Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor Degree of Public Education University of Ibn Khaldun Bogor

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cat Calling, Normalisasi atau Kriminalisasikan?

25 November 2024   12:15 Diperbarui: 25 November 2024   12:17 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini, kita belum punya hukum spesifik soal ini, Tapi, kriminalisasi cat calling di Indonesia masih menjadi perdebatan. Ada yang bilang ini terlalu berlebihan, ada juga yang percaya ini langkah penting untuk melindungi hak asasi manusia.

Sebenarnya, ini bukan cuma soal hukuman, tapi juga edukasi. Hukum memang penting untuk memberikan efek jera, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita membangun budaya saling menghormati.

Mulai dari Kita Sendiri

Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Kalau kamu pernah melakukan cat calling, berhenti sekarang juga. Tidak ada alasan untuk bikin orang lain merasa tidak nyaman. Dan kalau kamu jadi korban, penting untuk tahu bahwa kamu tidak salah. Jangan takut bicara atau melapor jika perlu.

Sebagai masyarakat, kita juga perlu lebih peka. Kalau melihat orang lain jadi korban, jangan diam saja. Kadang, sekadar menemani korban atau menegur pelaku bisa jadi langkah besar untuk mengubah budaya kita.

Yang paling penting, mari sama-sama menyebarkan kesadaran. Edukasi teman-teman, keluarga, dan orang di sekitar kita bahwa cat calling itu bukan pujian, melainkan pelecehan. Kita harus jadi generasi yang menghormati, bukan merendahkan.

Cat calling bukan sekadar godaan ringan. Ini pelecehan yang harus dihentikan, bukan dinormalisasi. Apakah harus dikriminalisasi? Mungkin, tapi yang paling penting adalah bagaimana kita sebagai individu dan masyarakat bisa mengubah pola pikir dan tindakan kita.

Jadi, sekarang saatnya tanya ke diri sendiri: Apakah kamu masih mau membiarkan budaya ini terus hidup? Atau kamu siap jadi bagian dari perubahan? Ingat, menghormati orang lain adalah langkah pertama menuju masyarakat yang lebih manusiawi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun