Mohon tunggu...
Hilda
Hilda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pembaca

suka baca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sandekala

27 Februari 2022   21:55 Diperbarui: 27 Februari 2022   22:02 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tepat tengah malam, di sebuah rumah keluarga besar, berada di pusat kota bandung, rintikan hujan di luar terdengar jelas seperti mempunyai birama dalam satu tetesnya, angin berhembus sangat kencang bak Raja klana sedang di landa amarah, membuat pohon seperti sedang menari-nari. Malam itu Wati tidak bisa tidur, pada saat itu ia merasa tidak enak hati, dan sekujur tubuhnya merasa gatal, sehingga Wati memanggil Ibunya ke kamar, kemudian Ibunya membacakan doa kepada Wati hingga ia tertidur dengan nyenyak.

   Wati merupakan keturunan sunda asli, dia anak pertama dari 2 bersaudara, Wati lahir dari keluarga yang bisa disebut keluarga indigo, keluarga mereka diberikan kelebihan mulai dari keturunan paling tua hingga sekarang, mereka bisa melihat, mendengar, merasakan, bahkan berinteraksi dan berkomunikasi dengan para makhluk ghaib. Jika salah satu dari keluarga mereka di ganggu oleh makhluk ghaib yang tidak mereka kenal, bisa sampai keselamatan mereka terancam, Wati sangat suka  menulis buku, membuat syair, bernyanyi, hingga menciptakan lagu baru.

   Malam itu hujan tak kunjung reda, Wati terbangun karena rasa gatal di sekujur tubuhnya muncul kembali meskipun sudah dibacakan doa oleh Ibunya, ia tidak kembali tidur dan tidak melakukan apapun kecuali menggaruk badannya dengan tatapan dan pikiran kosong hingga fajar. kemudian Wati sadar dan menjalani aktifitas seperti biasa meskipun dengan badan yang gatal-gatal. Dia adalah seorang pegawai negeri sipil yang bekerja sebagai guru seni budaya, semenjak kejadian malam itu, dia beraktifiras dengan hati yang gelisah, badannya mulai bermunculan bintik-bintik kecil, Wati merasa rasa gatal ini berubah menjadi rasa sakit yang lambat laun mulai bernanah hingga berdarah, sehingga dia pulang lebih awal dari tempat kerjanya.     

   Setelah kejadian malam itu, selama di rumah dSia mengurung diri di dalam kamar, dia berfikir, apa yang telah tejadi terhadap tubuh dan perasaannya, dia merasa selalu diawasi oleh seseorang. Matahari mulai tertidur dan bulan mulai memancarkan sinarnya, dalam keadaan bulan purnama hujan kembali membasahi, Wati memutuskan akan periksa ke dokter karena sudah tidak tahan terhadap gatal dan sakitnya, dia akan pergi bersama dengan sepupunya yaitu Bima, sama dengan Wati, Bima juga adalah seorang anak indigo yang bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk ghaib,  mereka pergi ke dokter menggunakan mobil pribadi, dan tentunya yang menyetir adalah Bima, karena melihat kondisi Wati yang sangat tidak memungkinkan. Di perjalanan ditemani suara hujan seperti batu kerikil yang menghantam mobil, mereka melewati jalan yang sepi karena tidak ada seseorang yang mau berekliaran di tengah hujan.

   Wati melihat seseorang yang memakai baju putih, muka yang dilumuri oleh darah yang sudah hitan, nanah dan dia hanya mempunyai mata satu di bagian kanan, dengan rambut terurtai panjang di kursi bagian belakang, terlihat sangat jelas di kaca spion depan, sebenarnya mereka hanya berdua di dalam mobil itu, bukannya kaget atau merinding, mereka malah menanyakan sesuatu hal yang tidak penting.

 "Punten sareng saha ?" tanya Wati menggunakan bahasa sunda, karena ketika sedang berkomunikasi dengan makhluk ghaib dia selalu menggunakan bahasa sunda.

"Sanes sasaha, meni isin kieu di tatanya, hihihi" perempuan itu menjawab dengan nada malu malu.

"Meni isin sagala atuh, da teu nanaon sareng abdi mah, bade naon kitu neng didieu ?" Wati kembali bertanya.

"Hente bade nanaon ah, ngan bade ngawartosan aya anu maturan teteh ti kamari." Perempuan itu berkata dan langsung pergi dari mobil tersebut.

   Wati menghiraukan perkataan dan tak memikirkan hal yang dikatakan oleh perempuan tadi,  dan merekapun sampai di dokter yang di tuju, setelah diperiksa oleh dokter ternyata Wati tidak mengalami gangguan kesehatan apapun.

"dengan nyonya Wati ?" tanya dokter.

"Iya saya Wati." jawab Wati.

"Sepertinya tidak ada gejala yang serius di tubuh nyonya, tetapi tampak dari luar nyonya memiliki bintik bintik merah yang masih bisa diobati." Kata Dokter

   Wati pun berterimakasih kepada Dokter dan bergegas pergi ke mobil sambil memikirkan hal yang dikatan Dokter tadi

"Apa yang sedang aku rasakan, jiwaku merasa sakit, tapi raga ku merasa baik baik saja, apakah benar yang dikatakan oleh perempuan di mobil tadi ada seseorang yang menggangu ku? tapi aku tak percaya, karna hantu sealalu berbohong." Wati berbicara di dalam hati dan berfikir keras mengapa dia seperti ini

   Mereka pulang masih dalam keadaan hujan besar di jam 10 malam, Wati masih dalam keadaan berfikir keras sambil menggaruk badan yang gatal gatal itu. Jam setengah 12 mereka baru sampai rumah, sebenarnya Bima tidak satu rumah dengan Wati, tapi pada malam itu Bima menginap di rumah Wati, karna sudah larut malam yang tidak memungkinkan bima untuk pulang dan untuk menjaga Wati agar tidak terjadi  hal yang diinginkan kepada Wati, ketika memasuki rumah tiba-tiba hati merka gelisah dan hawa rumah yang berubah menjadi sangat panas, meskipun keadaan di luar itu sedang hujan deras. Wati akan mandi pada tengah malam sambil ditemani dengan hujan deras di luar rumah, karena badan Wati yang super gatal dan hawa rumah yang membuat sekujur tubuh dibanjiri keringat, Wati keluar rumah mengambil handuk, lalu dia masuk ke kamar mandi, Wati membuka baju dan berendam terlebih dahulu di bathtub, dia sedang asyik berendam di air hangat sambil melantunkan lagu jawa dengan suara kidung melengking, diiringi suara shower yang menghantam lantai kamat mandi, tetapi ada yang aneh, ketika dia berhenti menyanyikan lagu jawa, tiba-tiba ia mendengar suara kidung perempuan yang melanjutkan nyanyiannya, Wati hanya mendengarkannya, kemudian perempuan itu berhenti bernyanyi yang diakhiri dengan teriakan seperti menangis, tetapi Wati tetap menghiraukannya karena sudah terbiasa, Wati beranjak dari bathtub. Ketika dia sedang gosok gigi sambil bercermin, muncul kembali suara perempuan kidung itu, seketika, Wati terdiam dan merasa kaget ketika mendengar bahwa suara nya sangat mirip dengan Wati, ia pun melihat seorang perempuan sedang menari tarian jaipong di pantulan kacanya, seketika tubuh Wati tertegun diam ketika ada yang menyentuh pundak nya dari belakang, dengan tangan hitam pekat yang sangat licin dipenuhi darah dan nanah, juga berlubang sambil mengeluarkan belatung yang merayar ke leher hingga telinga Wati, tapi ketika dia melihat ke belakang tiba-tiba tangan hitam itu hilang dan melihat tak ada siapapun di kamar mandi itu, seketika suara nyanyian seseorang itu terhenti, Wati pun mempercepat mandinya, Wati mengambil handuk yang di gantung di gantungan dekat pintu, tetapi ketika dia mengambil gantungan itu dia bingung, karena sebelah handuk dia ada selendang untuk menari berwarna hijau dan berlumuran darah yang menetes netes ke lantai kamar mandi, Wati merasa ketakutan dan mempercepat mandinya, ia mengeringkan badannya dengan handuk, ketika dia mengusap wajahnya sambil menutup mata, dia merasa ada wajah di depan muka dia, ketika dia membuka matanya setelahdia teriak karena ada wajah hitam perempuan yang tidak memiliki hidung menatapnya dari dekat, tetapi seketika wajah itu menghilang dibarengi dengan hilangnya selendang yang berwarna hijau. Wati sangat kaget dan tak bisa berkata kata, ia langsung lari ke kamarnya dan memaksakan untuk tidur meskipun insomnia.

    Akhirny ia tertidur, tetapi pada jam 2 malam Wati tidur dengan keadaan gelisah dan tidak bisa diam, ia ketindihan atau bisa di sebut sleep paralicys, ia merasa setengah sadar, tetapi dia susah bergerak dan susah bernafas,  Wati membaca doa di dalam hati agar dia bisa tidur dengan tenang, hingga akhirnya ia tertidur seperti biasa kembali. Dalam tidur nya dia bermimpi, ia sedang berada di sebuah desa, desa itu ada di sekitar Bandung sejak dulu kala, warga di desa itu memakai pakaian adat sunda yang sangat jadul, kemudian ada seorang bocah cilik yang menuntun Wati untuk memasuki sebuah rumah gubuk, di dalam rumah itu ada seseorang wanita yang sangat cantik dan seorang anak yang berumur sekitaran 6 bulan, wanita di dalam rumah itu memakai kebaya dan samping di lengkapi dengan selendang untuk menari yang berwarna hijau, wanita itu menari dengan skill yang sangat buruk dan hampir tidak nisa disebut sebagai penari, tetapi setelah melihat wanita dan anak itu Wati terbangun dan mimpinyapun terpotong.

   Wati menghiraukan mimpi yang terjadi semalam, ia juga tidak begitu ingat apa yang di mimpikan nya. Hari ini adalah hari minggu, Wati libur bekerja, di pagi hari dia bersantai, menonton TV, ngemil, dan melakukan hal hal santai lainnya, di hari minggu itu ia masih merasakan gatal gatal, badan ia bermunculan benjolan dan keluar nanah putih di sertai dengan darah darah kental, dia merasa bodo amat dan menjalaninya dan tidak terlalu memikirkannya. Waktu seiring berjalan, hari libur hampir sudah selesai, senja hari itu tampak sekali cantiknya, di hiasi langit yang berwarna oranye bergradasi biru tua, matahari mulai mulai masuk kembali ke sarangnya, di lengkapi denga pepohonan yang membuat suasana senja di kota Bandung itu sangat indah, sore itu Wati bergegas mandi sebelum adzan maghrib berkumandang, karna dia takut hal yang kemarin terjadi di kamar mandi terjadi pada dirinya. Waktu untuk tidur telah tiba, berhubung besok adalah hari untuk bekerja karena Wati sedang sibuk sibuknya, jadi Wati bernjak tidur  lebih awal tidak seperti biasanya, kali ini ia tidur jam 8, di tengah malam, jam 12 wati kembali bermimpi hal yang aneh, kali ini dia bermimpi dia sedang berada di hutan lepas, pepohonan tinggi tumbuh di mana mana, suara suara hewan yang biasanya bising di daerah hutan sangatlah terdengar, sepertinya hanya Wati sendiri di hutan itu, di dalam mimpi itu ia sangat lah ketakutan karna dia berada sendiri di hutan itu, dia berlari mencari seseorang yang tak tahu kemana arah tujuan nya, tidak berguna dia lari karena tetap saja saja dia berada di dalam hutan yang sama, seperti hutan itu tidak ada ujungnya, ia duduk di bawah pohon yang sangat besar karena dia merasa lelah berlari di dalam hutan, kemudian ia melihat seorang perempuan cantik yang memakai kebaya dan selendang tari berwarna hijau, sepertinya seseorang yang ada di dalam mimpi Wati sekarang sama dengan seseorang yang ada di dalam mimpi ia sebelumnya, wanita itu berlari lari seperti ketakutan sambil menggendong anak yang sama dengan mimipi Wati sebelumnya. Akhirnya wati terbangun oleh suara adzan subuh, ia bergegas mandi, sarapan dan langsung pergi ke tempat kerja dia.

   Malampun datang, Wati merasa sangat lelah setelah seharian bekerja, ia pulang kerumah tidak mandi dan tidak makan dia langsung ke kasur bergegas untuk tidur, ia tertidur sangat lelap, dan Wati terbangun di tengah malam, sekitaran jam 12, dia bergegas untuk mandi karna merasa gatal gatal itu kembali datang, ketika di kamar mandi saat ia sedang gosok gigi, tiba tiba lampu kamar mandi mati begitu saja, tetapi lampu di ruangan lain tetap menyala, ia spontan berteriak dan ketakutan, Wati lari untuk membuka pintu kamar mandi tetapi ketika ia membuka pintunya, ternyata pintu nya susah terbuka, Wati tidak bisa berbuat apa apa, seketika Wati terdiam dan jatuh ke lantai, dan disaat dia berdiri tiba tiba dia menari layaknya seorang penari jaipong profesional, tangan yang begitu lentur, kaki yang lincah, namun dengan mata yang tertutup, Wati menari dalam gelap di kamar mandi tengah malam hingga lampu kamar mandi menyala akhirnmya ia berhenti menari, entah mengapa dia menari, tapi dia tak sadar bahwa dia menari, dia hanya sadar dan tahu bahwa dia sudah tergeletak di lantai kamar mandi dengar badah keadaan basah dan sakit sekujur badan, Wati seperti tidak bisa bergerak, tetapi dia berusaha untuk bergerak keluar dari kamar mandi, beberapa menit dia baru bisa keluar kamar mandi, ia langsung masuk kedalam kamar dan mengunci pintunya rapat rapat, dia berusaha untuk tidur, tetapi dia masih ketakutan, hingga akhirnya beberapa jam berikutnya ia pun tertidur dengan lelap, dan yang ketiga kalinya Wati bermimpi kembali, mimpi Wati kembali tidak masuk akal, Wati bermimpi dia sedang berada di rumah yang sangat percis seprti rumah yang ia mimpikan 2 hari yang lalu, tetapi ada yang beda, jika di mimpi yang pertama Wati melihat seseorang perempuan sedang menari, tetapi berbeda di mimpi yang kali ini Wati melihat seorang wanita yang sangat buruk rupa, dia begitu besar, kuku yang sangat panjang, tajam dan runcing, rambut yang begitu panjang, muka penuh dengan luka, borok, dan keluar nanah, tangannya pun sangat lah menjijikan, penuh borok dan kuku hitam yang sangat panjang, wanita itu tidak memakai baju sama sekali, dia telanjang dada dengan payudarah yang sangat panjang menggelantung ke bawah, bisa di sebut dia adalah makhluk yang sangat buruk rupa, pagi pun datang Wati terbangun dengan keadaan sakit dan pegal pegal sekujur badan.

   Hari wati untuk bekerja di mulai kembali, dengan kondisi Wati yang tidak membaik, mungkin menjadi semakin parah, ketika ia bekerja dia merasa setiap saat setiap waktu dia sangat kehausan, dia sudah beberapa kali bulak balik, ke dispenser untuk mengambil air minum, ketika Wati mengambilnya ke sekian kali, warna air putih yang sudah di pegang Wati dalam gelas berubah menjadi berwarna merah yang begitu pekat dan sangat lah bau amis, ia langsung melihat kembali isi galonnya ternyata yang ia lihat air yang berada di dalam pun berwarna merah, badan Wati sangat sangat lah merah dengan suhu tubuhnya yang sangat tinggi, muka yang pucat, ia pingsan seketika di ruang kerja dia sendiri, teman teman kerjanya membantu dia untuk sadar di kantor itu, tetapi sudah berupaya beberapa kali untuk menyadarkannya, Wati tetap tidak sadar, teman teman kerjanya akhirnya membawa dia pulang ke rumah nya, kebetulan di dalam rumah Wati sedang kumpul keluarga besar.

   Sesampainya di rumah Wati, seluruh keluarga memutuskan untuk mengadakan pengajian karena Wati belum lah sadar hingga saat itu, selama pengajian di mulai di ruang tengah rumah, selama itu Wati di tidur kan di dalam kamarnya, tetapi ketika pengajian berlangsung, sepupu Wati yang bernama Inggit melihat ke arah pintu kamar Wati yang tertutup, dia melihat sesosok wanita besar yang sama percis dengan apa yang ada di dalam mimpi wati malam tadi sosok itu diam di depan pintu kamar Wati yang tertrutup, sosok itu berusahamembuka pintu tersebut tapi dia tak bisa lalu dia menendang nendang pintu itu, ketika sosok itu melihat ke arah Inggit yang sedang melihati dia juga, sekejap sosok itu menghilang tak tahu kemana arah nya, setelah pengajian selesai, Inggit membicarakan apa sosok yang ia lihat tadi kepada Bimo, kaka tertua Wati.

   Ketika itu juga karena keluarganya adalah keluarga indigo, Bimo langsung menelusuri siapakah sosok tinggi dan besar itu, beberapa saat kemudian Inggit kerasukan, Bimo bertanya kepada sosok yang ada di dalam tubuh Inggit itu,

"Punten sareng saha ?" Bimo bertanya dengan nada yang medok sunda

"hihihi, sanes sareng sasaha, abdi mah bade ngabaturan teteh eta anu keur bobo di kamar eta" Sosok itu menjawab dengan tangan yang menari nari begitu lentik di dalam tubuh Inggit, sambil menunjuk ke pintu kamar Wati

"oh jadi ieu nu ngagganggu Wati selama ieu, maksudna naon rek ngaganggu adi urang ?!" Bimo menjawab dengan nada yang marah, dan Bimo pun sudah tau maksud dari ngabaturan itu adalah menggagu, Bimo pun baru ingat bahwa sosok yang dilihat Inggit yaitu sosok yang sedang berbicara dengan Bimo ini adalah sosok yang ada sama dalam mimpi Wati sebelumnya, karena Wati sudah bercerita kepada Bimo semua mimpi aneh yang Wati alam

"eta atuh abdi the meuni kabita ku geutihna si teteh eta, hihihi" jawab sosok itu, yang di maksud si teteh itu adalah Wati

"sok ayeuna jauhan si Wati atawa ku urang anjeun di bacaan !" Bimo mengecam sosok itu dengan cara di bacakan ayat al qur'an

"ahhhhhhh ampunnnnnn!!!" sosok itu berteriak beberapa menit sambil memegang spidol hitam yang ada di depan dia dan menggambarkan sosok dia di lantai yang berwarna putih, ketika sudah menggambar sosok itu keluar dan tak tahu kemana lagi, ketika di lihat, ternyata dia menggambar sosok dia sendiri percis sama dengan sosok yang ada di dalam mimipi Wati dan ternyata dia menuliskan nama di bawah gambar itu, dia menulis nama yang bernama Laksmi  ternyata setelah di selidiki oleh Bimo nama Laksmi itu adalah nama sesosok makhluk ghaib yang selama ini mengganggu Wati, dia adalah sesosok genderowo yang buruk rupa.

     Karena penasaran Bimo mencari siapa dia dan bagaimana asal usul dia bisa menjadi buruk rupa juga mengapa dia menggganggu Wati, Bimo mulai menerawang waktu kebelakang atau zaman dahulu zaman yang ada di mimpi Wati, Bimo melihat seorang perempuan di dalam gubuk yang sama di mimpi Wati, ternyata itu adalah Laksmi, dia sedang menangis sambil memandangi anaknya, dia menangis karena suaminya meninggal dan bingung bagaimana menafkahi anaknya tanpa ada seorang tulang punggung keluarga, dia sama sekali tidak punya sepeser uang untuk makan karena dia tidak bekerja, untuk mendapatkan kerja zaman dahulu sangat lah susah, dia memutuskan untk menjadi penari jaipong dan menghibur orang orang yang ada di desanya, tetapi dia tidak berhasil menjadi penari karena dia tidak bisa menari sama seperti apa yang di lihat Wati di mimpi pertamanya, dia tidak memiliki skill menari, sehingga dia tidak di bayar oleh orang orang yang di lihatnya karna penampilan yang tidak memuaskan. Karena dia sangat butuh uang dia memikirkan ide gila dan terpaksa, dia akan menyembah Genderowo agar bisa menjadi penari profesional yang memiliki bayaran besar, tiba tiba Bimo berada di dalam hutan yang sama seperti di hutan dalam mimpi Wati, Bimo melihat di balik pohon yang sangat besar, ada Laksmi yang sedang berlutut di depan Gendorowo yang sama bentuknya seperti yang mengganggu Wati.

"Pun Sandekala, Abdi bade ngabdi ka anjeun, Abdi hoyong bisa jadi tukan tari jaipong anu sae" pinta Laksmi dengan nada tersedu sedu dan bercucuran air mata.

"Tapi aya syaratna, didinya ulah ereun nari, lamun ereun engke anak didinya di leg leg, jeung engke didinya dirobah jadi babi" jawab si genderowo itu yang bernama Sandekala dengan suara yang sangat besar dan berat

     Kemudian Bimo berpindah tempat lagi, sekarang dia sedang berada di keramaian seperti di balai desa jaman dulu dengan bangunan rumah panggung yang semua pondasinya terbuat dari kayu, lantai dari bambu, dan atap tertutup oleh ijuk, orang orang berkumpul untuk melihat penampilan jaipong yang sangat memukau, ternya yang sedang orang orang liat adalah Laksmi, seketika dia bisa menari dengan lincah dan lentur seperti penari profesional, tiba tiba juga dia kaya karena bayaran yang besar dari hasil dia menari. Bimo berpindah tempat lagi, dia kembail ke tempat awal, yaitu rumah gubuk Laksmi, Bimo melihat Laksmi sedang terlentang di kasurnya batuk batuk, sambil menggigil, sepertinya Laksmi sedang sakit. Tiba tiba di pinggir Laksmi ada Sandekala, yaitu genderowo yang Laksmi sembah, Laksmi sangatlah terkejut hingga dia terbangun dari tempat tidurnya.

"Anak didinya ku urang di bawa, da didinya poe ieu teu nari, tungguan sapoe anjeun diobah kuurang jadi genderowo jiga urang!" seru Sandekala si Gerndorowo dengan nada yang sangat marah.

Ternyata Laksmi baru ingat bahwa hari ini dia tidak menari karena dia sedang sakit, dan persetujuan dengan Sandekala telah di langgar oleh Laksmi, sehingga Laksmi harus menanggung akibatnya yaitu anak nya akan di makan oleh Sandekala dan Laksmi akan berubah menjadi Gendorowo yang buruk rupa percis dengan sandekala. Karena Laksmi sangat bingung dia tidak berkata kata dan langsung bangun dari tempat tidurnya sambil membawa anaknya berlari keluar menuju hutan. Kemudian Bimo berpindah tempai kembali ke dalam hutan, Bimo melihat Laksmi berlari lari sambil menggendong anaknya, ternyata peristiwa itu sangat sama dengan mimpi Wati bak refleksi, tiba tiba Laksmi terjatuh bersama anaknya yang sedang di bedong dengan kain batik, saat terjatuh, tak sempat bangun Laksmi langsung kehilangan anaknya karena di bawa oleh Sandekala yang akan memakannya, Laksmi seketika teriak dengan sekencang kencangnya, berjalan ke rumah nya kembali dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya. Tiba di rumah Laksmi Bimo melihat Laksmi diam di pojokan sambil menekukan kakinya ke kepalanya dan menunduk, tiba tiba banyak asap yang menutupi tubuh Laksmi, bau amis dan bau busuk mulai menyengat ke hidung Bimo di dalam rumah Laksmi, tiba tiba Laksmi membesar dan badannya menjadi sangat hitam dengan tumbuhnya rambut yang sangat cepat, hingga berubahlah Laksmi menjadi seorang Genderowo percis seperti Sandekala, di berjalan keluar sambil menari nari dengan keadaan telanjang dada.

      Tiba tiba Bimo kembali sadar dan kembali ke samping Wati, Bimo menyadari kenapa Laksmi bisa menganggu Wati, karena dia senang mencari anaknya yang di makan Sandekala Laksmi fikir Wati telah memakan anaknya, jadi Laksmi menganggu Wati untuk balas dendam kepada Sandekala, tetapi karna Wati sudah di doakan oleh banyak orang Laksmi tidak lagi mengganggu Wati, dan Wati pun sembuh dari rasa gatal danh rasa meresahkan di dalam hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun