Di banyak kesempatan saya berdiskusi dengan pelaku bisnis atau pengelola institusi yang sudah atau akan menseriusi social commerce, hampir selalu ada pertanyaan, "Saya sebaiknya pilih yang mana, Facebook atau Twitter?". Ada istilah begini: Facebook adalah media tempat anda terhubung dengan teman-teman sekolah anda dulu. Twitter adalah media tempat anda terhubung dengan orang-orang yang anda harapkan adalah teman sekolah anda dulu. Yang satu (Facebook) adalah medium menjalin hubungan yang dalam dan lebih pribadi, dan satu lagi (Twitter) adalah medium patronisasi. Karena itu kita sering melihat gambar Facebook yang panahnya terhubung dua harah antara satu dengan yang lain. Sementara Twitter adalah gambar satu burung di depan dan diikuti oleh banyak burung lain di belakang. Kalau ungkapan di atas masih belum cukup, baiklah, saya tambah. Bayangkan anda datang ke pesta pernikahan kawan masa SMA atau keluarga. Di sana anda bertemu dengan kawan-kawan lama atau kerabat jauh. Anda saling bercengkerama, berbagi pengalaman, bercanda - segala sesuatu yang mencerminkan keintiman. Itu lah Facebook. Lalu bayangkan anda datang ke sebuah pesta, acara peresmian, atau bazaar yang hampir semua orang di situ tidak anda kenal. Dengan gaya anda berinteraksi atau berkomunikasi anda berhasil mendapat perhatian orang. Makin banyak orang asing mendekat ke anda sehingga anda mendapatkan panggung sendiri dengan audiens yang makin lama makin banyak. Ada banyak orang lain juga yang mendapatkan panggung. Tapi lebih banyak lagi yang cuma jadi penonton - karena malu atau tidak punya bahan menarik untuk disampaikan ke orang banyak. Itu lah Twitter. Dua mahluk ini, Facebook dan Twitter, meski sama-sama social media tapi hidup di alam yang berbeda. Sehingga membandingkannya untuk memilih mana yang lebih hebat, sangat tidak relevan. Pilihan bisa dijatuhkan bila dihubungkan apa kepentingan dan tujuan anda masuk ke rimba raya social media. Berikut ini saya membuat perbandingannya:
1. MEMBANGUN KEDEKATAN
Facebook saat diciptakan oleh Mark Zuckerberg adalah media untuk menghubungkan para mahasiswa Harvard dan Ivy League. Facebook adalah alat untuk menghubungkan kita dengan orang-orang dekat kita. Mulai dari teman sekolah, keluarga jauh, bahkan mantan pacar (ngaku aja deh!). Di Facebook kita relatif tidak mudah menerima orang-orang yang tidak pernah kita kenal sebagai teman, karena di sini kita ingin bicara lebih intim dengan orang-orang yang kenal atau pernah kenal dengan kita. Facebook adalah sesuatu yang pribadi. Facebook adalah sejatinya social network. Facebook juga dilengkapi dengan banyak fitur untuk menunjang keintiman itu: chat, inbox, game, event invitation, poke, note, photo tag, dll. Di Twitter, anda akan follow atau di-follow secara bebas oleh orang yang tidak pernah anda kenal, dan anda tidak akan merasa terganggu. Di Twitter anda tidak pilih-pilih teman, selama dia orang yang anda anggap penting atau konten darinya menarik, anda akan follow. Kesimpulan: bila anda bertujuan menciptakan keintiman dengan konsumen (yang merupakan social circle) anda, maka tempatnya di Facebook.
2. KECEPATAN, ENGAGMENT & POPULARITAS
Twitter diciptakan oleh Jack Dorsey, yang juga pencipta Blogger. Blog adalah self-publishing atau media publikasi pribadi yang dicintai oleh para evangelist (penyebar berita). Twitter diciptakan Dorsey sebagai micro-blogging, atau blog mini dengan 140 karakter. Jadi pada prinsipnya Twitter adalah media self-publishing yang terbuka untuk umum untuk menyebarkan informasi. Karena sifatnya publishing, maka kecepatan dan jumlah audiens menjadi faktor kunci. Di sisi kecepatan, di Twitter kita melihat begitu banyak dan cepat informasi yang seliweran. Anda akan maklum, karena memang begitu lah cara kerjanya. Tapi bila seorang teman Facebook anda update status 50 kali sehari, cepat atau lambat akan anda unfriend atau unfollow update. Berhubung Twitter network-nya lebih umum, maka lebih besar potensi kita untuk terhubung ke lebih banyak orang dibanding Facebook. Otomatis, engagement atau interaksi yang bisa dihasilkan akan lebih besar di Twitter dibanding Facebook. Karena potensi engagement-nya tinggi, maka potensi anda menjadi populer juga ikut lebih tinggi. Kesimpulan: bila konten anda mengandalkan kecepatan serta ingin lebih populer , maka Twitter tempatnya.
3. SKALA NETWORK
Di Twitter anda akan dengan mudah menemukan akun figur atau brand dengan follower jutaan seperti @agnezmo (12 juta), @TweetRamalan (9 juta), Raditya Dika (9 juta), @Sherinasinna (9 juta), Detikcom (9 juta) dll, yang jumlah followernya bahkan lebih banyak dari populasi sebuah negara. Tapi di Facebook tidak semudah itu. Ini berhubungan dengan sifat Twitter sebagai self-publishing dan Facebook sebagai social network, serta motif pengguna di masing-masing platform media ini. Kesimpulan: bila anda ingin mendapatkan network yang luas, Twitter tempatnya.
4. SKALA KONTEN
Bayangkan dua mesin pencari: Yahoo! dan Google. Pada portal Yahoo! anda disuguhkan beragam fitur dan fasilitas: mulai dari email, cuaca, berita, kurs dll dan mesin pencari itu sendiri. Pada halaman Google, anda hanya melihat tulisan Google dan kotak pencari. Yang satu riuh, ramai dan lengkap, yang satu lagi simple. Facebook adalah Yahoo! dan Twitter adalah Google (analoginya begitu). Facebook adalah portal social network, sedangkan Twitter seringkas RSS feed. Sebagai portal, Facebook menyediakan sangat banyak fitur: chat, inbox, game, event, group, photo tagging, check-in, video, note, dll. Bahkan kita bisa membuat aplikasi Facebook sendiri, misalnya game, seperti yang dilakukan oleh beberapa brand di Facebook. Di Facebook anda bisa mengunggah foto sebanyak-banyaknya, jumlah teks yang tidak terbatas pada post, melakukan tagging pada video dan foto, mengundang teman lewat event invitation, dll. Anda akan sangat leluasa di sini. Dari skala konten, teks pada Twitter maksimal hanya 140 karakter, maksimal 4 foto dalam satu tweet, video dan audio di-host (linking) di tempat lain. Twitter kalah jauh dari skala konten dibandingkan Facebook. Kesimpulan: bila konten anda sangat beragam dan memerlukan ruang yang besar untuk teks, foto dan video, maka Facebook tempatnya.
5. UMUR KONTEN
Berdasarkan riset, umur (life span) keterbacaan konten Twitter adalah maksimal 3 jam dan Facebook 5 jam. Artinya, bila anda melakukan post di Twitter detik ini, maka anda tidak bisa berharap audiens anda yang membuka Twitter 3 jam setelah ini akan membaca konten anda tadi. Hal ini karena luasnya network para pengguna Twitter sehingga timeline mereka ‘banjir' informasi, dan konten anda ‘hanyut' lebih dulu. Di Twitter waktu update post memainkan peranan sangat penting. Kesimpulan: bila prioritas anda bukan kecepatan melainkan umur konten yang lebih awet, maka Facebook tempatnya, meski perbedaan life span-nya hanya 2 jam.
6. KECEPATAN RESPONS
Di Twitter engagement atau interaksi yang dihasilkan lebih cepat dan deras, dan mereka menuntut ‘lawan bicara' lebih cekatan merespons balik. Berdasarkan riset, batas waktu maksimal respon balik di Twitter untuk mencapai tingkat kepuasan maksimal 30 menit, dan di Facebook 5 jam. Di Twitter anda dituntut lebih lihai dalam ‘kung fu' interaksi. Hal ini berhubungan bila anda melakukan aktivitas sales atau customer service lewat social commerce yang otomatis membutuhkan respons cepat, maka Twitter adalah pilihan yang tepat. Kesimpulan: bila anda menginginkan interaksi cepat dan aktif dengan audiens, maka Twitter tempatnya.
7. PENGARUH
Kita sering mendengar pembawa berita di televisi mengucapkan ini: "berdasarkan topik yang sedang hangat dibicarakan di social media saat ini....". Indikator dan pengukuran ‘topik', ‘hangat' dan ‘social media' itu adalah hasil percakapan di Twitter. Karena Twitter sejak awal memang menerapkan teknologi pengumpulan lalu-lintas data percakapan melalui hashtag dan keyword. Bahkan Metrotv setiap malam memiliki program sendiri yang membahas trending topic - sebuah fitur Twitter. Twitter saat ini menjadi mesin pencari terbanyak kedua yang digunakan pengguna internet setelah Google. Fakta lain, sebagai self-publishing Twitter telah berhasil menjadi medium awal sebuah isu-isu penting diluncurkan dan berdampak pada dunia offline, kasus hukum pejabat misalnya. Bahkan Presiden SBY pun berkomunikasi dengan rakyat lewat akun Twitter-nya dan dikutip oleh media konvensional. Twitter sebagai platform yang bisa menciptakan engagement tinggi, secara otomatis akan menciptakan virality atau penularan/penyebaran secara luas. Kesimpulan: bila anda ingin menciptakan pengaruh, Twitter tempatnya.
8. PERFORMA APLIKASI
90% pengguna internet Indonesia mengakses social media dari mobile device. Fakta lain, penjualan mobile device di Indonesia mayoritas adalah kelas mid-end. Bahkan untuk sebuah mobile device kelas high-end pun belum bisa menyamai performanya dengan sebuah desktop computer. Mobile app developer terus ditantang membuat aplikasi yang ringan dalam konsumsi memori mobile device. Dihubungkan dengan skala konten, mobile app Facebook otomatis akan membutuhkan resource memori besar karena ia harus melakukan sinkronisasi dan render banyak sekali konten. Sementara mobile app Twitter jauh lebih cepat dibuka karena hanya sinkronisasi teks dalam ukuran kecil dan foto dalam jumlah terbatas yang sebelumnya juga telah dioptimisasi ukurannya oleh Twitter. Dari segi pengembangan mobile app, Facebook juga kalah jauh dengan Twitter. Mobile App Facebook paling populer hanya yang dibuat sendiri oleh Facebook. Sementara di Twitter saat ini ada ratusan aplikasi stream yang tersedia di luar yang dikembangkan oleh Twitter, seperti Tweet Caster, Echofon, Hootsuite dll, yang kebutuhan memori dan kecepatannya lebih baik dari mobile app Twitter sendiri. Kesimpulan: bila anda butuh audiens dapat mengakses konten anda dengan cepat lewat mobile app, maka Twitter tempatnya.
9. KONEKTIVITAS
Kualitas koneksi internet Indonesia berada di urutan ke-118 di Asia Pasifik dengan kecepatan rata-rata 1,5 Mbps dan urutan ke-101 dunia. Sementara kecepatan rata-rata mobile broadband di Indonesia hanya 1,8 Mbps, belum termasuk banyaknya kawasan yang blank-spot. Pada poin Performa Aplikasi di atas sudah saya bahas bahwa aplikasi Facebook harus melakukan sinkronisasi dan render banyak data, mulai dari teks yang panjang, link ke website, foto, video, event dan fitur-fitur lain. Semua ini membuat Facebook membutuhkan konektivitas internet yang jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan koneksi internet yang dibutuhkan Twitter yang hanya mensinkronisasikan teks dan foto dalam jumlah minimal. Itu lah sebabnya mengakses konten Twitter jauh lebih cepat dibandingkan mengakses konten Facebook. Kesimpulan: bila anda ingin audiens anda lebih mudah mengakses konten anda dari aspek konektivitas internet, maka Twitter tempatnya.
10. EVENT
Anda akan menggelar sebuah event, apa kah itu program diskon, pameran, konser musik, launching produk baru dll. Sayangnya anda harus memilih mana yang akan menjadi prioritas di sini: persebaran dan interaksi (engagement), atau atraksi konten. Dari point ‘Kecepatan, Engagement & Popularitas', ‘Skala Network' dan ‘Skala Konten' di atas anda tahu bahwa Facebook dan Twitter memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Di Facebook, anda bisa mengundang para fans lewat fitur event invitation (bahkan memasang iklan event), mengunggah banyak foto dan video, melakukan tagging, mengatur event reminder, bahkan membuat aplikasi khusus untuk event. Di Twitter, anda hanya bisa melakukannya lewat teks dan foto, sementara video harus dilakukan dengan cara linking. Namun Twitter memiliki skala network yang luas, kecepatan dan tingkat engagement tinggi. Kesimpulan: bila anda ingin event anda lebih populer, menjangkau lebih banyak orang dan meningkatkan interaksi antar audiens, maka Twitter tempatnya. Bila ingin konten event anda lebih atraktif, maka Facebook tempatnya.
11. MONITORING
Brand anda produk mie yang berlokasi di Balikpapan. Maka captive market anda adalah penduduk Balikpapan dan sekitarnya (misal Samarinda, Bontang, Kukar dll) yang gemar mie atau sedang ingin makan mie. Anda kemudian ingin memonitor orang-orang ini lewat kata kunci ‘mie' dan geotagging di Balikpapan dan sekitarnya. Ketika seorang pengguna social media di Balikpapan dan sekitarnya menuliskan kata ‘mie', anda akan mengetahuinya dan bisa langsung melakukan engagement kepada orang itu misal dalam bentuk mention. Salah satu fungsi terbesar social media adalah tracking dan monitoring secara real time. Sayangnya, fungsi ini baru bisa dilakukan di Twitter, bukan Facebook. Kesimpulan: bila anda turut menjalankan aktivitas monitoring secara intens terhadap captive market anda, maka Twitter tempatnya.
12. ANALISA & RISET
Bila salah satu tujuan anda terjun di social commerce adalah untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan tren, produk, industri, ketertarikan konsumen, demografi, survei dan intelijen serta benchmark terhadap kompetitor, maka anda membutuhkan raw data yang lebih terbuka, lebih banyak dan lebih terkategori. Tiga aspek ini - terbuka, banyak, terkategori - adalah milik Twitter. Terbuka karena Twitter hanya data mentah berupa teks atau RSS feed yang lebih mudah diidentifikasi. Banyak karena skala network Twitter lebih luas. Meski pengguna Facebook lebih banyak dari Twitter, tapi jumlah konektivitas antar pengguna jauh lebih banyak Twitter. Terkategori karena Twitter adalah social media pertama yang mempopulerkan hashtag dan sampai sekarang adalah satu-satunya yang memiliki fitur trending paling akurat berdasarkan hashtag dan keyword. Fakta lain, Twitter adalah mesin pencari kedua paling populer setelah Google, atau Twitter adalah mesin pencari paling top di social media. Karena ketiga aspek ini lah segi ketersediaan analytic tool untuk Twitter jumlahnya jauh melampaui Facebook -- jumlahnya ada ribuan. Analytic tool itu (baik gratis atau berbayar) menyediakan banyak data outcome yang berguna bagi kepentingan analisa, riset, pengembangan dan intelijen yang kita jalankan. Kesimpulan: bila anda ingin mendapatkan data yang lebih lengkap dan komprehensif tentang segala aspek dalam bisnis anda, maka Twitter tempatnya. Dari perbandingan-perbandingan di atas, kita tahu bahwa Twitter lebih punya banyak keunggulan dibanding Facebook. Namun masing-masing aspek itu unik dan hampir tidak bisa disubstitusikan. Facebook dan Twitter tidak sedang bersaing, mereka berkomplemen, itu faktanya. Pada akhirnya, tinggal kita yang menjatuhkan pilihan - pada Facebook, Twitter, atau keduanya - berdasarkan kepentingan, tujuan, aktivitas dan jenis konten pada social commerce kita. Selamat memilih.[*] Tulisan ini adalah versi Kompasiana dari tulisan aslinya di Blog Social Lab dengan penulis yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H