Mohon tunggu...
hilda angelina
hilda angelina Mohon Tunggu... -

saya ga bisa menulis, kegiatan tulis menulis bukan saya! saya salah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di jakarta dengan psikologi sebagai pilihan fakultasnya. saya suka sekali dgn anak-anak dan binatang, salah seorang penggemar kopi dan pecinta musik jazz n soul

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Anak Manusia

11 November 2010   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melihat dua orang anak manusia, yang satu seorang janda beranak satu, dan yang satunya lagi seorang laki-laki muda tampan dengan banyak wanita disisinya. Lewat dunia maya perkenalan mereka diawali, sekedar obrolan ringan mereka sambengi.

Beberapa bulan yang lalu, ketika keakraban mulai terasa dalam hubungan mereka, sang wanita memutuskan untuk datang mengunjungi kota sang pria. Ditinggal sang ananda tersayang dirumah, anak semata wayang dari hasil pernikahan yang terdahulu.

Pertemuan itu menghasilkan angan yang melambungkan wanita pada khayalan tingkat tinggi. Sebagai seorang janda muda, ia ingin dikasihi, ia ingin dicintai sepenuh hati. Segala ucapan pria yang dikenalnya lewat dunia maya dianggapnya suatu yang serius. Ia tidak tau bahwa laki-laki itu sesungguhnya hanyalah seorang pria yang kesepian didalam hatinya.

Ya.. memang banyak wanita dalam hidup laki-laki itu, tapi kau tidak tau, sungguh kau tidak tau, dia hanya seorang putus asa, anak tunggal dari seorang keluarga jawa, yang ditinggal mati oleh dua saudara laki-lakinya. Percintaannya dahulu memilukan, ia ditinggal oleh pujaan hati, pergi dan berkhianat untuk lelaki yang baru dikenal. Hancur dan terluka dan terbius oleh sepinya jiwa, di tinggal semua yang ia pikir begitu berarti.

Waktu berlalu, mereka tetap hidup terpisah karna jarak. Sang wanita bagai hantu bagi sang lelaki. Kemanapun gerak laki-laki pujaannya itu pergi, ia ikuti meski terpisah jarak. Tak dilepasnya telepon genggamnya, dipantau terus keberadaan sang lelaki. Dilihat terus web kepemilikan cintanya dan matanya tetap terbelalak atas apa yang terjadi.

Ahhhh.. buaian tengah hari..

Kapan kau sudahi kawan??

Biarlah kau pergi mencari obat luka mu sendiri..

Tinggalkan dia sebab tiada harap nyata yang kan kau beri..

Ku lihat, ku pikir dan ku renungi..

Siapakah diantara kalian yang patut ku kasihani??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun