Aku dan teman-teman ku mengalami hal serupa. Menjadi anak broken home memang bukan sebuah pilihan, akan tetapi sudah takdir. Ku kira, kisah hidupku yang pahit, ternyata semua anak broken home juga mengalami hal itu.Â
Orang tua menikah lagi, bukan merupakan suatu hal yang mudah. Perlu banyak pertimbangan. Sebagai anak, kita tidak tau pemikiran orang tua seperti apa.Â
Selain itu, kita sebagai anak juga menginginkan yang terbaik untuk orang tua. Walau harus menahan sakit. Kalau dibilang ikhlas, tentu tidak ada tangis setiap malam. Kalau dibilang tidak ikhlas, sudah menjadi takdir ya harus dijalani.Â
Aku dan teman-temanku juga memiliki pemikiran yang satu frekuensi "lebih baik kita yang sakit, dari pada orang tua yang sakit. Orang tua hanya tinggal satu, yang membuat dia bahagia ya silahkan saja dilakukan".Â
Tentu setiap anak, hanya ingin orang tuanya sehidup semati. Namun, jika salah satu meninggal atau meninggalkan dengan alasan yang membuat sakit hati, apakah kita nggak sedih bila esok orang tua hidup sendiri sedangkan kita sudah berkeluarga? Tentu sedih dong.Â
Setiap orang diciptakan berpasang-pasang di dunia ini untuk saling melengkapi, begitu pun dengan orang tua. Ketika dia hidup sendiri, tidak ada pasangan, akan bingung. Walau ada anak, nggak mungkin semua keluh kesah di tuangkan ke anak, anak nggak akan paham dengan masalah orang tua yang bercabang.Â
Butuh sandaran, teman ngobrol adalah alasan orang tua menikah kembali.Â
Sebagian anak, akan sulit banget menerima kehadiran orang baru. Apalagi kalau dia menggantikan sosok terpenting di hidup kita, walau dia nggak bisa menggantikan 100%.Â
Misal nih, kalian memiliki mama tiri, mama tiri nggak mungkin bisa masuk begitu saja di hati kalian. Tetap, ibu kandung yang akan melekat di hati kalian, akan tetapi kita tetap harus menghargai dan menghormati.Â
Sewaktu orang tua meminta izin untuk menikah lagi, bagaikan bom yang menusuk di hati. Ingin menolak dan nggak terima, nanti dikira egois. Sehingga merelakan adalah jawaban.Â
Walau bibir sangat susah untuk mengatakan "iya, menikah saja", hanya tetes air mata yang bisa menjadi jawaban.Â
Hanya ucapan "selamat ya atas pernikahannya, semoga langgeng" dan tanpa kado apa pun, walau berat, tetapi harus dijalani. Walau saat mengucapkan butuh effort, butuh tisu berlapis-lapis, but it's okay.Â
Orang tua sebenarnya nggak butuh kado saat dia menikah, karena pernikahan yang dilakukan adalah pernikahan kedua atau ketiga, cukup anaknya hadir.Â
Namun, sebagai anak, apakah kita kuat melihat orang tua menikah dengan orang asing dan setelah itu menjadi bagian di hidup kita? susah banget coy.Â
Oleh karena itu, rata-rata anak tidak datang ketika orang tua menikah. Entah dengan cara apa pun, alasan apa pun, hati nuraninya belum siap dan lebih baik menenangkan diri untuk melanjutkan kehidupan.Â
Apakah kalian juga merasakan hal seperti itu?Â
Semangat ya! Setelah hujan, tentu akan ada pelangi yang indah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H