Mohon tunggu...
Hilda Santika
Hilda Santika Mohon Tunggu... Administrasi - apapun juga

apapun itu

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hijau: Indah Bagimu, Mimpi Buruk Bagiku

16 Maret 2019   23:37 Diperbarui: 17 Maret 2019   00:19 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sumber: BPTP Sumbar - Kementerian Pertanian)

Warna hijau mungkin bukanlah warna kesukaan anda, namun apa yang terlintas di benak anda untuk pertama kali ketika mendengar kata "hijau" tersebut ? Mungkin sebagian dari anda refleks menjawab "tanaman, pohon, ataupun daun". Yup, secara umum hal tersebutlah yang sering diungkapkan ketika diberikan pertanyaan di atas. Namun tidak menutup kemungkinan untuk jawaban-jawaban lain yang tentunya berhubungan dengan warna hijau. Sebab dalam tulisan kali ini saya akan bercerita mengenai tanaman yang identik dengan warna hijau baik itu warna daun, batang, buah maupun bunga.

            Padi (Oryzae sativa) merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Tak usah ditanyakan alasannya lagi. Bukan menjadi rahasia bahwa nasi ialah makanan pokok bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hingga tercipta kalimat seperti ini "belum kenyang jika belum makan nasi". Tapi harus saya aku pernyataan tersebut sebab saya merupakan salah satu penganutnya. Apakah anda berada di pihak yang sama?

            Berbicara mengenai tanaman padi mungkin bukan suatu hal yang sulit untuk dibayangkan bagaimana kenampakan atau morfologinya. Pemandangan ini mungkin sering anda temui saat hendak bertamasya ataupun ketika anda berada dalam perjalanan meninggalkan daerah perkotaan. Anda tentunya akan disuguhkan dengan hamparan padi yang membentang sejauh mata memandang. Warna hijau ialah warna yang akan anda temui dalam keadaan tersebut dan tentunya akan langsung menetralkan pikiran anda. Entah kenangan apa yang akan anda bawa kembali ketika anda berada dalam keadaan menyenangkan tersebut. 

Namun taukah anda bahwa warna hijau pada daun memiliki pengelompokan status warna. Mungkin anda saat ini masih berpikiran bahwa warna hijau itu ialah sama saja jika dibandingkan dengan warna hijau yang lainnya walaupun terdapat sedikit saja perbedaan toh tetap saja warna itu tergolong hijau bukan. Namun dalam dunia pertanian daun yang menghasilkan warna hijau tua dan daun yang berwarna hijau muda memiliki makna tersendiri. Hal ini dapat diketahui ketika akan dilakukan analisis warna daun menggunakan BWD (Bagan Warna Daun). Bagan ini berisi warna hijau dengan gradasi yang berbeda. Terdapat 4 jenis warna hijau berbeda yang dijadikan sebagai indikator keadaan tanaman.

            Warna hijau yang dimiliki tanaman akan berhubungan dengan kandungan Nitrogen dalam jaringan daun tanaman tersebut. Hal ini tentunya juga berhubungan denga kegiatan pemupukan. Dari keempat jenis warna yang ada (jika diurutkan dari kiri kanan dengan pemberian nomor 2-3-4-5) maka nomor 3 ialah nomor dengan indikator hijau yang normal ataupun akibat dari pemupukan N yang optimal. Adanya BWD ini sangat membantu petani dalam menanggapi pertumbuhan komoditas yang dibudidayakan. Apabila warna daun yang dihasilkan berada pada tingkat 2 dan 3 maka hal yang perlu dilakukan ialah penambahan pemupukan nitrogen (seperti urea) dengan menggunakan takaran yang sesuai. Sebaliknya jika warna daun berada pada tingkat warna nomor 4 maka hal yang perlu dilakukan ialah pengurangan pemberian pupuk nitrogen pada tanaman. Hal diatas dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman komoditas dapat berlangsung optimal yang akan berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi pertanian.

            Logika berpikir tentang "semakin banyak maka semakin baik" dapat digunakan dalam kejadian ini. Banyak individu yang berpendapat bahwa semakin hijaunya daun maka semakin subur dan sehatnya tanaman tersebut. Namun pendapat tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi tanaman sendiri, parahnya lagi dapat berdampak lebih buruk bagi si pembudidaya tanaman sebab hasil produksi yang tidak sesuai harapannya. Warna daun yang sangat hijau mungkin dapat memberikan kepuasan dalam hal estetika, namun jika dilihat dari bidang pertanian hal tersebut bersifat merugikan.

Warna daun yang semakin hijau akibat pemberian pupuk yang mengandung nitrogen akan mengakibatkan fase vegetatif lebih panjang dan fase generatif cenderung singkat sehingga berdampak pada hasil produksi yang rendah. Secara sederhananya dapat dijelasan seperti ini, unsur hara yang diserap tanaman akan lebih difokuskan pada proses pertumbuhan tanaman, namun ketika tanaman memasuki fase dewasa untuk menghasilkan bulir misalnya unsur hara yang dibutuhkan menjadi kurang tersedia dan akhirnya hanya dapat memproduksi bulir dalam jumlah sedikit dengan kualitas yang buruk akibat terjadinya defisiensi hara dalam fase generatif.

Selain dampak diatas, warna daun yang sangat hijau juga dapat menarik perhatian hama serta patogen penyakit untuk berkunjung dan memulai kehidupan di tempat baru dengan adanya ketersediaan makanan yang berlimpah. Hal ini tentunya berdampak negatif pada hasil produksi yang rendah serta dapat terancam gagal panen akibat ulah hama dan patogen penyakit. Mungkin teman-teman dapat membayangkan jika tanaman dapat berbicara maka dia akan selalu mengkomplain jika kebutuhannya tidak terpenuhi. Oleh karena itu bagi teman-teman yang mungkin suka akan kegiatan berbudidaya, berusalah memenuhi kebutuhan tanaman dengan baik agar tanaman dapat berproduksi juga dengan baik.

            Kejadian di atas dapat mengajarkan kepada kita segala sesuatu yang berlebihan ataupun berkekurangan (dalam hal "pelit") bukanlah hal yang patut untuk dilakukan dan ditiru. "Secukupnya" merupakan hal yang dapat diteladani. Hal ini dapat diterapkan dalam segala bidang sebab dapat mengajarkan kita untuk memenuhi kebutuhan dan mengesampingkan keinginan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi teman-teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun