Mohon tunggu...
Hildawati Septiani
Hildawati Septiani Mohon Tunggu... Akuntan - Employee | Traveller | Mountaineer | Blogger

"Hidup adalah gerak" "Gerak adalah maju, berjuang, naik gunung, turun gunung, naik lagi"

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memoar Jejak di Ketinggian 2565 MDPL, Prau si Golden Sunrise

17 Mei 2023   13:11 Diperbarui: 17 Mei 2023   13:20 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai hai kompasianer,

Kembali lagi dengan pengalaman Hilda, yeaay. Kali ini aku bakal throwback ke pengalaman aku mendaki gunung for the first time di tahun 2019. Dimana sebelumnya sama sekali belum ada pengalaman dalam mendaki gunung, namun pengalaman pertama langsung naik di ketinggian 2.565 mdpl. Sebuah gunung yang memiliki golden sunrise, dan tidak pernah sepi. Yaps, gunung prau!!

Gunung prau, gunung yang sangat diimpikan oleh para pendaki pemula. Betul gak? Kenapa aku bisa beranggapan seperti ini? Karena setiap aku trip dan bertemu orang baru, gunung yang pertama akan dibahas atau ditanya adalah gunung prau. Dan spontan akan ada yang menyahut "wah, aku pengen banget kesana". Bener gak? Karena aku pun juga begitu sebelumnya hehe. 

Aku sangat bersyukur karena dulu saat masih kuliah diberi kesempatan bisa sampai di puncak gunung prau yang sangat memukau. Karena kalau di pikir-pikir untuk sekarang, akan lebih sulit untuk pergi ke gunung yang jaraknya jauh dari Jakarta, sebab keterbatasan waktu. 

Gunung prau yang membuat candu, yang membuat aku semakin ingin mendaki ke gunung-gunung lainnya, ingin melihat setiap keindahan yang dimiliki oleh setiap gunung.

Sebelumnya, pengalaman ini sudah pernah aku share di blog pribadi di tahun 2019, namun karena blog pribadi sudah lama banget tidak digunakan, jadi akan aku repost dari blog pribadi ke dalam akun kompasiana ini. 

Prau - 2019 (Dok. pribadi)
Prau - 2019 (Dok. pribadi)
2019, Throwback.

Perjalanan menuju gunung prau sangat dadakan, yaitu h-1. Sebuah perjalanan ter-ngakak, ter-tegang, terbahagia. (02/07/19) posisi aku sedang berada di sekretariat organisasi kampus, Jakarta Selatan. Keadaan masih libur semester, dan aku tidak ada kegiatan untuk beberapa hari sampai menunggu tanggal 07 untuk pergi ke Jawa Timur. Aku sebagai seseorang yang tidak bisa diam saja tanpa ada kegiatan, maka semua teman yang di Bandung dan Purwokerto aku hubungi, tapi sayang mereka sedang skripsi. Lalu aku iseng chat teman kampus dan teman rumah. 

"Ke gunung prau yuk"

"Yuk, kapan?" jawabannya

"Besok"

Wah ternyata benar-benar langsung dijawab oke. Siang itu juga, aku langsung balik ke kos, dan menghubungi kakak tingkat untuk pinjam carrier. Aku tidak banyak membawa barang, karena teman-teman ku adalah orang yang sangat berpengalaman, jadi mereka lah yang lebih banyak membawa perlengkapan. 

(3/07/19) dari Jakarta Selatan menuju terminal kampung rambutan pukul 06.00. Pagi hari, menunggu bus tujuan Wonosobo di terminal luar sampai pukul 07.00. Dan karena tidak dapat, kita pergi masuk ke terminal. Ternyata tujuan wonosobo sedang tidak beroperasi. Pikiran ku sudah kemana-mana, aku merasa seperti akan batal. 

Banyak orang yang ingin ke arah Wonosobo, namun mereka naik ke tujuan Purbalingga, tapi nanti akan ribet dengan transit sana-sini. Tapi daripada batal, akhirnya aku naik bus tujuan purbalingga pukul 07.29. Info dari supir, kalau di perjalanan bertemu dengan bus wonosobo, kita akan dipindahkan ke bus tersebut. Selama di dalam bis aku hanya diam melamun dengan perasaan antara takut dan senang. Takut jika aku bakal nyasar, dan senang karena bisa kesampaian juga impian ku. 

Pukul 15.00 kita tiba di rest area di daerah Pemalang. Namun ketika bus akan berangkat kembali ternyata bus wonosobo baru tiba. Wah perasaan ku langsung senang gak karuan. Sudah tidak ada lagi perasaan gelisah. Pukul 15.30 kita melanjutkan perjalanan kembali menggunakan bus langsung menuju ke terminal wonosobo.

