Saudaraku sudah bekerja merantau di Surabaya sejak lulus SMK.Â
Dia diterima kerja di salah satu pabrik di Surabaya dan bekerja di bagian laboratoriumÂ
Gajinya cukup gede, setara UMK Surabaya.Â
Buat anak remaja, cukup lah ya. Hidup sendiri di kos, makan sendiri, dan membiayai diri sendiri tentu cukup.Â
Akan tetapi, setelah 5 tahun bekerja, ada masalah dengan bos nya.Â
Bos nya korupsi. Dia dibayar tidak tentu dan selalu menunggak.Â
Misal gaji bulan Maret, dibayarkan bulan April. Pada bulan Maret, gaji yang diterima adalah gaji bulan Februari.Â
Padahal kerja selalu lembur bagai kuda, akan tetapi malah seperti itu gaji nya.Â
Alhasil saudara ku, keluar kerja.Â
Apalagi keluar kerjanya pada waktu corona. Udah tau saat corona, susah banget mendapatkan pekerjaan, kok malah nekat keluar. hadeh...Â
walau gaji ditunda kan nggak masalah ya, yang penting ada pemasukan setiap bulan. Lah kalau nekat keluar kerja dikala umur sudah 25 tahun, siapa yang mau menerima?Â
Apalagi kualifikasi kerja sekarang, fresh graduate dan umur maximal 25 tahun serta berpendidikan S1.Â
Nah kalau pendidikan SMK, umur sudah 25 tahun, masih ada yang menerima dia sebagai pegawai?Â
Saat pandemi pun, pabrik-pabrik banyak yang melakukan WFH dan gajinya di potong 1/2 akibat WFH. Gitu kok nggak mau bersyukur loh.Â
Akhirnya, sekarang saudaraku bekerja sebagai freelance.Â
Kerja apa pun itu gapapa, yang penting ada pemasukan untuk mencukupi kebutuhan kita. Dinikmati dan disyukuri
Semoga kalian yang membaca artikel ini bisa mengambil hikmahnya ya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H