1. Fenomena sosial. Karena adanya tradisi ini, menjadikan masyarakat desa Gumeno semakin memunculkan rasa kerjasama antar satu sama lain. Hal ini terbukti dengan pembagian tugas orang-orang tertentu dalam meng-handle bagian yang dirasa ali dalam bidangnya.
2. Makna budaya. Adanya tradisi tersebut menjadikan identitas dan jati diri bagi orang sekitar yang mendukungnya karena sudah menjadi kebiasaan setiap tahunya oleh masyarakat Gumeno. Kebudayaan setara dengan bagaimana cara itu "hidup" karena sudah diwariskan, dipelihara, dikembangakan dan dipelajari secara turun-temurun.
Makna ekonomi. Untuk bahan dasar yang digunakan juga sudah pasti bukan hanya dari satu bahan, melainkan dari beberapa bahan lain. Maka dari itu terdapat peran dari para pedagang baik pedagang ayam, pedagang kelapa, pedagang rempah, pedagang gula jawa juga pedagang lain yang memiliki peran dalam mencukupi kebutuhan pembuatan kolak ayam.Â
Dana yang didapatkan berasal dari iuran masyarakat desa Gumeno yang kemudian diubah menjadi kupon.
Makna religi. Tradisi ini didasari atas rasa ketaatan terhadap seseorang yang mempunyai keturunan insan kamil (suci) yaitu sunan Dalem terhadap ayahnya yaitu Sunan Giri. Ketaatan ini dianggap sebagai ibadah yang ditujukan kepada Allah SWT. Pelaksanaan yang dilakukan pada bulan suci Ramadhan yang dipercaya sebagai masa yang penuh barokah sebagai masa-masa malam turunya Lailatul Qodar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H