Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mendemokrasikan Pembelajaran Berkelanjutan

20 Desember 2017   11:48 Diperbarui: 20 Desember 2017   12:21 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, ketika kebutuhan untuk pembelajaran berkelanjutan itu nyata di sisi pembelajar, tapi bagaimana dengan sisi pengajar?

Ketika seseorang bersedia mendistribusikan nilai dan kapabilitasnya kepada orang lain melalui pengajaran, apa kebutuhannya yang terpenuhi?

Apa nilai yang bisa ia tangkap dengan mengajari orang lain?

Mengapa mengajari orang lain itu lebih bernilai ketimbang ia mengalokasikan waktu dan energinya di tempat lain?

Apa untungnya bagi dia?

Kita bisa bersyukur bahwa teknologi tak hanya menjadi alat untuk mendistribusikan nilai seseorang kepada orang lain. Tapi juga mengubah perilaku manusia terhadap informasi dan kapabilitas yang ia simpan. Dulu seorang pengerajin kayu jati di Jepara (misalnya) hanya mampu mendistribusikan informasi atas keahliannya kepada orang-orang di desa atau kotanya. Kini ia bisa membuat video sederhana tentang mengolah kayu jati dan dipublikasikan di Youtube agar bisa disaksikan seluruh dunia.

Tapi, apa untungnya pengerajin kayu jati menpublikasikan keahliannya di Youtube?

Tergantung motif dan model bisnis.

Distribusi nilai melalui informasi sangat mungkin mengandung motif ekonomi dan model bisnis. Baik dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Misal, model bisnis jangka pendek si pengerajin kayu adalah mendapatkan penghasilan dari monetisasi videonya di Youtube. Dalam jangka menengah ia bisa mendapatkan pelanggan yang mengenalnya dari video tersebut, atau dibayar sebagai pengajar. Sedangkan dalam jangka panjang ia bisa mengekspansi pemasaran ke luar negeri lewat promosi videonya atau mendapatkan investor. Dari situ kita tahu bahwa motif ekonomi berdasarkan waktu bisa memiliki model bisnis yang berbeda-beda.

Model bisnis atas distribusi informasi berdasarkan nilai pada diri seseorang seperti ini sebenarnya kita saksikan tiap hari. Anda memiliki toko kue, lalu rajin membagikan informasi dan edukasi tentang cara mengolah kue di media sosial. Dari situ anda berharap jejaring anda akan terkonversi sebagai pembeli. Atau anda seorang ahli dalam internet marketing dan rajin berbagai wawasan tentang bidang tersebut, dengan harapan orang-orang akan membayar anda menjadi mentor internet marketing lewat seminar atau workshop.

Jadi, agar seorang individu bersedia mendistribusikan keahliannya melalui informasi pengajaran, maka harus ada nilai yang bisa ia tangkap dari sana. Karena itu diperlukan ruang dan pendekatan yang menawarkan model bisnis tertentu kepada mereka. Model bisnis terbaik adalah yang mampu memberikan imbal hasil (return) paling segera.

Model bisnis inilah yang ditawarkan Arkademi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun