Mei 2023, diawali dan diakhiri dengan pesona alam kota Garut. Garut, bukan hanya dodol saja yang terkenal, tetapi kota ini juga terkenal akan pesona alamnya, seperti hamparan gunung yang mengelilinginya. Dari banyaknya gunung di Garut, alhamdulillah sudah dua yang aku capai. Awal bulan mei (01/05/23) diawali dengan pendakian gunung sagara, dan ditutup (27/05/23) dengan pendakian gunung papandayan.
Kali ini aku akan berbagi pengalaman dalam menaklukkan gunung papandayan, yang merupakan gunung berapi yang masih berstatus aktif. Gunung papandayan terkenal dengan trek yang landai dan sangat disarankan untuk pemula. Tapi kalian - kalian yang sudah sudah berpengalaman mendaki, jangan meremehkan papandayan karena jalur yang landai. Tapi lihat seberapa besar pesona pemandangan alamnya yang indah dan komplit.Â
Keindahan yang dimiliki gunung papandayan, terdapat kawah belerang, hutan mati, padang edelweis, dan ghober hoet untuk menyaksikan sunrise. Gunung papandayan memiliki ketinggian 2665 Mdpl, yang berlokasi di kecamatan Cisurupan, kabupaten Garut, Jawa Barat, dan memiliki fasilitas lengkap di setiap pos. Dari basecamp menuju area camp saladah ternyata sudah tersisa sekitar 900 Mdpl, karena sebelumnya sudah kita tempuh dengan mobil.
Dalam cerita ini, aku akan banyak berbagi foto keindahan papandayan yang aku potret setiap perjalanannya. Perjalanan ku dimulai dari Jakarta, Cawang Uki. Seperti biasa aku pergi ikut rombongan Backpacker Jakarta. Jumlah anggota 31 orang, dengan menggunakan dua 2 elf besar. Perjalanan dari Jakarta menuju Garut kurang lebih 5 jam, itu sudah termasuk ishoma dan terjadi trouble di tol. Tiba di Garut pukul 05.00 di masjid pertigaan tugu garut. Pukul 05.40 kita melanjutkan perjalanan menuju basecamp papandayan.Â
Tiba di basecamp pukul 07.10, dan lanjut sarapan di warung, ah lupa aku namanya, sangat rekomen sih guys, makanannya enak banget, apalagi sayur sop nya gurih banget. Kemudian setelah beres dengan sarapan dan kamar mandi, kita mulai briefing sebelum memulai pendakian. Pemandangan kawah terlihat jelas dari basecamp dengan langit yang sangat biru seperti lukisan, sangat indah dan sejuk.Â
Mulai pendakian pukul 09.04, sekitar 500 meter pertama jalan masih aspal dan landai. Setelah itu, kita akan menaiki kurang lebih 20 anak tangga. Setelahnya, perjalanan dilanjutkan dengan bebatuan kerikil dan tanah kapur, kita akan berjalan di antara tebing, sungai kecil, kawah nan eksotis, serta gagahnya punggungan gunung. Ini merupakan perjalanan yang sangat menyenangkan, walaupun sepanjang perjalanan menuju pos 7 sangat panas terik, tapi hati senang dan takjub karena pemandangan yang sangat indah seperti sebuah lukisan.
Kita akan mendirikan tenda di area camp pondok saladah, dan jalur berangkat melewati ghober hoet, jalur pulang melewati hutan mati. Yaps, hutan mati adalah spot yang aku tunggu, spot hutan mati juga merupakan icon papandayan yang terkenal di kalangan wisatawan. Dan untuk ghober hoet adalah tempat untuk menikmati sunrise, bisa dijadikan untuk area camp, namun memiliki lahan terbatas.
