Namun, menurut Direktur English Training Center (ETC), putri kami memiliki nilai tinggi karena dari sisi karakter mengungguli siswa lainnya, yaitu kejujuran. Sebab, menurut Direktur ETC untuk membangun sebuah Perusahan, kepintaran saja tidak cukup, harus membutuhkan kejujuran. Sebab, dia pernah bekerja pada salah satu lembaga bimbingan belajar milik Asing, dan dia mempelajari hal tersebut, sehingga dia menerapkan pada lembaga bimbingan belajarnya, dan menjadikan lembaga bimbingan belajarnya, mendapat sejumlah penghargaan dari Pemerintah, sebagai lembaga bimbingan belajar bahasa Inggris terbaik di Maluku Utara.
Sebelum Nurrizqiyah terpilih mengikuti kegiatan Fundemic Tour di Jepang pada September 2018, sebelumnya pada Maret 2018 kabar baik datang dari Bandung, Jawa Barat, pamannya Ardi Idrus resmi memperkuat Tim Kebanggaan Publik Jawa Barat, Persib Bandung, begitu pun juga, pada bulan Mei 2018, kabar baik datang dari Kota Tidore Kepulauan, pamannya M. Ghalib Idrus terpilih sebagai Ketua OSIS berprestasi dan mewakili Kota Tidore Kepulauan, pada kegiatan pertemuan ketua OSIS Se-Indonesia pada Istana Kepresidenan di Bogor, dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Serta bertemu dengan Ketua, dan Wakil-wakil ketua DPR RI, pada Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonenesia di Jakarta.
***
Di Bandara Babullah Ternate, Direktur English Training Center (ETC) memberi penjelasan kepada seluruh tenaga pengajar, termasuk Nurrizqiyah, tentang aturan yang harus dipatuhi saat berada di Jakarta, maupun selama berada di Tokyo, Jepang. Sebab, mereka sehari penuh di Jakarta, karena mengunjungi sejumlah tempat bersejarah, kemudian bertolak menuju Jepang. Berada di Jakarta Nurrizqiyah selalu mengabari kepada ibunya. Ketika berada di tempat yang mereka singgahi, dan mengirim foto-fotonya bersama sejumlah tenaga pengajarnya maupun Direktur ETC.
Saat mereka transit di Filipina, Nurrizqiyah mengabari kepada Ibunya, tentang Bandara Filipina dan sejumlah pemandangan "menarik" yang dia saksikan. Istri saya, yang awalnya merasa khawatir, lantaran bepergian tanpa damping orang tua, terlebih saat itu, Nurrizqiyah baru kelas 5 SD. Sebab, di rumah -- menyisir rambut, memilih baju yang dikenakan pun masih dilakukan ibunya -- karena Nurrizqiyah merupakan anak semata wayang, yang setiap hari, selalu mendapat perhatian. Menepis kekhawatiran ibunya, Nurrizqiyah pun menjelaskan bahwa guru bimbingannya, selalu memperhatikan dia seperti yang ibunya lakukan di rumah.
Hari pertama di Tokyo, Jepang. Hal yang sama seperti di Jakarta, maupun di Filipina yaitu mengabari kepada ibunya, menggunakan video call, hingga hari ke Sembilan. Selama berada di Jepang, kegiatan seperti mengunjungi tempat bersejarah, wisata yang terkenal di Tokyo, maupun mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan. Sehingga, saat kembali ke Ternate dia menunjukan sejumlah foto, selama mereka berada di Jakarta, Filipina dan Jepang. Serta membawa sejumlah barang, yang dibeli di Tokyo sebagai hadiah untuk kami.
***