Selama ini kita tahu bahwa baterai yang banyak digunakan dikendaraan listrik ataupun gadget kita sehari-hari adalah Lithium-ion. Baterai yang ditemukan ilmuwan pada tahun 70an karena krisis minyak ini memang lebih ringan dan padat energi daripada aki baik basah maupun kering.
Tetapi baterai yang diperkenalkan ke pasar pada 1991 setelah dikembangkan tiga ilmuwan yakni Stanley Whittingham, Akria Yoshino,dan John B. Goodenough ini merusak lingkungan dalam proses penambangan.
Setiap ton lithium yang ditambang dari batuan keras menghasilkan 15 ton limbah gas karbon dioksida,juga setiap lithium diekstrak lingkungan sekitarnya akan terkontaminasi limbah yang akan mengganggu kelangsungan ekosistem dilingkungan tersebut.Â
Selain itu dalam penambangannya lithium ion mengkonsumsi 70.000liter air untuk tiap ton bahan yang ditambang,juga lithium-ion menggunakan cobalt dalam produksinya.Kebanyakan cobalt diproduksi di Republik Demokratik Kongo.
Dimana mereka menggunaka tenaga kerja dibawah umur dan mengabaikan prosedur K3(Kesehatan dan Keselamatan Kerja).Ditambah lagi baterai lithium-ion sangatlah mudah terbakar,membuatnya cukup berbahaya untuk penyimpanan skala besar.Jadi beterai lithium-ion bekerja dengan baik tetapi mereka bukanlah satu-satunya cara untuk menyimpan energi.
Sodium Ion merupakan salah satu dari alternatif penyimpanan baterai.Terletak dibawah lithium di tabel periodik, walaupun kandungan fisik dan kimiawinya hampir sama dengan lithium. Material ini 12000 kali lebih melimpah di Bumi daripada lithium.
Baru-baru ini baterai CATL sedang mengembangkan baterai berjenis sodium-ion ini.Perusahaan produsen baterai kawakan asal negeri tirai bambu ini,meluncurkan baterai Sodium-ion generasi pertama dengan kepadatan energi 161wh/kg. Dalam hal ini baterai lithium-ion unggul dengan kepadatan energi mencapai 200wh/kg.
Selain kalah dalam kepadatan energi,baterai sodium-ion juga kalah dalam reliabilitasnya dikarenakan massa sodium lebih berat daripada lithium ion.Tetapi baterai ini juga memiliki beberapa kelebihan,yakni mereka dapat diproduksi dengan alat yang sama dalam produksi baterai berbahan lithium,membuatnya murah untuk dikembangkan dan diproduksi massal. Selain itu baterai ini juga lebih aman dibandingkan lithium-ion,membuat tim ilmuwan dari CATL cukup bangga dengan karyanya.
Peneliti disana juga sedang mengembangkan baterai sodium-ion generasi kedua dengan target kepadatan energi mencapai 200wh/kg,membuatnya mendekati peforma yang sama dengan baterai lithium-ion berbasis nikel.
Baterai ini siap di produksi penuh tahun ini,tetapi CATL menargetkan bukan hanya menyuplai Tesla dan  produsen kendaraan listrik.Mereka ingin menyuplai penyimpanan energi stationer dijaringan listrik dunia,demi memuluskan jalan menuju energi terbarukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H