Tiba di ghober hoet pukul 11.56, aku dan satu teman baru namanya kak Ibnu tiba pertama di area ghober hoet, istirahat sekitar 15 menit sampai menunggu anggota lain tiba. Di ghober hoet tersedia toilet, mushola, serta beberapa warung, fasilitas yang sangat lengkap dan bersih. Melanjutkan perjalanan naik menuju pondok saladah. Perjalanan naik kita akan menelusuri pohon-pohon cantigi, kurang lebih 30 menit.Â
Tiba di area camp pondok saladah pukul 12.32 dan ternyata tenda kita sudah berdiri, karena ada beberapa menyewa tenda jadi sudah include dengan pemasangannya. Tenda kita berada di atas sejajar dengan pos keamanan, naik sedikit di belakang warung-warung. Di pondok saladah juga fasilitas lengkap dan bersih, mushola, beberapa warung, serta kamar mandi kurang lebih 8, jadi gak perlu takut ngantri toilet ya.
10 tenda sudah berdiri dekat dengan lahan edelweis, lahan kosong yang berada di tengah hutan. Setelah semua beres, kita semua lanjut liwetan. Wah untuk lauknya bener-bener enak si, apalagi sambalnya, gak boong enak banget. Sangat rekomen sih, katanya yang masak si masih saudara kandung dengan masakan sop yang enak tadi di basecamp.
Agenda kita sore ini istirahat, serta mempersiapkan alat-alat masak untuk makan malam. Makan malam kali ini adalah tom yam, nugget, dan mendoan. Wah bener-bener asik banget si, aku pikir sebelumnya karena ini semua temen baru jadi akan diam seperti orang asing aja gitu, ternyata enggak sama sekali, sudah seperti teman dekat.
Saat kita makan malam, kita sambil berjaga-jaga mengawasi area camp, dikarenakan banyak babi liar berkeliaran. Apalagi aroma makan malam kita sangat menusuk penciuman. Area camp papandayan terkenal dengan babi liar yang ganas, jadi demi keamanan bersama, semua makanan serta barang yang memiliki aroma menyengat dijadikan satu plastik dan digantungkan di atas pohon. Supaya dia tidak menghancurkan tenda saat kita semua tidur.
Sekitar pukul 05.30, beberapa anggota bersiap untuk kembali ke ghober hoet melihat sunrise, namun aku dan dua teman satu tenda tetap melanjutkan tidur. Kita bangun pukul 07.00 dan hanya menyaksikan sunrise di belakang pos keamanan. Tidak kalah keren, matahari terlihat jelas menyinari punggungan gunung di sebelah kanan ku.
Sekitar satu jam aku menemani matahari terbit, dan kembali pulang tak lupa mencoba mie di warung papandayan. Mie sangat enak sekali ketika berada di gunung. Dilanjutkan dengan mencari area spot foto sampai capek. Pukul 08.30 kita mulai membereskan carrier untuk kembali pulang. Tapi hati masih ingin bermalam lagi disini.
Perjalanan menuju hutan mati, spot yang kita tunggu-tunggu. Sekitar 10 menit dari pondok saladah menuju hutan mati. Untuk trekking aman, dengan jalan naik yang landai. Ketika berada di hutan mati, suasana sedikit berbeda, tapi pemandangan sangat indah. Tidak berlama-lama aku mengabadikan dengan beberapa foto saja.Â
Hutan mati, yang disebabkan akibat letusan gunung papandayan ratusan tahun silam. Dan terakhir kali terjadi erupsi pada tahun 2002, dan sampai sekarang masih berstatus aktif. Ketika kawah terlihat berwarna abu-abu kehitaman, wisatawan tidak diperbolehkan naik karena berstatus siaga. Itu info dari petugas keamanan di basecamp.
Selama perjalanan turun, pemandangan jauh lebih indah, karena posisi sedang berada diatas, dan bisa melihat seluruh pemandangan yang ada di bawah. Wah seindah itu papandayan, aku merasa sedang ada di mimpi yang impossible menjadi nyata, tapi ini sungguh nyata. Kalian wajib banget sekali datang ke papandayan.Â
Gimana pendapat kalian yang sudah pernah ke papandayan? ingin kembali lagi kah? wah kalau aku tentu ingin balik lagi kalau ada waktu lagi. Yang belum pernah ke papandayan, sudah diagendakan belum nih?
Terimakasih papandayan untuk pesona alam mu yang sangat indah tak berujung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H