Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Google Deepdream: Mesin yang Bermimpi, Apa Pentingnya?

22 Juli 2015   15:36 Diperbarui: 22 Juli 2015   15:36 1820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang pertama diujikan adalah cara AI mengkhayalkan atau menginterpretasikan gambar. Programmer memasukkan jutaan gambar acak ke dalam database AI yang akan menjadi informasi awal otak AI. Kemudian, programmer memasukkan sebuah gambar acak (apa pun), bahkan gambar kosong dengan bintik-bintik, untuk 'dikhayalkan' mesin tersebut. Apa pun jadinya, terserah si mesin. Pokoknya dia berpikir, melamun atau berkhayal sendiri. Dan jadilah gambar-gambar seperti di bawah ini.

[caption caption="Gambar sebelum dan sesudah 'lamunan' Google Deepdream (Guardian.co.uk)"]

[/caption]

[caption caption="Gambar sebelum dan sesudah 'lamunan' Google Deepdream (Guardian.co.uk)"]

[/caption]

Gambarnya banyak yang bilang mengerikan, seperti khayalan orang mabuk, atau bahkan mirip seni surealisme. Mayoritas gambar khayalan berisi banyak objek mata atau anjing. Namun bukan yang 'mengerikan' itu yang penting. Tapi kemampuan si mesin untuk mempelajari pola bentuk, mengabaikan aspek yang tak penting dari gambar, menyesuaikan objek asing dengan objek yang ia kenali, pemilihan warna, dll. Si mesin sudah berpikir meski sangat sederhana. Tapi cara kerjanya mirip dengan manusia menginterpretasikan awan sebagai lafaz Allah atau batu mirip wajah Yesus di atas.

Deep Blue, Google Car dan Skynet

Mengapa 'gambar-gambar jelek' di atas penting? Karena Google berhasil membuktikan bahwa mesin bisa berpikir serta mengajari dan mengembangkan dirinya sendiri.

Pada 1997 IBM menciptakan komputer super Deep Blue khusus untuk melawan Grand Master catur Garry Kasparov. Programmer Deep Blue memasukkan kemampuan di komputer memperhitungkan miliaran kemungkinan langkah catur per detik. Sementara Kasparov 'hanya' bisa sekitar 30 kemungkinan langkah per menit. Pada 2010 ilmuwan robotik Google, Sebastian Thrun, menciptakan Google Car: mobil yang bisa berkendara sendiri. Dilengkapi dengan GPS, laser, sensor, kamera dll, mobil ini sudah sering diuji coba di jalan raya.

Tapi cara kerja Deep Blue dan Google Car seperti mengamini apa yang dikatakan ekonom Frank Levy dan Richard Murnane. Dalam buku terkenal mereka yang berjudul The New Division of Labor: How Computers Are Creating the Next Job Market, keduanya berargumen mustahil mesin bisa menyamai kecerdasan manusia. Terutama dalam aspek pengenalan pola, persepsi indra dan pengetahuan konseptual. Agar mesin lebih cerdas, programmer harus memasukkan sangat banyak data informasi dan pola. Jumlahnya bisa miliaran atau triliunan. Misal, Google Car tentu tak tahu bagaimana harus bersikap terhadap 'polisi gopek' di setiap perempatan jalanan Ibu Kota, kecuali dimasukkan perintah dulu ke dalam database-nya. Tapi bila Google Car dilengkapi dengan AI pengembangan Google Deepdream ini, ia bisa tahu tanpa harus diberi tahu. Karena ia belajar sendiri. Kelak, kita tak lagi harus mengasupi banyak informasi ke mesin. Tapi bertindak layaknya guru: mengajarinya cara berpikir.

Mesin yang bisa belajar sendiri (mungkin) terdengar hebat. Ia bisa memutuskan sendiri, bahkan memutuskan yang terbaik buat manusia. Seperti Skynet dalam film Terminator yang memutuskan meluncurkan semua nuklir di seluruh dunia supaya manusia punah. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun