Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Blokir Situs dan Hak untuk Meretas

21 Agustus 2015   12:30 Diperbarui: 21 Agustus 2015   12:30 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, siapa sih yang sebenarnya mengonsumsi film bajakan itu? Mereka yang justru tidak suka dengan film itu atau ragu-ragu dengan kualitasnya. Fans (mayoritasnya) tidak menonton film bajakan karena harus menunggu DVD (yang kemudian dibajak) yang rilis 3-4 bulan setelah tayang di bioskop. Fans tidak sanggup menunggu selama ini. Mereka sudah menunggu bertahun-tahun agar film atau artis kesayangan mereka rilis dan sesegera mungkin menyaksikannya. Dan semua film tayang perdana di bioskop.

Mungkin ada yang beranggapan begini: semua sekarang bisa diretas atau dibajak. Film bikin game, dibajak. Bikin merchandise, dibajak. Lalu bagaimana?

Ya putar otak. Industri sekarang tidak lagi berjalan secara plan and push -- direncanakan lalu diwujudkan. Dulu semua bisa rapi terencana dan terantisipasi. Namun teknologi yang meledakkan ilmu pengetahuan dan kolaborasi telah membawa industri ke competitive dynamic. Makin kecil peluang untuk diprediksi karena setiap orang (peer) bisa melakukan perubahan besar dalam seketika yang mengubah lansekap bisnis. Kecepatan adaptasi manusia, terutama bisnis, sangat dibutuhkan di era ini. Terlebih teknologi selalu bersifat disruptif, ia merusak dan membunuh. Seorang bocah di antah berantah bisa menghasilkan inovasi yang akan meruntuhkan bisnis besar anda dalam semalam. Mark Zuckerberg hanya perlu waktu kurang dari 2 tahun untuk meruntuhkan raksasa Myspace dan Friendster. Hanya dalam waktu beberapa bulan Nadiem merusak 'bisnis' ojek pangkalan yang lestari berpuluh tahun.

MENGHADAPI GENERASI DENGAN GEN PERETAS

Don Tapscott pengarang buku international best seller-nya berjudul Macro Wikinomics: New Solutions for a Connected Planet, menyebut Generasi Y atau Net Generation (Netgen) hidup dengan illegal nature. Melakukan tindakan-tindakan ilegal sudah tertanam dalam 'gen' mereka. Tidak untuk menekankan bahwa ia adalah generasi jahat, tapi kreatif dan inovatif seiring dengan ledakan ilmu pengetahuan dan kolaborasi mereka dengan orang lain di internet. Tak hanya soal nature mereka terhadap produk dan jasa, tapi juga sampai pada politik dan demokrasi. Di era ini lah presiden dicacimaki, diancam, difitnah -- yang semuanya ilegal. Jadi, saya mendukung bila Presiden Jokowi tak usah ambil langkah hukum atau menghidupkan kembali pasal penghinaan terhadap presiden. Percuma. Bahkan bisa jadi public enemy. Karena yang dihadapi ini adalah 'gen' yang hidup dalam organisme di ekosistem hacker-friendly.

[caption caption="Hierarki pembajakan di internet (sumber: yunoinfo.com)"]

[/caption]

Di akhir 90-an generasi ini sudah kenal Napster, situs berbagi musik ilegal. Lalu hadir Torrent dan Pirate Bay. Hadirnya online dan cloud storage membuat distribusi makin mudah didiversifikasikan. Hadirnya web 2.0 yang merujuk pada teknologi situs interaktif dan kolaboratif, membuat pengantaran pesan jadi lebih mudah dan masalah bisa dipecahkan bersama. Orang bisa dengan cepat tahu di situs sana bisa unduh ini dan di situs sini bisa unduh itu.

Memblokir situs, terlebih lagi situs berbagi berkas seperti film dan musik, alangkah sia-sianya. Karena yang diblokir adalah nama situs atau domain. Domain baru hanya perlu 3 menit dibeli seharga $10/tahun. Apalagi situs berbagi film dan musik bajakan itu hanya landing page. Berkasnya disimpan di situs-situs online storage yang didalamnya bercampur berkas legal dan ilegal. Tak mungkin diblokir. Mungkin pemerintah atau pemilik hak cipta akan minta pengelola online storage menghapus file itu. Bila pun dihapus, hanya perlu 5-15 menit untuk memindahkan berkas ke online storage lain yang jumlahnya ribuan. Proses si tikus kabur dan cari sarang baru hanya dalam hitungan menit atau jam. Sementara proses si kucing dalam menguber bisa berhari-hari atau berminggu-minggu karena birokrasi. Ini salah satu alasan si kucing tak bisa menang. Itu pun pertukaran berkas secara perorangan (peer to peer) melalui torrent belum dihitung.

Tapi, kita bisa memaklumi langkah pemerintah melakukan pemblokiran, karena itu memang tugas mereka atas amanat UU. Kalau tak diblokir malah keliru. Namun dari sini kita bisa tahu bahwa hukum bukanlah instrumen terbaik dalam melawan pembajakan. Kita juga tidak membenarkan pembajakan. Di dunia yang sempurna tidak ada pembajakan. Tapi kita tidak hidup di dunia seperti itu. Dunia kita telah berubah dengan segala kebaikan dan keburukannya. Hanya yang adaptif saja yang bisa bertahan. Dan menangisi atau memakinya tidak akan membawa kita kemanapun. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun