Mohon tunggu...
Hilda Nurhayati
Hilda Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca mendengarkan musik dan sesekali menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cara untuk Bahagia

4 Juli 2024   10:56 Diperbarui: 4 Juli 2024   11:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cantiknya, dia benar benar cantik. Ah, andai saja aku bisa secantik dia. Pasti semua orang akan memperhatikanku. 

Pintarnya, dia benar benar pintar. Ah, andai saja aku bisa sepintar dia. Pasti semua orang akan dekat padaku. 

Oh lihatlah pakaian dia, semuanya terlihat sangat mahal..dia pasti terlahir dari keluarga yang tidak pernah makan garam dengan nasi. 

Tck, iri sekali kenapa mereka mempunyai kehidupan yang sangat sempurna. Ah, dia memiliki tubuh yang ideal. Pasti dia sangat sering pergi ke gym. Irinya..aku terjebak disini, bertarung dengan banyaknya cucian dan suara mesin cuci yang tidak pernah berhenti.

Enaknya kehidupan mereka, tidak pernah khawatir dengan apapun. 

"Re, waktunya pulang" aku menoleh ke arah kakak ku yang baru saja selesai mengirimkan pakaian pelanggannya. 

"Baik kak, oh ya..pendapatan laundry hari ini berapa kak?. Sudah mencapai target?'  tanyaku, kakak ku menggeleng dan duduk di kursi tempat para pelanggan biasanya menunggu. 

"Tidak, ada laundry baru yang lebih murah disana" aku mengangguk saat mendengar ucapan kakak ku.

"Aku dengar laundry disana milik keluarga pa malik. Kenapa pa malik tega ya?, keluarganya bahkan sudah memiliki rumah,mobil bahkan bisnis makanannya pun masih terkenal. Kenapa dia tiba tiba membuka laundry?, kakak tidak marah?" Tanyaku, sedikit kesal karena nampaknya kakak tidak terganggu sama sekali. 

"Ah..ya biar saja, rezeki sudah ada yang mengatur. Yang harus kita lakukan hanya bekerja untuk mencapainya" ucap kakak ku dan mematikan mesin cuci yang sudah selesai dengan tugasnya. 

"Tapi kak, tidak kah kamu merasa dunia ini tidak adil?, rasanya yang kaya terus bertambah kaya dan yang miskin tetap miskin?" Kataku, dan bersiap membereskan barang-barangku sebelum pulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun