Pandemi COVID-19 semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dalam kurun belakangan ini, jumlah orang yang terinfeksi virus corona semakin banyak. Per tanggal 16 Juli 2021 sebanyak 54.000 orang terkena virus ini dan keseluruhan sudah mencapai 2,780,803 padahal masyarakat Indonesia sedang menjalankan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sejak 3 Juli 2021. Dengan adanya lonjakan ini, rencana sekolah yang akan dibuka pada semester ganjil 2021 dibatalkan kembali. Hal ini menjadi keresahan peserta didik, tenaga pendidik bahkan orang tua terhadap proses belajar mengajar karena banyak yang sudah mulai jenuh dengan sistem pembelajaran daring ini. Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dikhawatirkan tidak mampu meningkatkan potensi kecerdasan pada peserta didik terutama kalangan PAUD dan Sekolah Dasar.Â
Kecerdasan sangat berkaitan erat dengan bidang pendidikan, dimana setiap anak memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda satu sama lain. Dalam melihat potensi kecerdasan anak harus didukung oleh penyediaan informasi yang sesuai dengan kondisi dan metode pembelajaran yang diinginkan oleh masing-masing anak. Dalam penyampaian pembelajaran harus memperhatikan kondisi psikologis yang terjadi pada anak tersebut, karena naik turunnya kondisi psikologis berhubungan dengan tingkat emosi anak, ketika anak memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi maka anak mampu mengenali perubahan serta penyebab dari emosi tersebut. Kemudian, anak yang memiliki kecerdasaan emosi yang tinggi juga dapat mengembangkan serta mengeksplor emosi nya sendiri secara subjektif serta mampu memikirkan berbagai cara untuk melepaskan stress dan mencari solusi jika memiliki masalah, dimana hasilnya anak mampu mengolah emosi dan menyalurkan emosi tersebut dengan benar.Â
Kecerdasan setiap anak berbeda dan tidak dapat diukur dengan cara yang sama. Masing-masing anak tingkat kecerdasan nya sangat beragam karena gaya belajar, minat bakat, serta kebiasaan nya berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Oleh karena itu, peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan untuk melihat dan memilih gaya belajar, minat bakat serta kebiasaan agar anak mencapai tingkat kecerdasan yang tinggi. Sekarang ini, learning style atau gaya belajar anak sudah beragam, salah satu konsep learning style yang sering digunakan adalah gabungan dari sensing, intuitive, feeling dan thinking. Konsep gabungan ini menjelaskan bahwa setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda, berikut penjelasannya:
- Sensing-ThinkingÂ
Pertama, yaitu gabungan sensing dan thinking. Anak akan belajar dengan giat ketika dihadapkan dengan tugas-tugas yang melibatkan dirinya secara langsung. Anak akan terus berkembang ketika memiliki tugas yang mengharuskan menghafal, berkompetisi dan mengerjakan sesuatu secara urut dari tahap perencanaan sampai penyelesaian. Anak tipe ini menyukai kegiatan yang membutuhkan ide, deskripsi dan pengamatan. Cara mengembangkan anak sensing-thinking adalah memberikan kebebasan untuk mengatur dan menempatkan barang-barang milik sendiri sesuai dengan keinginannya. - Intuitive-Thinking
Kedua, gabungan intuitive dan thinking. Anak akan belajar dengan giat ketika dia belajar secara mandiri, membandingkan, dan terlibat dalam pemecahan masalah. Anak tipe ini sangat menyukai permainan yang mengharuskan dirinya untuk menganalisis informasi dan memeriksa kebenaran dengan cara mengajukan pertanyaan, argumen bahkan debat. Cara mengembangkan anak intuitive-thinking adalah biarkan anak mengembangkan idenya sendiri dan bimbing untuk memecahkan masalah-masalah dimulai dari yang terkecil. - Intuitive-Feeling
Ketiga, gabungan dari intuitive dan feeling. Anak akan belajar dengan giat ketika dia dapat memprediksi hasil, menggunakan imajinasinya dan memunculkan ide-ide. Anak tipe ini suka dengan pemikiran yang out-of-the-box atau berpikir secara tajam, kritis dan kreatif. Cara mengembangkan anak intuitive-feeling adalah menulis puisi, menggambar, mewarnai, melukis dan kegiatan seni lainnya. - Sensing-Feeling
Terakhir, gabungan dari sensing dan feeling. Anak akan belajar dengan giat ketika berada dalam sebuah kelompok dan ketika anak merasa terhubung dengan orang lain. Anak tipe ini menyukai permainan yang mengharuskan berkelompok dan menyukai sudut pandang orang lain. Cara mengembangkan anak sensing-feeling adalah belajar bersama teman seumurannya.
Setelah mengenali cara belajar anak yang berbeda-beda maka peran orang tua serta guru dibutuhkan untuk membantu anak dalam mengenal cara pembelajaran yang paling sesuai. Anak, orang tua, dan guru harus mampu untuk terus mengembangkan gaya belajar sehingga menjadi kelebihan anak serta mencapai tingkat kecerdasan yang tinggi. Dalam mencapai hal tersebut dibutuhkan strategi, yaitu sebagai berikut:
- Berdasarkan penelitian, meningkatkan kecerdasan bisa dilakukan dengan mengkonsumsi vitamin yang mengandung Omega 3. Omega 3 adalah lemak tak jenuh yang banyak terdapat pada makanan laut seperti ikan tuna.Â
- Meningkatkan kecerdasan alami, untuk melihat apakah anak memiliki kecerdasan alami dapat dilihat dari bagaimana anak menyukai alam, hewan serta tumbuhan. Kecerdasan alami dapat ditingkatkan dengan cara berkebun, melihat pemandangan, dan memelihara hewan peliharaan.Â
- Metode bercerita. Mendengarkan cerita membuat anak mampu memahami dunia, merasa terhubung dengan orang lain, menghargai budaya, merasakan kecerdasan emosi dan memperluas pengetahuan anak.Â
- Metode musik. Musik bermanfaat untuk mengembangkan sisi sosial dan psikis, sekaligus mampu meningkatkan minat serta bakat anak.Â
- Kecerdasan spiritual juga mampu meningkatkan kecerdasan anak. Anak harus memiliki sisi spiritual untuk menyeimbangkan kecerdasan emosi dengan kecerdasan otak.Â
Kesimpulannya, di tengah pandemi COVID-19 ini bidang pendidikan sangat terkena dampaknya. Penutupan sekolah sehingga mengharuskan siswa mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh yang masih menimbulkan berbagai kesulitan karena belum terlaksana secara maksimal, dengan kasus yang terinfeksi COVID-19 semakin meningkat, membuat khawatir bagaimana output peserta didik di era pandemi ini. Maka dari itu, untuk meningkatkan kualitas kecerdasan peserta didik dibutuhkan peran orang tua serta guru dalam mengembangkan potensi, karena anak atau peserta didik membutuhkan program pendidikan yang mampu mengembangkan potensi diri melalui pembelajaran.Â
Sumber:Â
Baharun, H., & Adhimiy, S. (2019). STIFIn Method as Intelligence Machine in Enhancing Children's Intelligence Potential in Pesantren. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 6(2), 233-250.
Scholastic. (2012, 06 November). Different Learning Styles. Diakses 15 Juli 2021 dari https://www.scholastic.com/parents/family-life/creativity-and-critical-thinking/learning-skills-for-kids/different-learning-styles.html%20Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H