Menurut saya, demokrasi di Indonesia, meskipun sudah mengalami banyak kemajuan setelah reformasi 1998, masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu diperbaiki agar benar-benar dapat berfungsi dengan optimal. Beberapa aspek utama dalam demokrasi Indonesia memiliki sisi positif, tapi juga masih perlu diperhatikan lebih lanjut.
Pertama, pemilu di Indonesia memang sudah cukup baik dalam memberikan hak suara kepada rakyat, yang bisa memilih langsung pemimpin mereka. Tapi, saya merasa pemilu kita seringkali terhambat oleh masalah seperti politik uang dan kurangnya pemahaman politik di masyarakat.Â
Banyak pemilih yang memilih bukan berdasarkan kualitas calon atau visi-misi, melainkan karena iming-iming materi. Ini jelas menjadi hambatan besar dalam membangun demokrasi yang matang. Untuk itu, pendidikan politik yang lebih mendalam bagi masyarakat perlu menjadi prioritas agar pemilu kita bisa lebih berkualitas.
Kemudian, pluralisme dan multikulturalisme di Indonesia adalah hal yang patut dibanggakan. Negara kita memang sangat beragam, baik dari segi suku, agama, dan budaya, dan sistem demokrasi kita memberikan ruang bagi semua kelompok untuk berkembang. Namun, realitanya, masih banyak ketegangan dan intoleransi yang muncul, terutama soal perbedaan agama dan etnis.Â
Saya rasa, kita perlu lebih serius dalam menumbuhkan rasa saling menghargai dan mengedepankan toleransi di tengah perbedaan. Negara juga harus lebih tegas dalam melindungi hak-hak minoritas agar mereka tidak merasa terpinggirkan.
Dalam hal partisipasi masyarakat, meskipun pemilu sudah cukup baik sebagai bentuk keterlibatan rakyat, saya merasa bahwa banyak orang yang cenderung apatis setelah pemilu usai. Mereka merasa tidak punya pengaruh terhadap kebijakan atau perubahan yang terjadi. Padahal, dalam demokrasi, partisipasi masyarakat harus berlanjut sepanjang waktu, tidak hanya saat pemilu.Â
Ada kekurangan dalam hal keterlibatan publik dalam diskusi kebijakan atau pengawasan terhadap pemerintah, yang mungkin disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya peran aktif dalam kehidupan politik.
Lalu, mengenai hak asasi manusia (HAM), saya pikir Indonesia sudah membuat kemajuan, tetapi masih banyak PR yang harus diselesaikan. Kasus-kasus pelanggaran HAM, terutama yang terjadi di masa lalu, belum sepenuhnya diselesaikan, dan sering kali orang yang menyuarakan kritik terhadap pemerintah masih menghadapi intimidasi atau tekanan.Â
Kebebasan berpendapat di Indonesia memang dilindungi oleh hukum, namun dalam praktiknya, kita masih melihat adanya tindakan represif terhadap mereka yang mengkritik pemerintah atau kebijakan yang dianggap tidak adil. Menurut saya, negara harus lebih tegas dalam melindungi hak asasi manusia dan memberi ruang yang lebih besar bagi kebebasan berekspresi.
Terakhir, soal desentralisasi kekuasaan, meskipun kebijakan ini awalnya bertujuan untuk memberi otonomi lebih kepada daerah agar lebih mandiri, saya rasa masih banyak daerah yang belum siap atau tidak mampu mengelola sumber daya dengan baik.Â
Banyak daerah yang masih bergantung pada pemerintah pusat dan terjebak dalam praktik korupsi lokal. Untuk desentralisasi benar-benar efektif, pemerintah pusat harus lebih memperhatikan kapasitas daerah dan memberikan pendampingan agar kekuasaan yang diberikan tidak disalahgunakan.
Secara keseluruhan, demokrasi Indonesia sudah berjalan dengan baik dalam banyak aspek, tetapi kita masih memiliki pekerjaan rumah yang besar. Demokrasi bukan hanya soal memilih pemimpin, tetapi juga soal bagaimana seluruh sistem bisa berjalan dengan adil, transparan, dan inklusif. Oleh karena itu, semua pihak pemerintah, masyarakat, dan lembaga independent harus saling bekerja sama untuk menjaga agar demokrasi kita bisa terus berkembang dan memberikan manfaat bagi semua lapisan masyarakat.
Ada beberapa hal lagi yang menurut saya perlu diperhatikan dalam demokrasi Indonesia.
Salah satunya adalah kualitas pendidikan politik. Demokrasi yang sehat tidak hanya mengandalkan sistem pemilu yang adil, tetapi juga pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Saya merasa banyak warga negara yang kurang memahami bagaimana sistem politik bekerja, apa saja hak dan kewajiban mereka, dan bagaimana cara mereka bisa berkontribusi secara positif dalam proses politik.Â
Meskipun ada banyak sumber informasi, banyak yang tidak tahu bagaimana mengakses informasi yang benar dan memadai. Oleh karena itu, pendidikan politik di Indonesia harus dimulai sejak dini, baik melalui kurikulum sekolah maupun kampanye-kampanye yang lebih aktif dari lembaga-lembaga masyarakat dan pemerintah.Â
Dengan demikian, warga negara tidak hanya menjadi pemilih yang cerdas, tetapi juga bisa menjadi pengawas yang efektif terhadap jalannya pemerintahan.
Selain itu, masalah korupsi juga masih menjadi hambatan besar dalam demokrasi kita. Meski sudah ada lembaga seperti KPK yang berperan aktif dalam memberantas korupsi, namun saya rasa korupsi masih merajalela di banyak sektor, baik di pemerintahan pusat maupun daerah.Â
Demokrasi yang sejati hanya bisa terwujud jika ada transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam pengelolaan negara. Korupsi, baik dalam bentuk yang besar maupun kecil, merusak fondasi demokrasi karena mengurangi kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Oleh karena itu, upaya pemberantasan korupsi harus diperkuat, dengan memastikan adanya pengawasan yang lebih ketat dan penegakan hukum yang tidak pandang bulu.
Tak kalah penting adalah peran media dalam demokrasi. Di era digital seperti sekarang ini, media sosial memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk opini publik. Media seharusnya menjadi saluran informasi yang mendidik dan menyejukkan, bukan malah memperkeruh suasana dengan informasi yang bias atau hoaks.
 Sayangnya, fenomena berita palsu dan polarisasi informasi semakin marak, yang menyebabkan masyarakat jadi sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Dalam konteks ini, saya merasa bahwa literasi media harus ditingkatkan. Warga negara perlu diajarkan untuk lebih kritis dalam menerima informasi, serta mengenali sumber yang kredibel dan terpercaya.
Selain itu, masalah kesenjangan sosial dan ekonomi juga tak bisa diabaikan dalam konteks demokrasi. Meskipun Indonesia sudah berkembang pesat, kesenjangan antara yang kaya dan miskin masih sangat lebar. Demokrasi yang sejati harus bisa memastikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir orang.Â
Saya pikir, pemerintah harus lebih fokus pada kebijakan yang mengurangi ketimpangan ini, melalui pemerataan pembangunan, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, serta penguatan sektor ekonomi rakyat. Ketika kesenjangan ini semakin melebar, bukan hanya keadilan sosial yang terganggu, tetapi juga stabilitas politik dan sosial negara.
Dan terakhir, saya percaya bahwa keadilan hukum menjadi elemen yang sangat penting dalam menjalankan demokrasi. Banyak orang merasa bahwa hukum tidak selalu berlaku sama bagi semua orang. Di banyak kasus, orang yang punya kekuasaan atau uang bisa menghindar dari hukum, sementara rakyat kecil sering kali menjadi korban ketidakadilan. Dalam demokrasi yang sehat, keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu.Â
Sistem hukum harus bisa diakses oleh semua orang, tanpa terkecuali. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperkuat sistem peradilan, memastikan independensinya, dan memastikan bahwa hukum bisa ditegakkan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Secara keseluruhan, saya melihat demokrasi di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang, tetapi ada banyak tantangan yang harus dihadapi.Â
Agar demokrasi kita bisa lebih matang dan memberikan hasil yang optimal, kita semua baik pemerintah, masyarakat, maupun institusi perlu bekerja sama untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif, transparan, dan adil. Demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya mengutamakan hak untuk memilih, tetapi juga hak untuk mendapatkan keadilan, kebebasan berbicara, serta kesempatan yang setara untuk berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H