PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dalam laporan keuangan mencatatkan kerugian nya kembali. Dimana kerugian pada periode ini mengalami peningkatan sebesar 81,29% dari periode sebelumnya. Kerugian yang dicatat pada periode ini yaitu sebesar US$ 129,61 juta atau setara Rp2,06 triliun  dan kerugian pada tahun sebelumnya sebesar US$72,06 atau setara dengan Rp1,138 triliun.
Pada saat yang sama Garuda Indonesia mengalami peningkatan pendapatan pada tahun kuartal III tahun 2024 sebesar 14,72% dibandingkan pendapatan usaha pada tahun sebelumnya.Â
Laporan keuangan Garuda Indonesia menujukan pendapatan usaha kuartal III tahun 2024 menunjukan angka sebesar US$ 2,56 miliar atau setara dengan Rp40,2 triliun dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya sebesar US $2,23 miliar atau setara dengan Rp35,3 triliun.Â
Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan Garuda Indonesia pada kuartal III tahun 2024 menurut Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra yaitu penerbangan berjadwal yang mengalami peningkatan sebesar 17%, penerbangan tidak berjadwal yang mengalami peningkatan sebesar 6% dari periode sebelumnya, dan pendapatan lainnya mengalami peningkatan sebesar 8%.
Lalu bagaimana bisa PT Garuda Indonesia mengalami kerugian padahal pendapatan pada periode tersebut meningkat?Â
Jika dilihat dalam laporan keuangan Garuda Indonesia pada kuartal III tahun 2024 Garuda Indonesia mengalami kenaikan beban usaha sebesar 14%. Beban usaha pada periode ini sebesar US$ 2,38 miliar atau setara dengan Rp37,43 triliun lebih besar dari periode sebelumnya yaitu US$ 1,99 miliar atau setara dengan Rp31,29 triliun. Kenaikan beban pada periode ini mempengaruhi kerugian yang dialami Garuda Indonesia saat ini.
Bagaimana analisis dalam akuntansi manajemen?
Dalam kasus tersebut akuntansi manajemen memiliki peranan penting, karena akuntansi manajemen dapat membantu suatu perusahaan untuk mengelola atau melakukan strategi dalam penggunaan biaya. Garuda Indonesia yang mengalami peningkatan pendapatan tetapi mengalami peningkatan kerugian juga dapat dilihat dari analisis ROI (Return on Invesment).Â
ROI merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa efektif aset yang digunakan untuk memperoleh suatu laba/rugi. Lalu berapa ROI yang didapatkan oleh Garuda Indonesia pada kuartal III tahun 2024?Â
Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar US$ 129.612.990 dan total rata-rata aset pada Garuda Indonesia sebesar US$ 6.616.331.278, maka ROI nya dapat diketahui sebesar -0,019 atau sekitar -1,96%. ROI yang minus ini menunjukkan bahwa Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar 1,96% dari total aset rata-rata atau investasi.Â
Hasil ROI yang negatif dari Garuda Indonesia ini disebabkan kurangnya pengendalian biaya operasional pada kuartal III tahun 2024. Hal ini dapat kita lihat melalui laporan laba rugi dari Garuda Indonesia, biaya periode ini mengalami kenaikan dari periode sebelumnya.Â
Biaya yang mengalami peningkatan secara signifikan terdiri dari biaya operasional penerbangan sebesar 14% dari periode sebelumnya, beban pemeliharaan dan perbaikan  sebesar 51% dari periode sebelumnya,  beban kebandaraan sebesar 23% dari periode sebelumnya, beban pelayanan penumpang sebesar 36% dari periode sebelumnya dan beban umum dan administrasi sebesar 23% dari periode sebelumnya.
Peran ROI yang dapat membantu strategi Garuda Indonesia untuk meminimalisir kerugian dimasa yang akan datang yaitu, pertama pihak Garuda Indonesia terutama bagian manajemen dapat fokus pada hubungan imbal hasil investasi.Â
Fokus pada hubungan imbal hasil investasi ini membantu manajer untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pendapatan, beban dan investasi. Manajer Garuda Indonesia dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan pendapatan harus memperhatikan dan memperhitungkan dari sisi lain.Â
Apakah dari peningkatan tersebut juga memerlukan yang namanya tambahan biaya? Apakah tambahan biaya untuk peningkatan pendapatan tersebut akan memperoleh keuntungan? Dan apakah keuntungan tersebut mengalami peningkatan dari periode sebelumnya? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu diperhatikan pihak manajemen untuk mengambil keputusan.
Kedua pihak manajemen dapat fokus pada efisiensi biaya. Fokus pada efisiensi biaya juga sangat penting untuk menambah laba operasi. Efisiensi biaya dari analisis ROI dapat membantu mengidentifikasi area di mana biaya operasional tidak sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan, mengevaluasi efisiensi dari biaya operasional dan dapat membantu pengendalian dan pengurangan biaya.Â
Pihak manajer harus mengetahui dan mengidentifikasi biaya apa saja yang tidak memberikan nilai tambah untuk perusahaan. Â Dalam pengambilan keputusan untuk efisiensi biaya pihak manajer perlu memerhatikan berkaitan dengan apakah biaya operasional yang dikeluarkan sebanding dengan pendapatan yang dihasilkan.
Apakah ada biaya operasional yang dikurangi tanpa mengurangi kualitas layanan? Apakah strategi dalam penetapan harga yang dilakukan sudah optimal? Dan harga tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang diinginkan? Apakah ada program penghematan biaya yang dapat diimplementasikan, seperti penghematan bahan bakar atau peningkatan efisiensi pemeliharaan pesawat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan optimalisasi pada efisiensi biaya.Â
Adanya peningkatan pendapatan belum tentu mengalami keuntungan, jika biaya operasional tidak dikendalikan dengan baik. Biaya operasional perlu dikendalikan dan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi operasional, pengendalian biaya, dan manajemen risiko. Dengan menerapkan manajemen yang baik dan melakukan analisis Garuda Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan efisiensi perusahaan, mengurangi kerugian, dan mencapai keuntungan atau tujuan yang ingin dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H