Mohon tunggu...
Hilda Ayu Putri Nadifa
Hilda Ayu Putri Nadifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, aku seorang mahasiswi yang gabut. Suka menulis, kalau menyukaimu tentu tidak mungkin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertiga Membuat Arti Berharga dan Dipaksa Bahagia (Part 2)

18 Januari 2023   10:06 Diperbarui: 18 Januari 2023   10:09 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bulan April dijemput ayah dan adik untuk pulang ke rumah. Rasa hati bahagia seperti mendapat kejutan dari pacar. Sesampai dirumah bukan kebahagian yang ku lihat, bukan juga seperti rumah yang indah. Yang ku lihat adalah banyak rumah spiderman di dinding, debu menempel dimana- mana, rumah menjadi tidak terurus. 

Hatiku hancur berkeping-keping rasanya ingin kembali ke masa lalu merasakan indah dan hangatnya keluarga. Hatiku berkata "semangat Luna kamu pasti bisa". 

Setelah hati berkata begitu, ku ambil sapu, kemoceng, pel lantai lalu ku bersihkan rumah dengan sepenuh hati dan sekuat jiwa raga. Tak menghitung lagi seberapa banyak air keringat yang berjujuran jatuh, berapa waktu yang ku buang untuk membereskan rumah. Setelah semua setelah, aku juga memasak untuk ayah dan adik ku.

Aku berharap ketika ayah pulang kerja beliau akan memuji dan bangga memiliki anak sepertiku. Nyatanya tidak, ayah memarahiku karena ada genangan air di sekitar wastafel dengan wajah ditekuk dan mulut yang mengeluarkan seribu kata tak enak didengar membuatku sakit hati dan kecewa seakan tertampar namun tanpa tangan hanya dengan omongan. 

Dalam hati aku bertanya "kenapa sih hidup ku begini, kenapa Tuhan tidak adil padaku,kenapa semua ini terjadi padaku". Semua pertanyaan itu muncul seketika, diiringi hujan yang membasahi pipi. Aku tak suka bila bersedih dilihat orang lain, akhirnya ku
putuskan untuk masuk ke dalam kamar.

Jika aku putus asa, menangis hal yang membuat bangkit kembali dengan cara menulis deary. Ku ungkapkan semua isi hati dan perasaanku saat ini. Air mata terus membasahi pipi dan tangan tak berhenti menulis seraya menghapus air mata. 

Hati dan fikiran sudah mulai sinkron, ku putuskan untuk mengambil air wudlu dan melaksanakan salat. Karena menurutku nangis bisa meluapkan emosi, namun tidak menyelesaikan masalah. 

Mintalah petunjuk kepada Tuhan bagaimana jalan hidupmu dan cara menyelesaian masalah untuk masalah yang kamu hadapi. Memang tidak gampang menjadi pura-pura kuat dan bahagia, namun tak baik juga menaruh kesedihan dan keluh kesah kepada semua orang.

Bersambung.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun