Halo gais! Â Bocil-bocil sangat sibuk untuk mempersiapkan dompet kosong karena sudah bisa ditebak, pasti ketika unjung-unjung atau silaturahmi dia akan mendapatkan THR.
Yup THR alias tunjangan hari raya atau uang salam tempel. Ya itung-itung berbagi sedikit rezeki agar lebih berkah. Mungkin orang tua ketika silaturahmi tujuannya untuk sekedar basa-basi karena lama nggak jumpa. Akan tetapi, untuk bocil-bocil nih lebih mengharapkan uang THR nya dibandingkan apa pun.
Bocil juga paham nih rumah-rumah mana saja yang akan memberikan THR dengan nomimal besar. Ya namanya juga bocil ya ges ya, harap maklum aja kalau mengharapkan uang. Kan mereka jarang ghibah, jadi dosanya dengan orang-orang disekitar ya sedikit bahkan tidak ada.
Nah dibeberapa tempat mungkin pemberian uang THR berbeda-beda, ada yang semakin besar semakin kecil nominal THR nya, ada pula yang semakin kecil semakin besar nominalnya. Tergantung adat masing-masing.
Akan tetapi, rata-rata nih semakin kecil akan mendapatkan uang THR semakin banyak. Nah ini keuntungan untuk para orang tua. Orang tua menjadi investasi bodong berkedok jasa penyimpanan uang THR anak.
Kok bisa dikatakan investasi bodong sih? Karena ketika anak ingin membeli barang yang dia inginkan, orang tua akan berkata "belum ada duit", padahal nih waktu itu anak nitip uang ke orang tua. Ada perjanjiannya tapi gada wujud uangnya, berasa bodong dong.
Sering banget kan terjadi? Aku dulu ketika kecil juga sama, ketika mendapatkan uang THR dari saudara atau tetangga, sering banget nih aku kasihkan ke orang tua dengan harapan uangnya disimpan dan aman. Eh kok tidak kembali-kembali uangnya.
"anak kecil gak boleh pegang uang banyak, nanti hilang. Ini uangnya mama simpan aja. Bisa buat kamu beli sesuatu", ujar mama
Padahal nih, kalau tujuan diberikan THR katanya untuk beli permen eh kok malah disimpan permanen. Hal itu mungkin dilakukan oleh orang tua, sebab banyak pengeluaran tak terduga saat lebaran dan membuat keuangannya sedikit kacau, sehingga ketika anak mendapatkan THR auto jadi mangsa.
Orang tua bisa loh berkata jujur kepada anak, kalau orang tua terkesan membohongi anak, yang ada malah anak menjadi sulit percaya dan tidak mau menitipkan uang lagi.
Orang tua bisa berkata kepada anak "uangnya mama pinjam dulu ya, nanti mama kembalikan kalau mama gajian bulan depan"
atau "dek, uangnya mama pinjam dulu ya. Tenang, susah mama catat uang THR kamu, nanti bakalan mama ganti"
selain itu, jangan semua THR disimpan, minimal 10% lah berikan kepada anak sebagai uang pegangan. Entah buat beli jajan atau pentol dengan kawannya selepas idul fitri.
Kalau nggak ditabung aja uang THR anak, kan banyak tuh bank-bank yang membuka buku tabungan khusus anak-anak. Kalau uangnya ditabung di bank, juga bisa bermanfaat dalam jangka panjang.
Menjadi orang tua juga harus amanah ya, apalagi kalau soal uang. Anak tentu akan ingat berapa nominal uang dititipkan, akan diingat terus sih sampai dia besar. Ya walaupun dengan orang tua sendiri nggak boleh perhitungan, akan tetapi tetap dihitung saat diakhirat loh dan dipertanggung jawabkan.
Hayo gimana nih para orang tua, sudah siapkah menjadi tempat penitipan uang anak? Yang amanah dan jujur loh ya. sedari kecil aja kalian menyuruh anak untuk jujur, eh kok malah kalian sendiri yang suka berbohong. Nggak malu?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI