Mohon tunggu...
Hilman Abdullah
Hilman Abdullah Mohon Tunggu... -

Anak pertama dari 5 bersaudara, lulus Strata 1 jurusan Fmipa Fisika ITB. 2 tahun bekerja di LON-LIPI, 15 tahun di bidang IT selebihnya bekerja dibidang yang berhubungan dengan Sumberdaya Manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadikan Tulisan Sebagai Warisan

24 September 2013   16:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimulai dengan kesenangan untuk mengajar, sering kali menghadapi kendala dengan ketersediaan materi yang harus dipelajari untuk akhirnya diajarkan.

Pimpinan selalu mempunyai cara jitu agar setiap staf dibawahnya mau melaksanakan rencana kerja yang sudah disusunnya. Hampir semua rencana kerja seorang pimpinan selalu di dalamnya mengandung unsur pengembangan Sumberdaya Manusia tetapi sayangnya dalam menyusun rencana kerja tersebut sering dilupakan rencana budget untuk melaksanakan rencana tersebut.

Karena sudah harus komit dengan rencana kerja yang disusun, maka pimpinan akan mencari jalan untuk pelaksanaan pengembangan sumberdaya manusia tanpa budget untuk membayar pelatihan atau mengundang tenaga pengajar. hal yang paling mudah adalah memerintahkan staf untuk membuat kelas dengan materi yang sudah ditetapkan.

Pada awalnya memang tidak mudah membuat materi untuk pelatihan yang diperintahkan, tetapi pada era dimana informasi menjadi mudah diperoleh maka membuat materi menjadi mudah. hanya dengan modal internet, cari sana, cari sini, copy sana, copy sini maka materi dalam bentuk power point dapat dibuat dengan cepat.

Perjalanan waktu yang panjang meninggalkan banyak materi yang dibuat dalam bentuk power point tetapi yang paling menyakitkan saat ingin menjalankan kelas dengan materi yang lama tidak bisa dilakukan karena alur dari materi tersebut sudah tidak ingat lagi. Masalahnya materi yang dibuat dalam power point tadi tidak dibarengi dengan tulisan tentang materi tersebut secara lebih rinci dan gamblang.

Untuk menjaga agar masalah diatas tidak terulang kembali, maka setiap membuat materi pelatihan dicoba untuk melengkapinya dengan tulisan materi yang lebih rinci dan gamblang agar setiap orang dapat melakukannya.

Pengalaman yang satu dengan pengalaman berikutnya dalam hal menyiapkan materi menyebabkan adanya kenikmatan tersendiri untuk menuliskan semua materi sehingga akhirnya selain memiliki banyak materi dalam bentuk power point juga memiliki materi yang siap untuk dibaca dan digunakan orang lain.

Masalahnya sekarang adalah bagaimana semua tulisan yang telah dibuat dapat dikemas dan diformat agar menjadi sebuah bentuk yang dapat diwariskan dan memiliki nilai yang ekonomis. Jalan keluarnya adalah mengubah format tulisan yang ada saat ini menjadi sebuah buku yang suatu saat pasti akan dapat diterbitkan sehingga memiliki nilai ekonomis. Tulisan yang siap diterbitkan akan dapat dijadikan bentuk warisan yang akan memberikan nilai tidak hanya kepada ahli waris tetapi kepada semua pembaca lainnya.

Jadi jangan tinggalkan materi yang anda susah membuatnya dalam bentuk yang tidak memilki nilai ekonomis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun