Ketika mendengar pendakian ke gunung salak, hal pertama apa yang terlintas di pikiran kalian?
Menurutku, hal pertama yang kupikirkan adalah medan pendakiannya. Gunung salak memang memiliki mdpl yang terbilang rendah, namun siapa sangka gunung salak memiliki medan pendakian cukup ekstrim.Â
Salah satu tanjakan yang terkenal pada pendakian gunung salak adalah tanjakan wayana. Seringkali tanjakan ini yang sering muncul di fyp tiktok.Â
Karena amat sangat sering tanjakan wayanan ini muncul di fyp, maka banyak orang yang sudah mental down terlebih dahulu. Contohnya tidak jauh seperti saya, sudah banyak yang mengajak untuk mencoba pendakian ke gunung salak sejak pertengahan tahun 2023.Â
Namun, saya belum mempunyai mental yang kuat serta saya juga melihat dahulu siapa partner yang cocok untuk menemani saya ke gunung salak. Karena jika salah partner, mungkin setelahnya akan berakibat menjadi takut untuk ke gunung lagi. Jadi, banyak hal yang perlu aku pertimbangkan sebelum mencoba pendakian ke gunung salak ini.
Alhamdulillah, kali ini pendakian ke gunung salak, saya bersama partner-partner yang tepat. Sebelum berangkat saya sudah yakin dengan mereka, maka pendakian selama ke puncak salak pun lancar dan tidak ada kata trauma atau "kapok".
Pendakian gunung salak bersama empat orang partner saya ketika ke gunung gede minggu sebelumnya. Tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan termasuk saya.Â
Dua orang laki-laki bang Freddy dan bang Ammar, mereka sudah dibilang "suhu" lah ya dalam pendakian, karena seringkali mereka membuka open trip ke beberapa gunung. Jadi, saat itu saya juga yakin ketika pendakian ke gunung salak bersama mereka.Â
Gunung salak, memiliki hutang yang membuat saya jatuh hati. Dari beberapa gunung yang pernah saya ndaki, hanya gunung salak yang memiliki hutan yang begitu menenangkan. Hutan yang memiliki vegetasi sangat rapat, serta begitu sunyi dari suara bising seperti di Ibukota.
Hutan gunung salak memang menenangkan, namun memiliki medan yang sangat menantang, tapi menurutku ini sangat asik.Â
Selama pendakian gunung salak, jangan harap kalian mendapatkan bonus, bonusnya bukan medan yang landai namun hutan yang tenang.Â
Kami memulai pendakian pukul 07.20 via ajisaka menuju puncak salak II dengan ketinggian 2180 mdpl. Medan pendakian pertama diawali dengan batuan yang tersusun rapi yang menanjak sampai bertemu di makam. Setelahnya, medan yang akan kita lalui sampai puncak adalah tanah setapak, serta seringkali kayu-kayu melintang di jalur pendakian.Â
Setelah melakukan trekking selama 3.5 jam, kita sampai di puncak fajar kencana dengan ketinggian 1917 mdpl. Sayang sekali puncak ini diselimuti kabut, padahal pemandangan disini sangat indah. Target puncak kami adalah puncak Prabu yaitu puncak salak II.
Melanjuti pendakian dari puncak fajar kencana pukul 12.35, dan kami tiba di tanjakkan viral ini, yaitu tanjakkan wayahna.Â
Eits, ternyata sebelum tanjakkan wayahna ni, kita harus akan berhadapan dengan tanjakan-tanjakan lainnya. Namun tingkat kesulitannya dibawah tanjakan wayahna. Jika tanjakan wayahna ini aku nilai 9/10, maka tanjakkan sebelumnya aku nilai 8/10.
Proses menanjak sebelum wayahna aku bisa lebih cepat, namun pada wayahna tidak. Sedikit merasa pesimis, ketika di awal mengangkat kaki merasa tidak yakin, karena aku harus mengangkat badan ku yang berat serta mencari celah untuk tumpuan kaki.Â
Dan di pertengahan tanjakkan, aku sedikit gemetar sehingga memiliki pemikiran ingin turun kembali. Namun, untuk turun juga akan lebih sulit, dan untuk naik juga sulit. Jadi kupaksakan kaki ini naik sampai atas.
Finally, Hilda bisa melewati tanjakkan wayana ini. Namun, ternyata setelah tanjakkan ini, semakin keatas, medan yang dilalui semakin sulit. Memang sudah tidak ada tanjakkan ekstrim lagi, namun medan semakin naik tiada ampun.Â
Hampir sampai puncak salak, banyak pendaki lain yang mulai turun. Ternyata kami adalah rombongan terakhir yang menuju puncak. Saat itu kami tiba di pohon barongsay pukul 14.00, sudah hampir dekat dengan puncak.
Tiba di puncak pukul 14.25, yah sudah tidak ada pendaki lain, dan hari sudah sore serta gerimis. Tidak lama di puncak, istirahat sekitar 40 menit, kita lanjut trekking turun. Hutan sudah diselimuti kabut tebal, serta gerimis. Saat itu aku memutuskan tidak memakai jas hujan, ingin sesekali mencoba trekking ketika hujan mumpung tidak membawa tas carrier.Â
Semakin turun, semakin hujan deras serta medan semakin licin. Kebayangkan gimana jalur ketika turun saat hujan? wah ini pengalaman yang sangat berkesan. Walaupun hujan dan jalur licin, kaki tidak boleh berjalan lambat, harus lebih cepat karena mengejar waktu yang semakin sore dan malam.
Lelah? pasti sangat lelah. Tapi ketika kita bersama partner yang tepat, semua itu tidak akan terasa sulit malah justru menyenangkan.Â
Hari sudah semakin gelap dan kita semua masih di jalur. Kami semua tiba di basecamp ajisaka sekitar pukul 19.30 dengan seluruh badan sudah tidak karuan, pakaian diselimuti tanah. Tapi, semua itu menyenangkan, kita naik bersama turun pun bersama, tidak ada yang meninggalkan.
Gunung salak, karena medannya yang sangat menantang, sampai-sampai aku tidak bisa merasakan hal-hal yang mistis. Karena sudah fokus pada medannya serta hutannya yang syahdu. Namun, pendakian gunung salak tidak direkomendasikan untuk yang masih pemula.Â
Jadi, gimana cerita kalian pada pendakian gunung salak?Setuju tidak kalau hutang gunung salak sangat memukau? Sepertinya perlu dicoba untuk pendakian ke gunung salak I.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H