Mohon tunggu...
HILMA AUFIANA
HILMA AUFIANA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Hilma Aufiana, mahasiswi Sastra Belanda Universitas Indonesia. Saya memiliki banyak hobi seperti melukis, jalan-jalan ke museum, merajut, membaca buku, dan menulis. Saat ini, saya berkeinginan untuk membuat karya sebanyak-banyaknya sebagai jejak kehidupan saya yang berharga.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Potret Untung Suropati dalam Lukisan Jacob Coeman (1665) dan Hubunganya dengan Keluarga Cnoll

22 Maret 2023   18:12 Diperbarui: 22 Maret 2023   18:52 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: rijksmuseum.nl

Pieter Cnoll meninggal pada tahun 1672, dan meninggalkan seluruh harta miliknya dalam surat wasiat. Wasiat terakhirnya ditujukan untuk istrinya, Cornelia van Nijenroode. Wasiat tersebut menunjuk Cornelia sebagai pemegang perusahaan dan wali anak-anaknya. Kekayaan peninggalan Pieter Cnoll juga meliputi kereta besar dan rumah tangga dengan empat puluh budak.

Potret Untung Suropato dalam Lukisan Pieter Cnoll and His Family karya Jacob Coeman (1665)

Lukisan berjudul Pieter Cnoll, Cornelia van Nijenroode, Their Daughters and Two Enslaved Servants dilukis oleh Jacob Coeman di Batavia pada tahun 1665.  Lukisan potret tersebut menggunakan media cat minyak di atas kanvas. Berdasarkan Jean Gelman Taylor dalam Visual History: A Neglected Resource for the Longue Duree (2015), gaya lukisan Jacob Coeman hampir mirip dengan Aelbert Cuyp yang memadupadankan unsur Belanda, Asia, serta simbol status Jawa. Lukisan tersebut bergaya Barok yang identik dengan karya-karya yang seakan hidup dengan lukisan yang cemerlang dan warna-warna yang bercahaya. 

Hasil simposium dari Koninklijke Vereniging van Vrienden der Aziatische Kunst atau KVVAK pada 2019 menyebutkan bahwa Jansz Jacob Coeman mendapatkan komisi dari Pieter Cnoll untuk melukis potret keluarganya segera setelah ia tiba di Batavia pada 1663. Di dalam lukisan potret Pieter Cnoll and His Family, terdapat sosok Pieter Cnoll, istrinya yang bernama Cornelia van Nijenroode, kedua putri mereka Catharina (dengan kipas dan anjing) dan Hester (dengan kotak gading), serta dua budak yang terdiri dari Untung Suropati dan wanita yang tidak diketahui namanya sedang memegang keranjang buah. Keluarga itu digambarkan sedang berada di teras rumah mereka di Batavia. Dalam menandakan status sosial yang tinggi, Jacob Coeman menghadirkan citra elit Cornelia sebagai  istri VOC dengan kalung mutiara dan Pieter Cnoll dengan kancing serta gesper emas (J. Taylor: 2007, 2009). Kehadiran dua pelayan dalam lukisan tersebut juga menandakan status Cnoll yang tinggi, meskipun mereka hanya mewakili sebagian kecil dari lima puluh budak yang dimilikinya. Untung Suropati yang merupakan budak belian pedagang senior VOC tampak di bagian kanan dari potret keluarga Cnoll dengan membawa bendera dan ditemani seorang wanita pribumi yang membawa keranjang buah. 

Latar dari lukisan tersebut adalah Batavia dengan pepohonan, langit biru, laut di kejauhan, dan dua kapal. Dua kapal yang terdapat dalam lukisan menandakan perdagangan yang pesat pada masa itu. Pada kurun abad 16--17-an lukisan-lukisan mayoritas seniman Hindia Belanda tidak lepas dari pantai, laut, kapal, tanjung, dan teluk. Hal ini menunjukkan kuatnya kehidupan pesisir pada masa itu. Para perupa juga melukis selaras dengan pengetahuan mereka mengenai geografi tanah jajahan (JG Taylor, 2015)

Dalam teknik pewarnaan seni rupa, terdapat unsur gelap terang yang dapat mendukung fokus tidaknya penikmat lukisan dalam memandang karya. Ungkapan gelap-terang yang menjadi hubungan pencahayaan dan bayangan dinyatakan dengan gradasi mulai dari yang paling putih untuk yang menyatakan yang sangat terang, sampai kepada yang paling hitam untuk bagian yang sangat gelap (Sunaryo, 2002: 20). 

Berdasarkan analisis unsur gelap-terang dalam lukisan Pieter Cnoll dan keluarganya karya Jacob Coeman (1665) memfokuskan pencahayaan ke Pieter Cnoll, Cornelia van Nijenroode, Catharina, dan Hester. Sebagai budak, Untung Suropati dan seorang wanita Jawa yang berada di sampingnya diberi warna yang lebih gelap. Hal ini juga menggambarkan kedudukan dan eksistensi dari Pieter Cnoll yang lebih tinggi dari keberadaan budak-budak yang tidak terlalu dianggap, namun harus dihadirkan untuk menandakan kedudukan tinggi keluarga tersebut. Menurut data dari Rijksmuseum, jumlah budak yang dimiliki oleh Pieter Cnoll berjumlah kurang lebih 50 orang. Maka dari itu, keberadaan Untung Suropati dan seorang wanita hanya sebagai representasi dari budak-budak yang dimiliki keluarga tersebut. 

Kebenaran budak yang terdapat dalam lukisan keluarga Pieter Cnoll merupakan Untung Suropati atau bukan dapat dibuktikan dengan data deskripsi karya lukisan di Rijksmuseum. Di sana disebutkan bahwa budak pria yang berada di belakang Cornelia van Nijenroode adalah Suropati. Jan Gelman Taylor dalam jurnalnya A Neglected Resource for The Longue Duree (2015) juga menjelaskan bahwa budak tersebut bernama Untung atau yang lebih dikenal Suropati dalam kisah-kisah di Indonesia.

Hubungan antara Untung Suropati dengan Keluarga Cnoll Berdasarkan Lukisan karya Jacob Coeman (1665)

Berdasarkan Babad Tanah Jawa, pupuh Dhandhanggula 8, jilid 14, bagian 84, pada umur tujuh tahun Untung Suropati dijual oleh Kapten van Beber yang mendapatkannya dari orang Bugis. Van Beber lalu menjualnya ke Kapten Edele Heer Moor di Batavia. Sedangkan menurut Hamid Basyaib (2002) dalam Cornelia, Drama Janda Batavia, Untung Suropati merupakan budak dari seorang pejabat tinggi VOC bernama Pieter Cnoll. Sesudah Pieter Cnoll meninggal, sebagai seorang budak Untung diwariskan kepada Cornelia Cnoll yang kejam dan bengis. Oleh karena itu, Untung melarikan diri hingga menjadi buron VOC. Untung lalu mengobarkan pemberontakan melawan VOC dan mendirikan kerajaan di Jawa Timur. Ia lalu mengganti namanya menjadi Suropati.

Menurut Dirk Teeuwen dalam Jakarta History Museum, Suropati 1675, dahulu penduduk Batavia didominasi oleh budak. Pada tahun 1670, budak di Batavia berjumlah 13.000 dari total populasi 33.000. Di tahun 1815 terdapat 14.000 budak dari 48.000 penduduk. Belanda lebih suka mendatangkan budak dari luar Jawa karena berbagai alasan, salah satunya karena budak dari daerah Jawa dan Sunda saling bermusuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun