Aku adalah murid dari kota malang yang Praktek kerja di industri di Surabaya. Kebiasaan naik angkot di Malang ketika akan sampai di tujuan penumang akan mengatakan kiri. Dan Pak sopir pun akan berhenti. Namun, berbeda dengan angkot di Surabaya yang harus pencet bel.Â
Waktu itu untuk pertama kalinya aku naik angkot dari Tandes ke Surabaya kota. Tujuan ku sudah tiba,"Kiri, pak." Namun angkot tetap melaju. Karena terlewat jauh aku pun teriak,"kiri, pak! kiri." (Sambil menepuk kursi). "Adek, dipencet bel nya." ucap ibu satu angkot denganku. Aku segera memencet bel dan mengucapkan terima kasih.Â
2 bulan kemudian aku pulang ke Malang. Aku pergi dengan teman-teman ku karena lama tidak berjumpa. Aku dan temanku naik angkot. Tak lupa aku menceritakan pengalamanku ketika aku naik angkot di Surabaya.
"Aku pas ndek Suroboyo kan numpak angkot." ceritaku pada temanku.
"Trus?" jawab temanku.
"Aku kan nggak ngerti lek ndek kono mencet bel. aku ini wes ngomong kiri pak, kiri pak (sambil nepuk-nepuk bangku)"
ciiiiiitttttt seketika angkot yang aku dan temanku tumpangi berhenti mendadak.
"Wonten nopo pak?" tanyaku kaget
"lah jare kiri!" jawab pak sopir
"Maaf saya cerita." kataku tersadar jika ceritaku terlalu semangat.
"Wong crito kok cek heboh men"Â guman pak sopir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H