Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor Degree of Public Education University of Ibn Khaldun Bogor

INFP-T/INFJ Book, nature, classical music, and poem🍁 Me and my writing against the world 🌼

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cantik itu Luka: Jelek Tidak Dihargai, Cantik Dipermainkan Harga Dirinya

6 Agustus 2024   08:45 Diperbarui: 6 Agustus 2024   08:51 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cantik itu Luka: Jelek Tidak Dihargai, Cantik Dipermainkan Harga Dirinya


Penampilan sering kali menjadi tolok ukur utama dalam menilai seseorang di masyarakat. Namun, kenyataannya tidaklah sesederhana itu. Ada dua sisi dari fenomena ini: individu yang dianggap "jelek" sering kali tidak dihargai, sedangkan mereka yang dianggap "cantik" sering kali dipermainkan harga dirinya. Mari kita bahas lebih mendalam mengenai dua aspek ini.

1. Stigma Terhadap Penampilan

Di banyak budaya, penampilan fisik sering kali menjadi penentu utama dalam penilaian sosial. Jika seseorang dianggap tidak memenuhi standar kecantikan, mereka sering menghadapi berbagai bentuk diskriminasi. Ini bukan hanya soal kesempatan kerja yang lebih sedikit, tetapi juga bagaimana mereka diperlakukan dalam interaksi sehari-hari. 

Misalnya, seseorang yang dianggap kurang menarik mungkin sering diabaikan dalam pertemuan sosial atau dianggap kurang kompeten hanya karena penampilannya. 

Diskriminasi semacam ini membentuk pandangan bahwa nilai seseorang hanya terletak pada penampilan luar mereka, bukan pada kemampuan, keahlian, atau karakter. 

Akibatnya, individu yang tidak sesuai dengan standar kecantikan yang berlaku sering kali merasa tidak dihargai dan terpinggirkan, padahal mereka mungkin memiliki kualitas yang sangat berharga.

2. Kecantikan sebagai Beban

Menjadi cantik sering kali dianggap sebagai keuntungan, tetapi kenyataannya, hal itu bisa menjadi beban yang berat. Mereka yang memiliki penampilan menarik sering menghadapi tekanan untuk memenuhi ekspektasi kecantikan yang sangat tinggi dan sering kali tidak realistis. Penampilan fisik mereka bisa menjadi fokus utama, dan ini dapat menyebabkan mereka diperlakukan secara berbeda. 

Dalam banyak kasus, perempuan cantik sering kali menjadi objek seksual atau hanya dianggap sebagai kesenangan sesaat, bukan sebagai individu dengan kepribadian atau kemampuan yang patut dihargai. Ini bisa mengakibatkan penurunan harga diri, di mana mereka merasa nilai mereka hanya diukur dari penampilan luar dan bukan dari kualitas pribadi mereka. 

Eksploitasi semacam ini menambah beban emosional dan psikologis, karena mereka harus berjuang untuk diterima dan dihargai lebih dari sekadar penampilan fisik.

3. Ketidakadilan dalam Penilaian

Penilaian berbasis penampilan menciptakan ketidakadilan yang mendalam. Seseorang yang memiliki penampilan menarik sering kali mendapatkan lebih banyak perhatian dan kesempatan dibandingkan dengan mereka yang dianggap kurang menarik. Ini menciptakan sistem yang sangat bias dan merugikan, di mana individu dinilai bukan berdasarkan kompetensi atau karakter mereka, tetapi semata-mata pada penampilan luar. 

Ketidakadilan ini bukan hanya merugikan individu yang dianggap tidak menarik, tetapi juga merusak tatanan sosial secara keseluruhan. Dengan memberikan penilaian yang tidak adil, masyarakat kehilangan potensi dan kontribusi dari banyak individu yang sebenarnya memiliki nilai tinggi tetapi tidak mendapatkan kesempatan yang layak.

4. Kecantikan Sejati Berasal dari Dalam

Kecantikan sejati tidak bisa diukur hanya dari penampilan luar. Sifat, karakter, dan kepribadian seseorang adalah aspek-aspek yang jauh lebih mendalam dan bernilai. 

Kecantikan sejati mencakup kualitas seperti empati, kebaikan, dan kejujuran, yang tidak terlihat pada permukaan tetapi sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. 

Menghargai seseorang berdasarkan kualitas ini lebih penting daripada hanya menilai dari penampilan. Kecantikan yang berasal dari dalam mencerminkan kekuatan dan keunikan individu, menjadikannya lebih berarti dan abadi dibandingkan dengan kecantikan fisik yang hanya sementara.

5. Mengubah Perspektif Masyarakat

Untuk menciptakan perubahan, kita perlu mengedukasikan masyarakat tentang kecantikan dan penampilan. Alih-alih hanya menilai seseorang dari penampilan luar, penting untuk mulai fokus pada kualitas dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. 

Edukasi mengenai keberagaman kecantikan serta penghargaan terhadap kepribadian dan kemampuan dapat membantu mengurangi diskriminasi dan memperbaiki cara kita berinteraksi dengan orang lain. 

Dengan mengedukasikan pandangan yang lebih inklusif dan adil, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih setara di mana setiap individu dihargai secara menyeluruh.

Kesimpulan

Kecantikan dan penampilan memang mempengaruhi cara seseorang diperlakukan di masyarakat. Namun, penting untuk mengingat bahwa kecantikan sejati berasal dari dalam diri seseorang. 

Dengan mengubah cara pandang kita dan memberikan penghargaan yang lebih adil, kita dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai setiap individu tidak hanya berdasarkan penampilan luar tetapi juga berdasarkan kualitas dan kepribadian mereka. Ini adalah langkah penting menuju dunia yang lebih adil dan penuh kesetaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun