Komunitas-komunitas ini merupakan jantung utama bagi terbentuknya JKN 2.0 sebagai sebuah ekosistem yang kemudian secara kolaboratif bekerja saling meningkatkan nilai, melayani, belajar, berinovasi dan memecahkan masalah.
2. Riwayat Kesehatan Pribadi
Apakah anda tahu berapa kali anda sakit? Tahu obat apa saja yang pernah anda konsumsi? Ingat cara dulu dokter merawat anda? Tidak. Karena anda tak punya catatan itu. Rumah sakit atau klinik yang jaraknya 100 km dari anda juga tidak tahu. Yang punya data tersebut hanya rumah sakit atau klinik tempat anda pernah berobat.
Sistem kesehatan yang kita kenal mengisolasi pasien dari catatan kesehatan pribadi. Berbeda dengan cara kerja bank dimana kita bisa mengakses data keuangan setiap saat, dan dengan itu mempermudah mengambil keputusan. Data kesehatan kita tidak dengan mudah ditransmisikan antarpihak. Hal ini memperbesar risiko tenaga medis membuat keputusan yang salah.
Bayangkan ketika setiap peserta JKN memiliki catatan riwayat kesehatan pribadi yang tersimpan secara digital serta bisa akses tiap saat. Akses bisa diberikan ke pihak yang menangani kesehatan kita meski berbeda tempat, dengan izin tentunya. Riwayat kesehatan pribadi semacam ini akan jadi pondasi dalam JKN 2.0 sebagai jendela tiap orang mengetahui data kesehatannya sendiri. Bagi tenaga medis, ia akan jadi perangkat sangat vital untuk membuat keputusan atau mengawasi kondisi kesehatan kita.
3. Big data kesehatan nasional
Siapakah dokter paling tenar dan paling banyak dikunjungi orang di dunia? Dr Google. Google adalah agregator informasi paling kuat di planet ini.
Dunia kesehatan kita tidak akan bisa menembus batas tanpa memiliki data skala masyarakat luas dalam waktu yang panjang. Data-data ini bermanfaat untuk mengembangkan metode dan inovasi baru berdasarkan evidence-based. Bayangkan apa yang akan kita punya bila Indonesia punya laman riwayat kesehatan pribadi 250 juta rakyatnya. Data ini akan menjadi driver bagi pengembangan perawatan kesehatan evidence-based yang sangat luas. Kita ditantang untuk menciptakan sebuah enabler yang tak hanya mampu mengumpulkan dan mengagregasi data dari satu tempat, tapi juga tempat-tempat lain yang bekerja secara self-organized, bahkan media sosial.
4. Persentuhan langsung tenaga medis
Konsep Indonesia Sehat yang menjadikan tenaga medis rekanan BPJS untuk mempromosikan kesehatan kepada warga yang dilayaninya secara intens, memerlukan enabler andal. Persentuhan langsung (enagagement) ini tak hanya lagi sebatas pertemuan tatapmuka, tapi bisa dilakukan melalui teknologi seperti yang dilakukan HaloDoc. Mulai dari konsultasi, membuat jadwal temu, penulisan resep, bahkan pembayaran. Setiap pasien bisa menuliskan komentar, pertanyaan dan membagikannya ke media sosial. Bayangkan ketika setiap peserta JKN memiliki akses langsung ke dokter secara pribadi lewat ujung jari mereka tanpa kendala, tanpa biaya.
Engagement ini juga bisa diimplementasikan dalam bentuk akses layanan pada fasilitas kesehatan. Mulai dari booking kunjungan faskes sehingga tak perlu antre, memanggil ambulan, lokasi fasilitas kesehatan terdekat, hingga memesan obat menggunakan resep digital yang diberikan oleh dokter langsung ke apotek menggunakan aplikasi. Bukan ide baru, bahkan Go-Jek saat ini sedang bersiap meluncurkan Go-Med: layanan pesan-antar obat melalui aplikasi.
***
Tentu gagasan panjang di atas tidak bisa seluruhnya saya sampaikan kepada Bapak Bayu dalam Kompasiana Nangkring. Namun saya sempat mengutarakan pendapat tentang pentingnya kampanye promotif dan preventif bagi BPJS. Bapak Bayu menjawab, "Kita inginnya sih begitu. Tapi bukan wilayah kita. Kalau kita yang melakukan nanti bisa ribut."
Isu birokrasi dan kewenangan sudah jadi topik lama di negeri ini. Tapi mewujudkan JKN dan BPJS Kesehatan yang berkelanjutan adalah salah satu prioritas dan diperlukan upaya bersama untuk mewujudkannya. BPJS Kesehatan memang memiliki pekerjaan rumah meningkatkan gotong royong iuran. Namun ada pekerjaan yang tak kalah penting untuk menjamin keberlanjutan JKN dan BPJS Kesehatan: meningkatkan value layanan yang dalam tulisan ini diwujudkan melalui JKN 2.0. BPJS Kesehatan sebagai garda terdepan keberhasilan JKN mesti menjadi lokomotif utama perwujudan JKN 2.0 sebagai perawatan kesehatan kolaboratif yang merupakan masa depan kesehatan nasional. Kita yakin BPJS Kesehatan mampu menjalankan misi besar ini.