Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor Degree of Public Education University of Ibn Khaldun Bogor

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pelecehan Verbal: "Tobrut" Sudah Jadi Sebutan Biasa?

25 November 2024   16:45 Diperbarui: 25 November 2024   16:46 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelecehan Verbal: Tobrut Sudah Jadi Sebutan Biasa?

Pernahkah kamu mendengar seseorang memanggil temannya dengan sebutan "tobrut," "bodoh," atau kata-kata lain yang sebenarnya menyakitkan? Sayangnya, banyak dari kita menganggap kata-kata seperti itu sebagai candaan biasa. Namun, ini adalah bentuk pelecehan verbal yang sering kali tidak disadari. 

Pelecehan Verbal: Apa Itu Sebenarnya?

Pelecehan verbal adalah segala bentuk ucapan atau kata-kata yang menyakiti perasaan, menghina, atau merendahkan orang lain. Bentuknya bisa berupa ejekan, hinaan, atau bahkan komentar yang kelihatannya "biasa" tapi sebenarnya berpotensi melukai perasaan.

Misalnya, panggilan seperti "tobrut," "pulen," atau "semok" sering dilontarkan di antara teman dekat sebagai candaan. Tapi, sadar tidak sih, ada orang yang mungkin benar-benar tersinggung atau merasa insecure gara-gara kata itu? Hal ini bisa berdampak besar, terutama jika terjadi terus-menerus. Kata-kata punya kekuatan, dan ketika digunakan secara negatif, dampaknya tidak main-main.

"Cuma Bercanda, Kok!": Normalisasi yang Salah

Kalimat seperti "Ah, cuma bercanda, kok!" sering dijadikan tameng saat seseorang merasa tersinggung. Ini masalahnya: kita terlalu sering membungkus hinaan dengan kata "bercanda." Akhirnya, budaya ini jadi normal.

Normalisasi ini terutama terjadi di kalangan anak muda. Kata-kata kasar dianggap keren atau jadi bagian dari komunikasi sehari-hari. Padahal, efeknya bisa memengaruhi mental seseorang. Bayangkan, kalau setiap hari mendengar kata-kata negatif, lama-lama kepercayaan diri bisa hancur. Orang yang terus-terusan dilecehkan secara verbal juga lebih rentan mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi.

Candaan boleh, tapi kalau sudah merendahkan atau menyakiti, itu bukan lagi bercanda. Itu adalah pelecehan, titik.

Dampaknya Lebih Besar dari yang Kamu Pikirkan

Buat kamu yang merasa "Ah, aku sih tidak ambil hati kalau dipanggil tobrut atau hal lain," perlu diingat, tidak semua orang punya mental yang sama. Ada orang yang kelihatan santai, tapi sebenarnya menyimpan rasa sakit di dalam hati.

Beberapa dampak yang sering terjadi akibat pelecehan verbal:

  • Menurunkan kepercayaan diri: Orang bisa mulai percaya bahwa dirinya seperti apa yang dikatakan orang lain.

  • Gangguan mental: Pelecehan verbal yang terus-menerus bisa memicu stres, depresi, atau bahkan keinginan untuk mengisolasi diri.

  • Merusak hubungan: Candaan yang kelewatan bisa membuat orang menjauh karena merasa tidak dihargai.

Ingat, kata-kata itu ibarat pisau. Kalau tidak hati-hati, bisa melukai orang lain.

Mulai Berubah, Sekarang!

Kita tidak bisa mengubah kebiasaan buruk ini dalam sehari, tapi langkah kecil selalu lebih baik daripada diam saja. Mulailah dengan:

  • Pikir sebelum bicara: Tanyakan pada dirimu, "Kalau aku dipanggil seperti ini, apakah aku akan suka?"

  • Berhenti menganggap kata-kata kasar itu keren: Tidak ada yang salah dengan bicara baik-baik dan sopan. Justru, itu menunjukkan kedewasaanmu.

  • Berani menegur: Kalau ada teman yang kebablasan ngomong, jangan ragu untuk bilang, "Eh, kayaknya tidak enak deh kalau ngomong gitu."

  • Dukung teman yang jadi korban: Kalau kamu tahu ada yang jadi korban pelecehan verbal, tunjukkan dukunganmu. Kadang, perhatian kecil dari teman bisa sangat berarti.

Pelecehan verbal sering kali dianggap remeh dan dibungkus dengan alasan bercanda. Padahal, efeknya bisa jauh lebih besar dari yang kita duga. Sebagai generasi yang melek informasi, kita punya tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif. Yuk, mulai dari diri sendiri dengan lebih bijak memilih kata-kata. Ingat, bercanda itu boleh, tapi jangan sampai merendahkan. Karena, sekali lagi, kata-kata punya kekuatan besar. Gunakan dengan bijak!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun