Halo kompasianer,
Kembali lagi pada pengalaman perjalanan aku dengan tema “Menikmati alam Purwakarta dari sudut pandang yang berbeda”. Kali ini aku akan berbagi pengalaman dalam menikmati keindahan pemandangan jatiluhur dari ketinggian 792 mdpl, yaitu Gunung Lembu. Mari sini, aku akan membawa kalian ke dalam perjalanan ku yang menarik ini.
Gunung Lembu sangat cocok banget nih untuk pemula seperti aku atau kalian yang belum pernah mendaki atau hanya punya waktu libur satu hari, tapi bisa menikmati alam yang indah. Namun, perjalanan aku kemarin (26/02/23) cukup ekstrim, dikarenakan hujan sejak malam sampai pagi. Jadi untuk di beberapa tanjakan yang berkontur tanah cukup ekstrim karena licin.
Gunung Lembu, apakah lembu dapat diartikan sapi?
Ya, tentu. Dari beberapa artikel yang aku baca, memang nama gunung lembu berasal dari sebuah batu besar yang kita pijak untuk melihat pesona alam waduk jatiluhur. Mengapa begitu? karena jika menggunakan drone dan take video secara mendetail, akan terlihat seperti punggung sapi.
Tapi info dari ibu penjaga warung di basecamp sih dinamakan gunung lembu, karena banyak sapi warga yang suka main ke puncak lalu turun tanpa digiring oleh pemilik. Mendengar begitu, saya dan teman spontan langsung menjawab “Wah, pantas saja bu selama perjalanan banyak kotoran sapi, tapi kita tidak melihat satupun sapi”
Tapi memang benar nih guys, selama perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 banyak kotoran sapi yang masih fresh. Beberapa dari kami yang sadar kalau ada kotoran sapi adalah aku. Awalnya aku santai saja karena dari pos 1 sudah ada kotoran sapi, tapi semakin naik semakin banyak dan masih fresh. Akhirnya aku speak up ke teman-teman.
“Guys, hati-hati banyak kotoran sapi”
Tapi mereka gak ada yang percaya, padahal kita sudah banyak melewatinya. Dan semakin keatas semakin banyak, barulah mereka percaya dan menjadi misteri sampai sekarang.
Kenapa menjadi misteri sih? Karena selama perjalanan kita tidak melihat satupun ekor sapi. Dan trek dari menuju pos 3 cukup terjal dan licin, seperti tidak mungkin saja sapi lewat trek seperti ini. Tapi sampai detik ini saya dan teman-teman masih mencari kebenaran apakah itu benar kotoran sapi atau bukan. Mungkin kalau teman-teman kompasianer ada yang pernah melihat sapi nya boleh komen dibawah, hehe.
Astaga, kita jadi bahas kotoran sapi, oke lanjut.
One Day Trip Gunung Lembu 792 Mdpl bersama Backpacker Jakarta
Perjalanan dimulai dari meeting point di sekretariat Backpacker Jakarta yang berlokasi di Cawang Uki. Peserta untuk trip kali ini kurang lebih 37 orang. Sama seperti trip Ferrata kemarin, sebelumnya aku mendaftar trip ini sendirian, namun ternyata bertemu lagi dengan dua teman dari grup aku di Backpacker Jakarta 43. Eits, ketika sudah kumpul semuanya, aku juga dapet banyak temen baru loh, dari luar member ataupun member.
Pukul 00:20 kami berangkat dari cawang uki menggunakan elf, dan tiba di basecamp gunung lembu pukul 04:40. Setibanya di basecamp, kami langsung bergegas mengantri kamar mandi. Aku merasa tidak nyaman untuk toilet basecamp gunung lembu, berbeda dengan ferrata sebelumnya. Namun memang setiap tempat akan berbeda, jadi kita lah yang perlu menyesuaikan.
Setelah beres dengan urusan toilet, aku lanjut ikut sarapan dengan emak dan beberapa teman. Oh iya aku belum menceritakan siapa emak ini ya. Sekilas tentang emak, kita panggil dia emak karena memang sudah berumur kurang lebih 4o tahun, namun siapa sangka emak kita ini dalam satu tahun sudah mendaki 30 gunung. Waw, menggila sekali ya. Aku hanya melongok saja mendengar pengalamannya selama mendaki, dari yang susah sampai senang, dan beberapa misteri.
Oke lanjut, setelah menghabiskan satu porsi mie kuah dan menambah nasi plus tempe, tahu, bakwan. Kita prepare barang yang akan dibawa naik. Kali ini untuk naik ke atas, aku hanya membawa waist bag berisi handphone dan aqua 600ml.
Pukul 06:00 ketika kami sudah siap naik, hujan turun lagi. Terpaksa kita semua menggunakan jas hujan. Sebenarnya sedikit bete karena kita naik menggunakan jas hujan dan trek licin. Tapi mencoba positive thinking aja, mungkin nanti akan ada sesuatu yang indah lah ya.
Menuju pos 1, dikelilingi oleh hutan bambu dengan trek tanah berbatu. Seperti aku yang masih pemula, butuh sekali menggunakan trekking pole untuk menjaga keseimbangan di jalan yang curam. Namun, kemarin aku hanya menggunakan patahan ranting pohon yang cukup kuat untuk dijadikan tongkat. Pukul 07.25 kita sampai di pos pertama, tidak berlama-lama kita istirahat dan take photo bersama, kita lanjut menuju pos 2 dengan trek jalan berkontur full tanah, warnanya dan tekstur mirip seperti foundation.
Aku dan nisa sampai di pos 2 pukul 07.25, dan bertemu dengan dua teman baru lagi, bang Bayu dan bang Isa. Lanjut menuju pos 3, dengan disuguhkan khas pendakian yaitu trek yang berat, jalan menurun curam, jalan naik curam bebatuan. Tapi memang yang paling berkesan adalah trek seperti ini, kita jadi punya banyak cerita yang menantang.
Tiba di puncak gunung lembu pukul 08.15, merupakan titik tertinggi puncak gunung lembu ditandai dengan plang nama gunung lembu yang ditempel di pohon seperti foto diatas. Kedatangan kami disambut oleh beberapa monyet liar. Harus waspada terhadap barang bawaan, lengah sedikit bisa dibawa kabur oleh monyet, bisa pada handphone juga.
Pukul 08:45 kami tiba di atas batu lembu, merupakan spot terbaik untuk menikmati pemandangan. Waw benar-benar the best view jatiluhur pokoknya deh. Batu lembu berada dibawah pos 3, kita perlu turun sedikit dari pos 3 sekitar 100 meter.
Menikmati panorama di depan mata, sebelah kanan gunung parang ferrata, serta persawahan nan hijau, serta tepat didepan mata adalah waduk yang memiliki luas 8.300 hektar, dan merupakan waduk terluas se Asia Tenggara, siapa lagi kalau bukan Waduk Jatiluhur.
Alhamdulillah tiba di batu lembu, hujan sudah berhenti, kita diberikan kesempatan untuk menikmati alam yang Tuhan berikan. Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?
Gunung lembu, memang tidak masuk daftar gunung favorit di kalangan pendaki dan mungkin tidak familiar di telinga. Namun, bagi aku di batu lembu adalah tempat ternyaman untuk melamun, dan self talk. Tapi memang benar tempatnya cocok untuk kita deep talk, rebahan juga nyaman, wah pokoknya cocok untuk tempat pelarian dari hiruk pikuk ibukota “A great place to relax”.
Namun sangat disayangkan sekali, banyak monyet ganas yang mengganggu ketenangan kita.
Perjalanan gunung lembu sangat berkesan, karena aku sebagai pemula langsung disuguhkan dengan trek yang licin disertai hujan selama perjalanan. Ada satu trek menurun yang sangat ekstrim, tidak ada tumpuan, salah injak langsung terpeleset, tapi saya lolos dalam trek ini. Karena selama perjalanan aku berpegangan tangan dengan nisa. Nisa dibelakang aku, kalau nisa jatuh alhasil aku pun akan ikut jatuh seperti perosotan. Dan kalau aku yang jatuh, nisa pun akan ikut keseret kebawah. Jadi kita sangat berhati-hati dalam memilih jalan. Mungkin saja dari kita semua, pakaian aku dan nisa yang masih bersih tanpa kotor.
Setelah semua peserta beres bersih-bersih dan bersiap menuju elf untuk menuju tempat terakhir. Yaps, tempat makan sate maranggi lagi. Namun beda tempat dengan sate maranggi saat trip ferrata, untuk kali ini kita nyobain Hj.Yetty langsung di Purwakarta nya.
Selesai makan pukul 17.45 lalu bergegas menuju elf karena perut sudah full. Setelah itu aku sudah tidak sadarkan diri, bangun-bangun sudah sampai di cawang uki disertai hujan deras.
Seperti itulah pengalaman trip gunung lembu di bulan februari. Kalau trip kalian ingin berkesan seperti aku, cobalah naik ketika musim hujan ya, hehe.
Ayo buktikan sendiri keindahan waduk jatiluhur dari sisi gunung lembu, temukan keistimewaan di setiap sudut gunung lembu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI