Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Smart Grid: Lompatan Kuantum Era Green Economy

28 Desember 2015   09:00 Diperbarui: 30 Desember 2015   09:58 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, apakah Smart Grid barang baru? Tidak.

Eropa telah meregulasi Smart Grid ke dalam Smart Grid European Technology Platform. Sementara di Amerika Serikat ia diatur dalam 42 United States Code subchapter 152. Ia didefinisikan sebagai teknologi ketenagalistrikan komputasi remote control dan automatisasi yang mampu berkomunikasi dua arah. Para raksasa komputasi sudah lama mengembangkan Smart Grid: Cisco, Google, Hydro One dan Silver Spring Networks. Entitas yang masuk dalam Smart Grid tak hanya rumah tangga, tapi juga bandara, jembatan, kanal, dam, rumah sakit, taman, transportasi publik dll.

Di tahun 2014 industri Smart Grid di Amerika telah mencapai $ 42,8 miliar. Sementara di dunia telah mencapai $ 171 miliar. World Economic Forum memprediksi investasi dunia di Smart Grid dalam 25 tahun mendatang akan mencapai $ 7.600 triliun.

[caption caption="Peta persebaran implementasi Smart Grid di Benua Eropa. (sumber: ses.jrc.ec.europa.eu)"]

[/caption]

[caption caption="Grafik dan peta investasi Smart Grid di Benua Eropa. (sumber: ses.jrc.ec.europa.eu)"]

[/caption]

DENMARK: DARI IMPORTIR KE EKSPORTIR ENERGI

Krisis minyak bumi tahun 1970-an telah membuat Denmark terhantam keras dibanding negara tetangga mereka. Setiap tetes minyak bumi di Denmark berasal dari impor dan mereka kesulitan membeli untuk menghidupkan pembangkit. "Ketika aku masih kecil dan sedang musim dingin, suhu di rumah kami tidak bisa lebih dari 16 derajat celcius karena kesulitan listrik. Itu mengerikan," kenang Anne Hojer Simonsen, Menteri Iklim dan Energi Denmark.

Perlu satu dekade bagi negara dengan 5 juta penduduk ini untuk pulih. Merekabertekad harus segera keluar dari ketergantungan energi fosil. Pemerintah Denmark dalam hal ini tak hanya bertindak sebagai regulator, tapi juga pengayuh dayung yang bekerja ekstra keras.

Dengan kepemimpinan yang kuat, Denmark berinvestasi sangat besar untuk pengadaan energi domestik yang berasal dari gas alam, biomasa hingga turbin angin. Insentif dan dana besar digelontorkan untuk penelitian dan perusahaan rintisan energi hijau. Mereka membangun jaringan energi hingga sampai tingkat terkecil. 80% turbin angin yang ada di Denmark saat ini adalah milik warga dimana energi yang dihasilkan dibeli oleh pihak ketiga. Denmark juga berhasil menghasilkan 140% kebutuhan energi negara mereka dari pembangkit tenaga angin. Berkat upaya kuat Pemerintah Denmark yang berkolaborasi bersama warga dan pelaku usaha, kini Denmark adalah pemimpin dunia dalam sektor energi tebarukan.

Tahukah anda, mulai 1980 hingga sekarang Denmark bisa mengelola nilai pertumbuhan konsumsi energinya sama dengan nilai pertumbuhan ekonomi. Denmark berhasil mengubah dirinya dari net-impotir menjadi net-eksportir di bidang energi.

[caption caption="Sumber energi di Denmark. (sumber: Danish Energy Agency)"]

[/caption]

SAATNYA BERHENTI MENYABOTASE MASA DEPAN

Era industrialisasi dimulai ketika James Watt menciptakan mesin uap, Thomas Edison menciptakan jaringan listrik dan George Wastinghouse menciptakan transmisi listrik jarak jauh. Setelahnya dimulailah eksploitasi sumber daya alam (SDA) fosil secara besar-besaran untuk menghidupkan mesin-mesin. Majalah New Scientist mengestimasikan energi yang dihasilkan dari satu barel minyak bumi setara dengan lima tenaga kerja yang bekerja non-stop selama lima tahun. Energi fosil sampai saat ini masih memainkan peranan terpenting dalam membangunan perekonomian negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun