Mohon tunggu...
Hilda Ayu Putri Nadifa
Hilda Ayu Putri Nadifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, aku seorang mahasiswi yang gabut. Suka menulis, kalau menyukaimu tentu tidak mungkin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertiga Memberi Arti Berharga dan Dipaksa Bahagia (Part 1)

18 Januari 2023   07:11 Diperbarui: 18 Januari 2023   07:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini langit begitu indah, se indah harapan keluarga kecil ku. Aku hidup bertiga dengan adik dan ayah. Mama meninggalkan kami 2 tahun yang lalu. Ayah sebisa mungkin menjadi ibu dan ayah, tetapi itu tidak mungkin. 

Alhasil rumah yang tadinya begitu terawat berubah menjadi tak sedap dipandang mata. Kami bertiga memiliki kepribadian dan watak
yang berbeda-beda. 

Aku memiliki watak sabar dan pekerja keras. Adik memiliki sifat kasar dan pesimis. Ayah memiliki sifat pekerja keras dan egois. Aku tidak tau bagaimana keadaan rumah bila ayah dan adik sedang tidak mood pasti rumah akan sepi dan hampa. 

Aku adalah anak rantau yang menuntut ilmu di kota orang, kadang aku menyesal mengapa aku menuntu ilmu sejauh itu dan tidak memikirkan nasib keluargaku setelah ku tinggalkan. Mungkin aku terkesan egois, tapi bagaimana lagi ini sudah jalannya.

Di kota rantau aku tidak banyak main dan menghabiskan waktu untuk berfoya- foya. Waktu senggang ku buat membaca buku dan mengerjakan tugas. Aku terkenal ambis dan optimis dalam setiap pekerjaan. 

Ada beberapa alasan mengapa aku begitu, karena setiap waktu menurutku berharga dan tidak dapat terulang kembali.  Orang lain saja bisa memanfaatkan waktu sebaik dan semaksimal mungkin, mengapa aku tidak. Menjadi anak rantau tidak sepenuhnya bahagia dan sedih. 

Menurutku menjadi anak rantau bisa membuat kita mengerti apa arti hidup dan kerasnya kehidupan. Tak hanya itu saja, kebanyakan anak rantau pemula seperti aku merasakan home sick (rindu rumah). Ya aku sering mengalami itu, mungkin karena kejadian sepele atau iri dengan seseorang membuatku home sick.

Home sick membuatku rindu pada keluarga yang dirumah. Kadang sering muncul dibenakku bagaimana nasib keluargaku? Apakah semua baik-baik saja? Bagaimana sekolah adik?

Semua pertanyaan itu ku simpan dalam hati dan fikiran, lalu memunculkan mindset harus lulus kuliah tepat waktu agar bisa kembali ke rumah dan membahagiakan keluarga. 

Pada bulan Maret seluruh dunia dihebohkan dengan virus Corona yang membuat hampir semua kantor, sekolah, perguruan tinggi, dan tempat peribadatan ditutup dan melakukan kegiatan di rumah saja. 

Bersambung.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun