Konsumerisme meningkatkan perbedaan kelas sosial
Era konsumerisme modern telah melahirkan budaya yang mengagung-agungkan konsumsi sebagai bentuk ekspresi diri, status sosial dan kebahagiaan.Â
Namun, di balik gemerlapnya dunia konsumsi, tersembunyi jurang pemisah yang semakin dalam antara kelas-kelas sosial. Gaya hidup dan pola konsumsi menjadi cerminan nyata dari perbedaan ini, mengungkap realitas sosial yang kompleks dan penuh ironi.
Barang-barang konsumsi, dari pakaian hingga mobil, telah menjadi simbol status yang kuat dalam masyarakat konsumeris. Merek-merek tertentu, desain eksklusif dan harga yang fantastis menjadi penanda kelas sosial.Â
Orang-orang dari kelas atas cenderung memilih barang-barang mewah yang melambangkan kekayaan, prestise dan keanggunan.Â
Sementara itu, kelas menengah dan bawah terkadang terjebak dalam siklus konsumsi yang didorong oleh keinginan untuk meniru gaya hidup kelas atas, meskipun kemampuan finansial mereka terbatas.
Perbedaan kelas juga tercermin dalam gaya hidup yang dianut. Kelas atas memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya, seperti pendidikan berkualitas tinggi, perawatan kesehatan yang canggih dan kesempatan untuk bepergian ke tempat-tempat eksotis.Â
Mereka dapat menikmati hobi dan kegiatan yang membutuhkan biaya tinggi, seperti bermain golf, berlayar dan mengumpulkan karya seni.Â
Sebaliknya, kelas menengah dan bawah seringkali terbebani oleh kebutuhan dasar, seperti biaya hidup, pendidikan anak dan kesehatan. Konsumerisme yang berlebihan dapat memperburuk kesenjangan sosial.Â