danau Tolire, juga pernah disaksikan oleh sejumlah pengunjung dan mengabadikan menggunakan kameranya. Namun, oleh warga sekitar tidak semua pengunjung bisa menyaksikannya, hanya bagi pengunjung bernasib baik saja yang dapat melihat buaya di danau Tolire besar.Â
Selain itu, kejadian unik yang membuat pengunjung berdecak kagum yaitu saat menyaksikan para pengunjung melempar batu ke danau, hingga saat ini belum ada satu pun pengungjung danau Tolire besar, yang melempar batu menembus hingga di tengah danau. Inilah yang membuat semua orang merasa penasaran dan berkunjung ke danau Tolire besar dan ingin mencobanya.Â
Di dekat danau Tolire besar, memang di sediakan batu kerikil oleh pemilik warung makan, dengan harga Rp. 5.000,- batu kerikil tersebut lalu dibeli oleh pengunjung dan melempar ke danau. Namun, anehnya batu yang dilempar dengan kekuatan penuh sekalipun tetap tidak bisa mencapai ke tengah danau, bahkan batu yang dilempar tersebut kembali jatuh di penggir danau atau kembai ke tebing tempat berpijak.Â
Danau Tolire kecil maupun besar, memang selalu dikunjungi oleh warga. Namun, warga lebih memilih ke lokasi ini pada akhir pekan. Selain, karena ramai pengunjung, mereka juga memanfaatkan waktu untuk mengabadikan senja, maupun momen di kala sang surya kembali ke peraduan.Â
Ayooo, berkunjung ke danau Tolire.Â