22 Desember merupakan peringatan hari ibu. Menurutku salah, kenapa hari ibu harus diperingati? Bukankah setiap hari adalah hari ibu?Â
Apakah hanya 1 hari saja merayakan hari ibu dan berbuat baik serta menyenangkan ibu? Atau terlalu sibuk melakukan aktivitas hingga lupa memberikan kasih sayang kepada ibu? Jika itu benar, keterlaluan sih! Kalian bisa memberikan rasa kasih sayang, perhatian, kejutan, bahkan hadiah kepada ibu pada hari apa saja.Â
Tujuannya sebagai bentuk balas budi atas semua yang telah ibu berikan. Rasa sayang ibu kepada anak tentunya tulus, ikhlas, dan sudah kewajibannya melakukan hal itu. Tetapi kasih sayang anak kepada ibu? Itu bisa dihitung dan dilakukan karena hal tertentu saja.
Menjadi ibu itu tidak mudah, harus rela 24 jam mengurusi rumah, anak, suami, kerjaan. Walaupun menghabiskan waktu 24 jam dengan produktif, kadang ibu tidak dibayar lebih, tetapi mereka malah mendapatkan cacian, omelan, bahkan amukan dari anggota rumah jika pekerjaannya tidak beres dan masakannya tidak enak. Ibu itu bukan manusia sempurna, ibu memiliki kekurangan dan kelebihan.Â
Ibu juga bisa capek, bisa mengeluh, bisa menangis, bisa egois. Tetapi, ibu tidak pernah melakukan itu semua di depan anak dan suaminya. Mereka kadang menulis di buku diary atau bercerita kepada tuhannya saat ia beribadah. Ibu tidak mau terlihat lemah di hadapan semua orang. Ibu ingin kuat, mampu menghadapi apa pun, dan bisa melakukan apa pun.
Tapi pernahkah ibu dihargai? Dipuji? Diberikan semangat untuk menyelesaikan tugas rumah? Tentu tidak. Semua anggota rumah menuntut ini itu pada ibu, tetapi mereka tidak sadar, jika ibu bukan pembantu di rumah!. Mungkin sebagian orang merasa terlalu risih dengan suruhan ibu untuk membersihkan rumah, beresin lemari, menata kamar. Kadang merasa jenuh dengan omelan ibu yang itu-itu saja kata-katanya hingga hafal di luar kepala.
Tetapi, tau kah kalian jika omelan dan suruhan itu akan kalian rindukan saat kalian menjadi anak perantauan. Kalian pasti akan merasa kok sepi ya kamar kos aku, kok aku udah gak rajin lagi ya semenjak ibu tidak mengomel, kok aku jadi rindu omelan ibu yang menyuruhku membersihkan kamar.Â
Oleh karena itu, kita perlu menghargai dan melakukan setiap tindakan yang disuruh oleh ibu. Ibu mengomel itu tanda sayang dan perhatian ke kita. Ibu ingin anaknya lebih baik darinya, ibu ingin anaknya memiliki kebiasaan yang baik, ibu ingin anaknya mengerjakan hal yang baik dan meninggalkan hal buruk.Â
Tapi kita sebagai anak selalu salah tangkap dan keburu emosi dan egois. Ibu memang istimewa, oleh sebab itu setiap hari adalah hari ibu.Â
Setiap hari untuk ibu, setiap hari selalu ada untuk ibu. Terima kasih ibu, kamu telah membuatku mengerti apa arti hidup yang sesungguhnya, membuatku mengerti bagaimana kerasnya kehidupan. Membuatku paham ternyata sulit sekali melakukan kebiasaan tanpa adanya paksaan dan omelan. Kini aku sadar, tanpa mu hidupku tak bermakna, tanpa mu hidupku tanpa arah. Hadirmu membuat hidupku sempurna.Â
Terima kasih, semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya, semoga semua apa yang telah engkau berikan untukku akan dibalas oleh sang Pencipta. I love you more. Aku tidak merayakan hari ibu dan mengucapkan selamat hari ibu.
Tetapi, aku selalu mendoakan ibu dalam setiap doaku.Â
Rabbighfir l, wa li wlidayya, warham hum kam rabbayn shaghr. Yaallah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu aku kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H