Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor Degree of Public Education University of Ibn Khaldun Bogor

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Self Diagnosis Soal Kesehatan Mental Sendiri, Bahaya?

6 Januari 2025   20:20 Diperbarui: 6 Januari 2025   19:22 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self Diagnosis Soal Kesehatan Mental Sendiri, Bahaya?

Menghadapi hidup yang penuh tekanan, kadang kita merasa ada yang nggak beres dengan kesehatan mental kita. Tapi, saat belum sempat ke profesional, sering kali kita tergoda untuk melakukan "self-diagnosis" alias mendiagnosis diri sendiri. Apakah ini bahaya? Yuk, kita bahas dengan santai, tapi serius.

Google, Dokter Kita Semua?

Zaman sekarang, siapa sih yang nggak googling kalau lagi ada apa-apa? Sakit kepala? Googling. Susah tidur? Googling. Merasa sedih berkepanjangan? Tentu saja, googling! Meskipun internet punya banyak informasi, sayangnya, nggak semua bisa dipercaya, apalagi soal kesehatan mental. Informasi di internet sering kali general, dan tanpa pemahaman mendalam, bisa jadi kita salah paham.

Bayangin, kamu cari tahu soal kecemasan, lalu artikel yang kamu baca bilang, "Kamu mungkin mengalami gangguan kecemasan parah." Duh, padahal bisa jadi kamu cuma butuh istirahat lebih banyak atau sekedar ngobrol sama teman. Intinya, Google bisa jadi teman baik, tapi jangan anggap dia sebagai dokter ya!

Label itu Berat, Membebani Diri Sendiri

Self-diagnosis bisa membuat kita menempelkan label pada diri sendiri yang belum tentu benar. Misalnya, kamu merasa sangat lelah dan sulit berkonsentrasi, lalu memutuskan, "Wah, aku pasti depresi." Label ini bisa jadi beban berat karena kita merasa harus menghadapi semua ini sendirian.

Terkadang, kita juga bisa terjebak dalam pikiran, "Aku memang seperti ini, nggak bisa diubah." Padahal, kenyataannya, perasaan dan kondisi mental kita dinamis dan bisa membaik dengan bantuan yang tepat.

Menciptakan Kekhawatiran yang Tidak Perlu

Self-diagnosis bisa bikin kita khawatir berlebihan. Misalnya, kamu merasa cemas saat presentasi, lalu menduga, "Aku pasti punya fobia sosial." Padahal, rasa cemas dalam situasi tertentu itu normal kok. Kalau langsung menilai diri sendiri dengan gangguan tertentu, kamu bisa jadi lebih stres dan cemas.

Ingat, perasaan negatif yang sesekali muncul itu bagian dari hidup. Nggak semua perasaan harus dikelompokkan sebagai gangguan. Kadang kita cuma butuh waktu untuk memahami dan menerima emosi itu.

Melewatkan Diagnosis yang Sebenarnya

Nah, ini yang penting. Kalau kita terlalu fokus pada satu diagnosis yang kita buat sendiri, kita bisa melewatkan hal lain yang sebenarnya terjadi. Misalnya, kamu pikir kamu punya gangguan tidur, padahal mungkin yang sebenarnya terjadi adalah kamu sedang stres berat karena masalah keluarga.

Seorang profesional bisa membantu melihat gambaran yang lebih besar dan memberikan diagnosis yang lebih akurat. Mereka juga bisa memberikan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan kamu.

Bicarakan, Jangan Diam

Kalau kamu merasa ada yang nggak beres, cobalah untuk berbicara. Bukan cuma ke teman atau keluarga, tapi juga ke profesional. Percaya deh, berbagi itu meringankan. Kadang kita butuh pandangan dari luar untuk bisa benar-benar memahami apa yang sedang kita rasakan.

Kesehatan mental itu penting, sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan malu atau takut untuk mencari bantuan. Ingat, kamu nggak sendiri. Banyak orang di luar sana yang juga berjuang, dan ada banyak orang yang siap membantu.

Santai Saja, Tapi Serius!

Self-diagnosis soal kesehatan mental memang menggoda, tapi penting untuk diingat bahwa diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat hanya bisa didapatkan dari profesional. Jadi, santai saja, jangan terburu-buru menilai diri sendiri. Jaga kesehatan mental kamu seperti kamu menjaga kesehatan fisik. Kalau butuh bantuan, jangan ragu untuk mencarinya. Kamu berharga, dan kamu layak mendapatkan dukungan yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun