Pukul 06:00 matahari terbit membantu menyinari jalur ferrata untuk menampakkan keindahannya. Lalu kami bergegas untuk memakai safety equipment yang dibantu oleh guide disana. Karena perjalanan ferrata yang cukup ekstrim, diwajibkan memakai safety equipment yang sudah disediakan, seperti helm, seat harness, dan carabiner. Untuk cara penggunaanya akan dijelaskan sebelum mulai naik oleh kang Baban.
Dan jangan lupa membawa sarung tangan, memakai sepatu yang nyaman namun tidak disarankan memakai sepatu yang memiliki tapak botak, karena takut licin saat memijak besi atau telapak kaki akan terasa sakit. Kemarin saya sangat nyaman memakai sepatu gunung, tidak terasa berat, namun sangat safety saat kaki menginjak besi.
Saya memakai sarung tangan yang tidak full finger. Namun, jika jari tangan tidak ingin mudah terluka disarankan memakai full finger. Kemudian untuk outfit, apalagi untuk cewek-cewek nih ya, supaya foto makin kece dapat menggunakan manset yang dipadukan dengan kaos. Karena menggunakan manset, tangan lebih fleksibel untuk bergerak.
Pukul 07:45 kami menuju kaki tebing Gunung Parang. Namun, kita sempat berhenti sejenak untuk briefing dengan ditemani pemandangan alam yang begitu indah, seperti foto diatas.
Kita mulai menaiki tangga besi pukul 08:20 satu persatu dengan perjalanan yang santai. Jalur menuju 300 meter terdapat jalur yang horizontal untuk kita bersantai sejenak.
Jalur horizontal terlihat mudah, namun terkadang saya sedikit tremor ketika berpindah pijakan yang berada di pojok tebing seperti memutar. Sering mengucap “aduh” tapi setelahnya dilanjutkan dengan “semangat hil! fokus! fokus!”.
Setelah sampai di ketinggian 300 meter, tempat ternyaman menurut saya adalah seperti foto diatas. Berdiri diatas besi, bersandar pada badan tebing, serta menatap keindahan alam purwakarta yang dipaparkan jelas didepan mata. Belum sampai di puncak parang 900 meter saja pemandangannya sudah sangat indah, bagaimana jika berada di puncaknya? Wah, mungkin next time perlu coba.