Mohon tunggu...
Hilda Nurhayati
Hilda Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca mendengarkan musik dan sesekali menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita dengan Payung Merah

30 Agustus 2024   16:56 Diperbarui: 30 Agustus 2024   17:00 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini?, ini adalah payung kesayangan anakku, dia berjanji untuk kembali sebelum payung ini rusak..dan dia menepatinya, meskipun dia tidak datang dengan keadaan dimana aku bisa menahannya untuk pergi lagi" hatiku rasanya sedikit teriris, namun berusaha untuk tetap tersenyum. 

"Andai saja aku cukup kuat untuk membesarkan dia, aku pasti bisa melihat dia tumbuh dewasa namun takdir berkata lain. Dia akan baik-baik saja bersama ayahnya di sana. Dan yang perlu aku lakukan adalah tetap hidup hingga waktunya aku bertemu dengan mereka" 

Aku mengangguk mendengar ucapan wanita itu. Dan tanpa kusadari hujan turun membuatku agak terkejut karena ini masih musim panas.

"Ah hujan..kamu perlu payung ini?" Aku menggeleng saat dia menawarkan payungnya. Wanita itu mengangguk lalu bangkit dari kursi halte. 

"Aku pergi dulu kalau begitu" ucapnya lalu, pergi dengan payung merahnya. Aku menghela napas dan menunggu bus untuk mengantarku pulang butuh 30 menit lagi untuk busnya datang dan hujan semakin deras. 

Setelah menunggu, akhirnya bus yang kutunggu tiba dan dengan cepat aku masuk ke dalam bus bersaing dengan pekerja lain yang menunggu bersamaku.  Aku duduk di samping jendela dan melihat pemandangan kota yang sudah menjadi familiar di mataku. 

Mendengar cerita dari wanita itu, aku jadi merindukan keluargaku di desa. Mungkin sebaiknya aku mengajukan cuti dan menemui mereka. Aku tersadar dari pikiranku saat bus tiba tiba berhenti dan aku bisa mendengar suara sirine dari jauh. Mataku melirik ke arah jalanan dan menemukan payung merah yang sering aku lihat sudah rusak tergeletak di jalanan. Mataku menelusuri lebih jauh dan menemukan wanita yang baru saja berbincang denganku. Memeluk erat seorang anak dengan tangannya yang penuh luka. Rasanya aku ingin berhenti. Namun sayang, bus sudah melaju  dan membuatku tidak bisa menemuinya. 

Seminggu setelah kejadian itu, aku melihat wanita itu bermain di taman dengan anak yang dia peluk saat kejadian itu. Tangannya terlihat masih dibalut oleh perban namun matanya memancarkan kebahagiaan. Mungkin, tuhan sedang memberikan kesempatan bagi wanita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun