Mohon tunggu...
Salma Wulandari
Salma Wulandari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi menyanyi, menggambar, dan menulis. Kepribadian mudah senyum kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cukup, Aku Tidak Akan Diam Lagi!!

25 September 2024   19:40 Diperbarui: 25 September 2024   19:44 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di akhir pelajaran, Ana menemui Nina di luar kelas. "Aku nggak tahu harus gimana lagi, Nin. Aku nggak kuat. Apa aku benar-benar harus lapor Bu Maya?" tanya Ana dengan suara lirih.

Nina menatapnya tegas. "Iya, Ana. Dibandingkan dengan perasaan takutmu, sekarang, lebih baik kamu berani melawan. Ini bukan cuma soal hari ini, ini soal masa depanmu di sekolah ini, jika kamu terus diam Rifka akan semakin gencar untuk mengganggumu.

Ana mengangguk dengan ragu. Setelah istirahat, Rifka mendekatinya lagi di halaman sekolah. Kali ini, di depan banyak siswa yang berkumpul, Rifka mendorong Ana dengan kasar. "Kamu pikir kamu bisa sembunyi di belakang guru-guru? Dasar pecundang!" Rifka berteriak, suaranya menggema di lapangan. Gengnya Rifka bersorak, mendukung perilaku buruk itu. Ana merasa jantungnya berdetak kencang, tangan dan kakinya gemetar.

Namun, tepat ketika Rifka hendak mendorong Ana lagi, suara Bu Maya terdengar lantang dari belakang. "Rifka! Berhenti sekarang juga!" Bu Maya, bersama dengan beberapa guru lain, menghampiri mereka. Ternyata Nina sudah diam-diam melaporkan kejadian ini, dan masalah ini segera diketahui pihak sekolah.

"Kamu mau jadi pemimpin geng? Baik, sekarang aku minta semua gengmu duduk di ruang guru selama pelajaran berikutnya," tegas Bu Maya dengan tatapan tajam.

 Yang ditunggu-tunggu akhirnya terjadi. Bu Maya menjelaskan di hadapan seluruh siswa bahwa tindakan perundungan seperti yang dilakukan Rifka akan mendapatkan konsekuensi berat. Bukan hanya Rifka yang dihukum, tetapi gengnya juga ikut mendapat hukuman disiplin. Rifka yang tadinya terlihat berkuasa dan sombong, kini hanya bisa menunduk dalam rasa malu yang luar biasa.

Meskipun Ana masih merasa cemas, tetapi ia merasakan sedikit kemenangan dalam hatinya. Dibandingkan dengan ketakutannya tadi, sekarang ia merasa lebih lega. Meskipun kesialannya hari ini tidak sedikit, ia akhirnya merasa bahwa keadilan sudah ditegakkan.

Di akhir hari, Ana berjalan pulang bersama Nina. Temannya tersenyum dan berkata, "Lihat, Ana. Dibandingkan dengan dulu, sekarang kamu sudah lebih berani. Kamu akhirnya melawan balik."

Ana tersenyum tipis, tahu bahwa meskipun hari ini terasa begitu berat, setidaknya ia tidak menghadapi semuanya.

Kita harus mencoba berani untuj menghadapi suatu masalah jika kita tidak mencoba untuk berani bisa saja, suatu masalah itu akan menghancurkan masa depan kita.

Jadi teman-teman kita harus berani bertindak jika ada seorang yang mengganggu kita, jika kalian tidak berani dan hanya terus diam, hal itu bisa saja membuat masa depan kalian hancur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun