"Kalau menurut pak Slamet, kenapa sih orang-orang itu pada tidak tertib berlalulintas, nggak patuh pada aturan?" tanya saya.
"Lha gimana ya, pak. Soalnya aparat petugasnya tidak tegas. Kalau tegas kami juga nurut kok", jawabnya.
"Lho, kok harus nunggu ditertibkan sama aparat. Kenapa nggak mulai patuh aja pada aturan biar nggak amburadul kaya sekarang. Kan kalu macet begini sampeyan juga rugi, kan..?"
"Kalau kami, sopir taksi, sih mau tertib pak. Apalagi perusahaan kami sekarang sedang mengejar "Adipura" taksi terbaik dan saingannya ada tiga, xxx, yyy, dan zzzz pak" katanya berbau promosi. "Tapi kalau angot-angkot itu sulit kalau mau tertib sendiri sedangkan yang lain tidak tertib," lanjutnya.
"Kalu ada gerakan peduli aturan, mau ikut nggak pak?" tanya saya.
"Wah, tentu mau pak! Manajemen perusahaan kami kan sedang berusaha membuat perusahaan taksi kami menjadi yang terbaik", jawabnya pasti.
"Menurut pak Slamet, apa sih penyebab tidak tertibnya lalu lintas ini?" tanya saya.
"Ya, tadi itu pak. Yang pertama petugasnya tidak tegas. Orang kan kalau ada kesempatan ya pada ngejar. Mestinya kan tidak boleh kalau tidak pada tempatnya. Â Yang kedua, kendaraan bertambah banyak tidak terkontrol tambahnya itu. jadi, makin hari makin sesak saja, pak," jawabnya.
"O..begitu. Lalu kalau mau tertib mulainya dari mana tanpa nunggu tegasnya petugas..?" cecar saya.
"Mestinya dari golongan menengah, pak. Kalau dari rakyat kecil ini gak bunyi pak," jawabnya.
Hmmm, saya mencoba memahami maksudnya meski tidak mudeng juga. Anda tahu maksud sopir taksi itu?