Tiba di terminal wonosobo pukul 19.57, ternyata cukup jauh perjalanan dari Jakarta ke Wonosobo. Lingkungan di wonosobo jam delapan malam sudah sangat sepi sekali layaknya di Jakarta jam dua belas malam. Sangat jarang sekali mobil motor lewat, aku kaget sekali itu karena benar-benar bisa dihitung jari mobil dan motor yang lewat.

Keluar terminal, kita mencari tempat makan sembari istirahat dan mencari kendaraan untuk menuju basecamp. Karena sudah tidak ada lagi kendaraan umum, jadi kita memutuskan naik grab. Untuk tarif grab mobil lumayan mahal, sebab perjalanan masih jauh. Tapi karena kita harus menghemat biaya, jadi kita mencoba untuk berjalan selama satu jam sampai ke alun-alun. 

Selama perjalanan aku masih shock sih, karena jalanan benar-benar sepi, padahal ini jalan utama, tapi seperti sudah jam 12 malam, aku benar-benar speechless. Tiba di alun-alun, kita mencoba cek tarif grab, dan ternyata tarifnya sangat mengecewakan. Aku sudah memangkas jalan satu jam, tapi tarif grab hanya berkurang 5.000 aja. Tanpa pikir panjang, aku langsung booking, aku sudah tidak sanggup lagi berjalan. 

Tujuan kita ke basecamp patak banteng. Tiba di depan gerbang, basecamp yang terlihat seperti gedung pertemuan, sangat sepi seperti tidak berpenghuni. Perasaan ku kembali resah, apakah perjalanan aku akan batal? Atau bagaimana ini? Wah pikiran aku sudah tidak karuan. Dan ternyata basecamp benar-benar tidak ada orang, pikiran ku bertanya-tanya kembali, aku harus kemana dengan udara sedingin ini?. 

Kita hanya berdiri saja di depan gerbang, sama sekali tidak ada yang melewati jalan besar ini. Namun, setelah beberapa menit aku menunggu di gedung tersebut, ada satu motor yang menuju ke posisi kita berdiri. Ternyata motor tersebut dikendarai oleh sepasang suami istri, dan bertanya kepada kita, lalu kita menjelaskan. 

Ternyata, itu basecamp lama yang sedang direnovasi, dan mereka berbaik hati ingin mengantar kami ke basecamp baru, berada sebelum basecamp lama ini. Sekitar dua menit kembali ke bawah lagi menuju basecamp yang baru. Sepanjang jalan, bapaknya terus mengajak aku ngobrol, aku hanya bisa menjawab semampuku karena bibirku sudah mulai membeku serta badan mulai membeku.

Namun walau dingin, tapi perasaan ku bahagia kembali setelah melihat basecamp yang ramai para pendaki. Tiba di basecamp, kita langsung ke registrasi untuk mengisi data. Setelah beres semua dengan urusan registrasi dan toilet, ternyata temanku langsung ngajak naik, aku shock karena ekspektasi ku adalah tidur sebentar. Wah aku langsung membayangkan tracking di malam hari, antara takut dengan makhluk halus atau treknya. 

Kita langsung bersiap untuk naik, start pukul 23.12. Saat berjalan beberapa langkah, pikiran negatif datang kembali, takut jika nanti aku nyasar. Tapi, aku percayakan kepada mereka yang berpengalam. Tracking tanjakkan pertama, kaki masih kuat. Setelah 20 menit pertama, kaki mulai terasa lelah, dan aku mulai mengeluh. 

Perjalanan menuju pos 1 tidak begitu  jauh, dan menuju post 2 sedikit lebih jauh, dan selanjutnya sangat merasa jauh ketika menuju pos 3.

Aku sebagai pemula, dan sangat jarang sekali berolahraga, selama perjalanan hanya mengeluh saja. Setiap langkah ke 10, dada sesak, nafas sudah tidak karuan. Perjalanan menuju pos 3  semakin terjal, aku sangat berhati-hati, karena aku takut terpeleset jatuh. Aku yang selalu melihat keatas menggunakan headlamp, mengamati seberapa jauh lagi aku harus melangkah. Ada perasaan ingin menyerah, ingin kembali turun atau menunggu teman di pos 2. Tapi, aku juga tidak berani jika tinggal sendirian saat malam hari seorang diri. 

Temanku selalu bilang "sudah dekat itu, udah ada aroma mie nih" benar, aku menciumnya. Tapi sudah berjalan setengah jam, belum juga menemukan tenda yang memasak mie. Suara berisik mulai terdengar di telinga ku. Dan, aku hanya menemukan satu tenda dan berfikir kalau sudah sampai. Ternyata aku baru sampai di pos 3 belum sampai puncak. Dan ternyata menuju puncak masih setengah jam lagi. Wah, rasanya benar-benar ingin menyerah. 

(Dok. pribadi)
(Dok. pribadi)

Finally!!

(4/07/19) pukul 01.42 aku tiba di puncak. Pertama kali yang ku lihat adalah Bintang. 

Bintang yang begitu ramai seperti menyambut kedatangan ku. Bintang yang terasa begitu dekat, benar-benar dekat. Seketika letih ku hilang melihat pemandangan prau di malam hari. 

Ternyata prau sangat ramai, kita sampai harus mencari tempat kosong untuk mendirikan tenda. 

Selesai mendirikan tenda pukul 03.00, aku langsung masuk untuk beristirahat. Sebenarnya aku ingin ikut masak-masak, tapi karena mata ku yang sudah tidak bisa lagi diajak kompromi, jadi aku memilih tidur walaupun tidak begitu nyenyak karena cuaca yang dingin banget. Suhu di puncak prau bisa menembus dua jaket plus sleeping bag ku. 

sunrise (Dok. pribadi)
sunrise (Dok. pribadi)

Aku terbangun karena suara berisik di luar. Belum ada matahari, masih dalam keadaan gelap, tidak tahu persis pukul berapa. Tapi orang-orang sudah ramai keluar tenda, menyambut kehadiran matahari. Aku pun begitu, aku duduk di depan tenda menunggu kehadiran matahari dengan badan menggigil. 

Perlahan-lahan dua gunung didepan mata ku mulai terlihat, yaitu sindoro dan sumbing. Dan perlahan semua didepan mata terlihat jelas. Aku sungguh takjub dengan keindahannya. Ada perasaan ingin bermalam lagi di prau, tapi itu tidak mungkin. Aku puas-puasin memandang dan mengabadikan momen tersebut dengan berfoto. 

07.40 (Dok. pribadi)
07.40 (Dok. pribadi)

Pukul 07.36 kita mulai merapikan tenda, karena keterbatasan waktu jadi kita harus bergegas untuk turun. Selama kita beres-beres, segerombolan awan perlahan-lahan mendekati sindoro dan sumbing. Semakin cantik pemandangan yang ditampilkan, seketika  aku terdiam akan keindahan itu. 

(Dok. pribadi)
(Dok. pribadi)

Pemandangan perjalanan turun (Dok. pribadi)
Pemandangan perjalanan turun (Dok. pribadi)

Pemandangan Perjalanan Turun (Dok. pribadi)
Pemandangan Perjalanan Turun (Dok. pribadi)

Pukul 08.50 aku berjalan turun, dan kali ini aku turun beramai-ramai dengan pendaki lainnya. Banyak orang tua sekitar umur 45 tahun yang masih kuat naik. Dan aku sangat kagum sekali, sepanjang perjalanan turun, pemandangan sebelah kanan sangat indah, diperlihatkan kepada kami sawah-sawah hijau yang tersusun rapi. Wah, aku semakin kagum. 

Tiba di basecamp, kaki ku seperti tak bertulang, langsung aku mencari tempat duduk. Setelah kurang lebih satu jam beristirahat, aku melanjutkan perjalanan pulang. Menuju jalan utama untuk mencari bus kecil. Ternyata, segerombolan para supir menyambut di depan gang, menawarkan bus kecilnya itu. Ketika masuk bus, ternyata sudah ramai sekali yang menunggu keberangkatan. Selama perjalanan menuju terminal dengan bus kecil, pemandangan sebelah kiri ku sangat indah sekali. Benar-benar indah, perasaan sedih karena tidak bisa memandangnya langsung, terhalang oleh kaca bus. 

Aku tiba di terminal pukul 11.00, dan ternyata bus menuju Jakarta berangkat pukul 16.00. Terpaksa aku harus menunggu 5 jam, aku yang sudah tidak bisa kesana kemari karena lelah, hanya bisa duduk diam saja selama lima jam tersebut. 

Tiba di terminal kampung rambutan pukul 06.40. Selama perjalanan dari Wonosobo menuju Jakarta, aku benar-benar tidak sadarkan diri, terlalu nyenyak tidur. Makan hanya sekali, itupun pop mie di paksa oleh temanku. Wah, ini pengalaman tergokil aku sih. Seorang pemula yang berani ke gunung tanpa rencana. Jangan ditiru guys. 

Setelah mendaki di tahun 2019, mulai mendaki kembali di tahun 2022 sampai sekarang. Tetap aktif ngetrip di tengah kesibukkan. Obat stress bekerja adalah healing, itulah aku, hehe. Apakah obat kalian sama seperti aku? boleh komen ya gaes.

Thank you buat kalian yang sudah mau membaca pengalaman prau ini. Artikel terpanjang, terdetail dari beberapa artikel aku sebelumnya. Gimana dengan kalian? Pasti diantara kalian, atau bahkan semua yang sudah membaca ini, sudah pernah mendaki gunung prau ya? Gimana cerita kalian dalam mendaki gunung prau? Jalur mana yang kalian pijak untuk mencapai gunung prau? Komen di bawah ya guys, aku pengen tau seberapa banyak yang sudah pernah atau yang baru membuat agenda ke gunung prau.  

You must to try it !

Bye bye

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun