Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita | Berkunjung ke Desa Liaro Bacan Timur Selatan

25 Juni 2020   01:01 Diperbarui: 22 Maret 2024   08:35 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istri saya bersama nenek dan sepupunya (Dok. Pribadi)

Longboat yang kami tumpangi mulai bergerak mendekati pantai, karena tak lama lagi tiba di Pantai Liaro, hari sudah mulai gelap, terlihat pohon mangrove berjejer rapih ditepi pantai, membangkitkan berbagai pikiran dalam benak, dan saya mulai mengeluarkan buku kecil di dalam tas selempang untuk menulis cerita tentang perjalanan dari pelabuhan Wayaua hingga ke Desa Liaro.

Menurut juagan Loangboat - Desa Liaro keberadaan hutan mangrove yang merupakan habitat bagi sejumlah spesies ikan, juga memiliki keindahan bawa laut dengan kekayaan biota laut yang mengagumkan yang tetap terjaga, di depan pantai Liaro maupun Silang memang sangat cocok untuk snorkeling, dan menikmati keindahan bawa laut dengan keanekaragaman biota laut.

Selain itu, Desa Liaro juga dikenal karena kerang bakaunya yang lebih familiar bagi warga disebut Bia Popaco serta kerang kupah yang berada pada hutan mangrove di pesisir pantai Liaro, Desa Liaro berdekatan dengan Desa Silang, maupun Wayakuba dan Pigaraja, masyarakat di desa Liaro sebagian berprofesi sebagai petani dan juga nelayan, hanya saja mayoritas sebagai petani.

Ibu-ibu mendayung perahu, saat pulang dari kebun (Dok. Pribadi)
Ibu-ibu mendayung perahu, saat pulang dari kebun (Dok. Pribadi)

Loangboat mulai mendekati pantai, kami kemudian mengakhir obrolan, karena hari sudah gelap dan kondisi air laut yang teduh sehingga nahkoda Longkobat tidak bersandar pada jembatan dan memilih di pesisir pantai - dan pantai sudah terlihat gelap dan sepi, hanya sedikit cahaya lampu dari rumah warga yang menembus ke pantai.

***


Saat berada di rumah salah seorang warga yang juga sebagai tokoh agama desa Liaro, para warga yang juga keluarga dari istri saya, mulai berdatangan untuk menyalami kami.

Dan' seusai salat usai isya barulah kami menggelar pertemuan, (silahturahmi antar keluarga) tanpa melibatkan warga lainnya, karena tujuan kedatangan hanya meminta restu kepada keluarga di Desa Liaro atas pencalonan istri saya sebagai Calon Anggota Legislatif periode 2019-2024.

Istri saya bersama nenek dan sepupunya (Dok. Pribadi)
Istri saya bersama nenek dan sepupunya (Dok. Pribadi)

Walaupun pertemuan berlangsung di dalam rumah, namun di depan, tepatnya di teras rumah juga disesaki oleh anak-anak muda yang tak lain adalah keluarga dari mertua. 

Suasana penuh kehangatan, akrab dan diselingi candaan malam itu sangat berkesan bagi saya hingga saat ini, bahwa keakraban menjadi sebuah kekuatan walaupun riak-riak perbedaan pilihan politik pada setiap momentum politik, tidak dapat menggoyahkan keakraban keluarga, khususnya keluarga mertua di Desa Liaro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun